Kepemimpinan Harus Demokratis

Kepemimpinan harus berjalan dengan demokratis, artinya harus mau mendengar apa yang di katakana oleh siapa pun dalam kepemimpinannya. Sistem komando tidak cocok lagi untuk di terapkan sekarang ini, terlebih dalam suatu organisasi yang dinamis. Sistem komando dan tidak akomodatif akan menyebabkan kekakuan dan suasana tidak menyenangkan di dalam lembaga atau organisasi tersebut. Masih mending jika pemimpin yang melakukan system komando tersebut adalah pemimpin yang baik dan sempurna dalam keadilanya, dalam kepemimpinannya mengeluarkan keputusan-keputusan yang tidak merugikan siapa pun. Namun jika yang terjadi adalah pemimpin yang mau menang sendiri, mau untung sendiri, memaksakan apa pun kehendaknya, maka yang terjadi kemudian dalam jangka panjang adalah pemberontakan2 atau ketidak puasan atas kepemimpinannya dan dalam skala minimal akan terjadi sikap apatis dalam pelaksanaan tugas2 keseharian.

Organisasi atau lembaga apakah itu di pemerintahan ataukah swasta adalah terdiri atas sekumpulan individu yang melaksanakan sekumpulan fungsi dan peranan pula. Adapun pemimpin hanyalah sebagai top manajemen yang mengorganisasi  semuanya agar berjalan dengan sebaik-baiknya. Maka pemimpin harus mampu memanfaatkan segenap potensi yang ada dalam kepemimpinannya sehingga “kereta” yang di bawanya dapat melaju sekencang kencangnya namun tetap berada di relnya. Seorang pemimpin tidak boleh lebih menyukai potensi2 di luar kepemimpinannya dan terlebih dengan meninggalkan potensi di dalam kepemimpinannya sendiri karena pada saat hal ini terus terjadi akan timbul pertanyaan dia pemimpin buat siapa sebenarnya. Seorang pemimpin juga harus terlebih dahulu memastikan bahwa seluruh anggota di dalam kepemimpinannya telah dapat memenuhi kebutuhan utamanya berupa”rasa kenyang” sekalipun sifatnya relative karena memuaskan semua orang memang tidak mudah. Hendaknya tidak terjadi orang lain kekenyangan sementara anggota keluarga sendiri masih dalam kondisi kelaparan. Ada pun jika memang potensi2 dalam kepemimpinannya dirasakan masih “kurang” justru di sanalah tantangan untuk pemimpin bahwa bagaimana dia menjadikan potensi2 yang biasa biasa itu menjadi sesuatu yang sinarnya kuat memancar kesegala arah.


Menjadi pemimpin memang tidak mudah, namun pahala yang akan di dapatkannya sangat menggiurkan sekali. Karenanya siapapun yang di amanahi kepemimpinan harus bisa menjalankan kepemimpinan itu dengan sebaik-baiknya. Jika tidak bisa maka melepaskannya adalah perbuatan yang jauh lebih baik demi keselamatannya, dunia dan terlebih lagi di akhirat.