BANJIR DI SIMPANG JALAN

BANJIR DI SIMPANG JALAN
Ah hujan lagi, hujan lagi pikirku. Aku yang bertempat tinggal di Sempaja dan berkantor di Samarinda Seberang jadi sangat kuatir di buatnya. Kenapa, tak lain dan tak bukan adalah hujan senantiasa membuat banjir untuk wilayah sempaja walaupun hujan lebat itu turun dalam waktu tidak lama. Aku sendiri sebenarnya bukan warga asli Sempaja. Pernikahan dengan istriku tercinta telah membuat akhirnya aku pun menjadi warga dari sempaja utara, tepatnya di jalan Padatkarya, jalan yang menjadi wilayah yang harus di lalui pada saat seseorang atau siapapun ingin datang ke daerah Bengkuring.
Aku berhayal seandainya tambang-tambang batu bara tak pernah ada pastilah sempaja tidak akan menjadi semakin parah dari hari ke hari pada saat banjir melanda. Kenapa aku sebut bahwa ini adalah buah dari penambangan batu bara yang sangat besar-besaran, tak lain tak bukan karena menurut penuturan istriku yang sudah turun temurun tinggal di sini banjir tidak pernah terjadi pada sebelum tahun 2000 an. Artinya baru sekitar 5 tahunan inilah banjir besar itu kerap terjadi dan memang seingatku, bahkan pada saat awal pernikahan kami di tahun 2006 lalu pun banjir masih sangat jarang terjadi, kalau pun terjadi banjir lewat itu hanya terjadi di simpang empat lampu merah menuju Inpres. Jika banjir terjadi akibat pembukaan lahan untuk rumah-rumah warga tentu dampaknya tidak akan demikian cepat terasa karena memang benar bahwa Sempaja adalah salah satu kawasan pengembangan kota dengan perkembangan sangat pesat, jumlah penduduk tumbuh dengan pesat, rumah-rumah baru dan perumahan baru juga terus bermunculan, tapi masa sih akan secepat sekarang dampaknya
Dan akhirnya, hal itu benar-benar terjadi. Hujan deras yang terjadi tadi siang dan kusangka hanya sekedar hujan biasa ternyata telah menyebabkan besarnya limpahan air dari wilayah atas sempaja seperti batu besaung dan wilayah lain.
“Ah,banjir lagi ya,”kataku yang akhirnya terpaksa menepi karena banjir yang sudah meninggi membuat motorku tak lagi dapat melaluinya. Bapak tua itu tampak mengibaskan pakaiannya yang hampir basah.
“Iya nak, terpaksa kita tunggu air menurun,”katanya kemudian.
Dan lalu kami pun asik bercerita tentang banjir yang terjadi. Kelihatannya bapak itu menguasai banyak hal seputar kota samarinda.
“Menurut bapak gimana cara supaya banjir di Sempaja ini tidak terus terjadi?”tanyaku kemudian.
“Nah, itu butuh proses panjang dan memerlukan waktu yang sangat lama. Pertama yang harus di lakukan adalah melebarkan parit sepanjang Wahid Hasyim agar air yang mengalir dapat terus turun menuju sungai karang mumus. Sempitnya parit dan penutupan atas parit menyebabkan air tidak dapat lancar mengalir kearah hilir. Kemudian Perlu juga di buat sebuah polder seperti di air hitam di wilayah Sempaja, misalnya di seberang jalan Padatkarya yang sebenarnya masih berupa rawa, kan bisa di buat di sana. Polder ini untuk menampung air agar cepat dapat turun dan mongering. Atau minimal buatlah saluran air besar mengarahkan air kesana dan perdalam saluran di wilayah samping padatkarya yang masih berupa rawa tersebut. Jika ini tidak di lakukan dari sekarang maka banjir di Sempaja ini akan makin besar,” bapak itu demikian semangat memberikan solusi penangan banjir kepadaku.
“Sayang sekali pak, bapak berikan solusi kepada saya. Seandainya solusi bapak di dengar oleh para petinggi kita mungkin bisa menjadi jalan keluar buat warga Sempaja, pak ya,” kataku sambil tertawa. Bapak itu tertawa juga.
“ Tapi sepertinya sumber dari banjir ini yang pertama harus di stop pak. Penambangan batu bara yang tidak terkendali harus di hentikan. Kalau kita perbaiki di hilir, tapi di hulu terus terjadi penggundulan maka air yang turun akan tetap saja besar. Selain di hentikan, daerah-daerah gundul di atas Sempaja sana harus kembali di hijaukan supaya nantinya air hujan yang turun tidak langsung melimpas turun,” kataku dengan serius. Bapak itu tersenyum
“Ya begitulah nak jika ingin banjir teratasi dan makin menurun dari waktu kewaktu,”kata bapak tersebut singkat. Kami pun lalu diam. Memandangi arus deras air yang masih terus mengalir. Dan pikiran kami telah jauh mengembara, berandai-andai. Andai tambang batu bara tidak ada. Era reformasi telah menyebabkan tambang batu bara baru bermunculan, bahkan tambang batu bara itu hanya berjarak sekedar pandangan mata dengan perumahan warga di daerah Sempaja. Repot juga , disatu sisi tambang batu bara tersebut menjadi sumber penghasilan warga, tapi di sisi lain tambang batu bara juga telah menyebabkan pengupasan lahan yang sangat besar sehingga menghilangkan fungsi penyerapan tanah.
Akhirnya aku tak tahan juga menunggu banjir berlalu. Setelah mengeringkan busi motorku aku kembali berjalan, nekat menembus tingginya air. Dan sangat tidak kusangka-sangka ternyata hujan yang tidak seberapa siang tadi menyebabkan banjir yang demikian besar. Pulang jam kerja yang serentak telah menyebabkan ratusan dan bahkan ribuan orang terjebak dalam kemacetan. Dapat di bayangkan bahwa panjang macet kendaraan terjadi dari simpang bengkuring sampai di depan SMK 2 di daerah Air Hitam. Titik-titik dalam banjir yang susah di lalui kendaraan dan hampir pasti menyebabkan mogok  itu terjadi  sebelum lampu merah simpang empat dan tepat di persimpangan lampu merah inpres, didepan simpang perumahan Sempaja Lestari Indah, di depan SD 008 Sempaja Utara, di depan Polsek Sempaja Utara dan tak jauh dari tikungan menuju arah bengkuring. Sedikit yang dapat melewati air yang sampai setinggi separuh motor kharismaku itu. Dan beruntung aku termasuk yang dapat melalui semua titik-titik banjir itu.

Sesampainya di rumah aku kembali kepada ingatan tentang banjir yang baru ku lalui. Dan karena jalan di depan rumahku adalah salah satu jalan alternative manakala jalan utama tidak dapat di lalui, maka aku dan anak-anakku pun menjadikan keramaian akibat lalu lalang motor dan mobil sebagai tontonan, dan ketika semua menjadi sepi yang artinya banjir telah surut dan jalan dapat di lalui, kulihat jam di dindingku telah menunjukkan angka 9. Dan aku cuma dapat berharap, harapan yang juga di senandungkan oleh beribu warga Sempaja, mudah-mudahan hujan deras tidak turun lagi. Karena berharap ada gerakan untuk mencegah dan memperbaiki keadaan agar banjir tidak lagi terjadi baru berupa mimpi saat ini.Tapi harapan itu akan terus terpelihara di dalam hati