SEPONDOK BEBERAPA CINTA

SEPONDOK BEBERAPA CINTA
Konflik antar tetanggaku sangat sering terdengar, maklumlah namanya bangsalan yang hanya berbatas plywood tipis maka jangankan ada perang di tengah malam, suara sendok jatuh pun akan segera terdengar di rumah sebelah. Suara piring di banting, meja di pukul adalah hal-hal yang sering kami dengar.
“Kamu pergi saja dari rumah ini, “ kami sangat kaget mendengar suara itu.
“Tidak, kamu yang harus pergi. Pergi sana ketempat selingkuhanmu itu, “ kali ini suara wanita yang terdengar.
“ kamu salah, dia cuma temanku, coba kendalikan cemburumu yang tidak beralasan itu.”
“Aku tidak cemburu, aku sayang kamu,” aku sangat hapal dialog dari rumah sebelah kiriku itu. Sang istri adalah wina, seorang wanita yang sangat pencemburu. Sementara si Aan, suami adalah seorang laki-laki yang memang gayanya sangat flamboyan dan berwajah tampan. Aku bisa memaklumi kekuatiran wanita tetanggaku itu. Mestinya pada saat suami tahu sifat istri yang sangat pencemburu si suami harus sangat menjaga sikap dan pergaulannya agar jangan sampai memantik kecemburuan di dalam hati sang istri. Kenapa aku bisa berkata demikian , karena istriku ani juga adalah seorang sangat pencemburu.
**********
Hidup di rumah bangsalan sangat tidak menyenangkan. Tapi itulah kenyataannya, aku harus tinggal di rumah bangsalan sejak beberapa tahun yang lalu. Bangsalan yang kutinggali adalah satu bangsalan panjang terdiri dari 4 rumah menyatu. Namanya bangsalan maka sangat banyak warna yang terjadi dalam kehidupan dalam beberapa tahun ini.
“ Ayah, kenapa  sih kita tidak buat rumah sendiri”, begitu rengek anakku setiap saat. Maklum anakku yang berumur 3 tahun belum sampai pemikirannya untuk sampai tahu kenapa sampai sekarang kami masih harus tinggal di bangsalan.
Hidup teramat berat pada saat ini. Dengan pekerjaan yang tidak menentu, mendapatkan uang 2 juta sebulan adalah sesuatu yang relatif berat buat aku. Pekerjaan utamaku sebagai supir dengan pendapatan tak menentu, kadang 50 ribu sehari, kadang 100 rb tapi kadang cuma membawa 20 ribu setelah di potong biaya bensin dan setoran. Maklumlah cuma menjalankan taxi tua yang bahkan sangat sering mogok di jalan. Aku bukannya tak pernah berusaha mencari pekerjaan lain, namun di tengah kesulitan yang tengah menerpa negeri ini tentulah mendapatkan pekerjaan dengan gaji tinggi bukanlah semudah membalikkan telapak tangan. Akhirnya aku memilih menjalani saja semuanya. Mengalir bagai air yang senantiasa menuju tempat rendah. Dari pada stress, pikirku, lebih baik senantiasa bersyukur dengan apa yang ada dan sambil terus berusaha mencari yang lebih baik.
Aku kadang kadang heran dengan tetanggaku depan bangsalan kami . Tetanggaku di depan rumah itu PNS suami istri sementara di samping bangsalan kami juga PNS, namun hanya suaminya. Aku kurang tahu berapa  gajinya, cuma yang sering kami dengar gaji PNS itu besar. Enak sekali jadi PNS, pikirku. Kadang-kadang kulihat mereka berdua sudah tinggi hari baru berangkat ke kantor dan belum sore hari sudah ada di rumah. Rumah PNS yang berhadapan langsung dengan pandangan kami itu besar sekali dengan halaman luas dan kolam ikan di depan rumah. Sementara aku perhatikan untuk  PNS di samping rumah kami bersamaan anaknya sekolah telah berangkat ke kekantornya. Rumahnya juga biasa saja, terlihat sangat sederhana bahkan.
**********
Gerimis tak jua berhenti dari pagi. Aku jadi malas narik pagi ini. Aku memilih bermain dengan anak-anakku di rumah. Sebenarnya malasnya aku karena teringat dengan cerita istriku semalam, bahwa sore kemarin anak kami menangis karena berkelahi dengan anak depan rumah. Biasa sih, Cuma yang buat tidak enak ibu dari anak tersebut ikut memarah marahi anakku. Buat kami anak berkelahi itu biasa, tapi seharusnya orang tua tidak perlu terikut-ikut perkelahian anak, namanya juga anak-anak. Peristiwa kemarin bukan baru sekali terjadi tapi sudah yang kesekian kalinya, karenanya lama-lama aku jadi emosi juga mendengarnya.
Akhirnya ketika ada kesempatan aku bicara dengan bapak PNS itu, aku ungkapkan tentang kejengkelan kami dengan istrinya yang terus saja turut campur dengan permasalahan anak.Ketika hal itu kusampaikan, bapak itu Cuma diam dan manggut, manggut.
Namun sejak hari itu kulihat perubahan sikap pada istri tetangga depan rumahku. Kulihat dia menjadi lebih diam dan menjadi sangat acuh dengan kami. Tapi aku cuek saja, yang penting semua sudah di sampaikan.
**********
“  An, cobalah kamu jaga sedikit sikapmu di hadapan kawan-kawan wanitamu,”suatu sore aku menasehati Aan. Aku memang lebih tua dari dia sehingga berani menasehatinya, kami juga sudah seperti keluarga. Dia tersenyum. “ Kamu tahu, aku juga di cemburui begitu dulu oleh istriku. Tapi sejak aku rajin bilang sayang dan cinta kepadanya, meski hanya melalui sms di sela-sela kerja, sejak itu dia tidak pernah lagi punya kecurigaan kepadaku.
“Boleh juga jalannya, mas.Saya memang sudah pusing banget dengan kecemburuannya itu.”
Sehari dua hari masih kudengar suara piring-piring berjatuhan dari rumah Aan, namun lama kelamaan sangat jauh berkurang dan kemudian tidak pernah lagi ada suara teriakan-teriakan dari rumahnya. Aku tersenyum, rupanya saranku cukup manjur.
**********
Satu sore aku lihat pak Amat, tetanggaku PNS di sebelah bangsalan, sedang santai di depan rumah.
“Lagi santai , Pak.” Kataku menyapa pak Amat dan kemudian duduk di bangku di teras rumahnya.
“ Iya, mas Hari, sabtu-sabtu kan libur.”
“ Enak, pak ya jadi PNS, kerjanya ringan, dapat pensiun lagi.”Aku memulai percakapan serius dengannya. Dia Cuma tersenyum
“ Ah, ya tidak , Mas. Sama saja sebagai PNS, sebagai supir, sebagai swasta. Jadi PNS tidak berbeda dengan lain. Gaji PNS kecil, Cuma cukup untuk hidup sederhana, jika ada PNS kaya bisa jadi adalah karena mendapat warisan atau karena punya usaha sampingan. Memang kami bisa mudah meminjam dan pada saat pensiun masih akan mendapatkan gaji, disanalah mungkin beda kami. Tapi mengenai gaji hanya cukup untuk hidup satu bulan, mas.” Pak Hari terus saja bicara secara panjang lebar. “ saat ini banyak PNS yang terjerat hukum karena korupsi, hal itu sangat memalukan buat kami yang selalu berusaha menghindari perilaku demikian. Bukankan harta tidak di hitung dari banyaknya tapi dari barokahnya. Biar sedikit asal hak kita maka hati akan tenang dan itulah yag paling utama. ”
“ Ya benar, Pak . “ Cuma itu yang bisa ku katakan. Aku sangat mengagumi prinsipnya. Susah kita mendapat seseorang dengan prinsip demikian di jaman orang tak lagi perduli tentang halal haram dewasa ini. Jika semua aparat berpikir dan bersikap seperti pak Amat pastilah semua akan berjalan dengan tenang. Bayangkan korupsi itu di lakukan nyaris semua lapisan masyarakat dari menteri, gubernur, bupati atau walikota. Belum lagi korupsi yang dilakukan pada saat pengurusan keperluan masyarakat, KTP, SIM, Surat perizinan, surat tanah, dan banyak lagi yang lain.  Mestinya untuk korupsi dengan angka milyaran rupiah bisa di ganjar hukuman sangat berat, kalau perlu dengan hukuman mati.

**********
Satu malam kami di kagetkan dengan kedatangan beberapa orang kerumah tetangga depan rumahku yang suami istri PNS tersebut. Kulihat pak RT ada juga di antara mereka. Segera saja sekitar rumah kami ramai dengan warga yang berkumpul. Ternyata mereka aparat kejaksaan yang datang untuk menjemput si bapak PNS. Katanya dia disangkakan terlibat dalam korupsi yang di lakukan oleh kepala kantornya. Kulihat istri dan anak-anaknya menangis melepas kepergian bapak PNS tersebut.
**********
Kehidupanku terus berjalan sebagaimana biasa. Aku masih terus bekerja membawa taxi. Suasana bangsalan kami juga masih terus ramai dengan cerita. Tentang tetanggaku depan rumah, kulihat sekarang sudah jauh lebih ramah kepada kami. Ibu depan rumah itu sekarang sering membuka pintu pagarnya untuk anak-anak kami bermain. Sejak kejadian malam itu dia tidak lagi angkuh terhadap kami. Kepada anak-anak kami yang bertengkar dengan anaknya dia juga bersikap biasa, tidak lagi membela anaknya dan memarahi anak kami. Sampai sekarang kudengar suaminya masih berada di tahanan kejaksaan.
Aku menjadi sangat bersyukur dengan semua.Meski tidak bergelimang harta tapi kami selalu berbahagia. Karena seperti kata pak Amat bahwa harta tidak di hitung dari banyaknya tapi dari keberkahannya. Disanalah letak kebahagiaan sejati, manakala kita senantiasa merasa cukup dengan semua yang telah di anugerahkan pada kita.