ASA DARI MASA SILAM

ASA DARI MASA SILAM
Pagi ini langkahku terburu, menyusuri jalanan untuk kembali kepada kampung halamanku, yang telah sangat lama kutinggalkan.10 tahun sudah semua berlalu.Entah bagaimana wajah kampung ku kini.Tak lama KM, Assabirin yang ku naiki telah kembali melaju membelah sungai Mahakam. Sangat tak kusangka bahwa aku masih menemukan kapal langgananku di masa lalu itu. Sesungguhnya sangat banyak transfortasi yang lebih cepat bisa kudapatkan . Namun karena kerinduanku akan suasana tepian Mahakam maka aku lebih memilih untuk menggunakan transfortasi air untuk perjalananku.Aku sangat ingin mengingat kembali kisah ku dahulu, di masa remaja ku.
*****
Sore itu cuaca sangat cerah, aku telah berjanji dengan dewi ,sahabatku untuk pergi ke acara belian di kampung  sekolaq darat. Menurut jadwal hari ini adalah puncak dari acara belian, yang kemudian akan di akhiri dengan acara potong kerbau.Belian adalah acara favorit di kabupatenku. Belian merupakan upacara persembahan/pengobatan terhadap orang sakit . Dengan mengadakan upacara ini masyarakat mengharap kesembuhan terhadap penyakitnya dan sebagai rasa syukur terhadap berbagai anugerah yang telah di berikan Tuhan.Karena merupakan acara adat tidaklah mengherankan jika suasana menjadi sangat ramai. Di gelar berbagai acara seperti tari-tarian, acara ritual doa, dan banyak lagi yang lain.Ditambah pasar yang ada setiap malam, karena acara belian biasanya di adakan sebulan penuh, lengkaplah keramaian suasana.
“wah wi, gimana, jadi kan rencana kita,”kataku melalui telepon.
“ Ya jadilah,”katanya singkat.
Segera saja aku berangkat menjemputnya.Dewi adalah sahabatku sedari kami SD dulu. Karena begitu dekatnya kami  sudah seperti saudara saja .Dewi adalah seorang gadis bersuku dayak, sementara aku berasal dari keturunan Jawa yang lahir di desaku ini. Desaku ini berada di kabupaten Kutai Barat Yang berbatasan dengan Kalimantan Tengah. Untuk menuju kota samarinda kami harus ,menempuh perjalanan selama 8 jam . Jalan darat ke Kutai Barat  belum bagus,karenanya masyarakat lebih menyukai bepergian dengan transportasi air yaitu dengan naik kapal, jika naik kapal waktu tempuh memang lebih lama yaitu sehari  semalam. Tentang kampungku sendiri, kampungku adalah daerah transmigrasi sejak tahun 1964 yang lalu.Menurut cerita dari kakekku mereka dulu dikirim dalam rangka konfrontasi dengan Malaysia dari daerah mereka di Semarang. Ditempatkan di Kutai Barat yang mayoritas di huni warga suku dayak. Maka tidak lah mengherankan jika  kampungku pun di kelilingi oleh kampung dayak. Karena waktu yang telah sangat lama telah terjadi banyak akulturasi budaya di antara warga. Pernikahan antar warga jawa dan warga setempat sudah sangat banyak terjadi.
Sebentar saja kami sudah sampai di ajang upacara belian. Suasana sangat ramai dan hiruk pikuk oleh suara manusia.
“Wah ramai sekali ya wi, “kataku memulai pembicaraan.
“Ya biasalah, namanya juga penutupan.Cuma kasian juga siih ngeliat nasib kerbau itu.”dewi menunjukkan raut wajah ngeri, membayangkan nasib si kerbau yang akan berakhir tak lama lagi.
“Ya gimana lagi namanya persyaratan sempurnanya acara,”kataku singkat. Kami terus asik mnyeruput es dawet yang kami beli di warung dadakan.
 “Kamu berencana melanjutkan kuliah ke mana Wi,”kataku memulai berbicara mengenai planningnya.Kami tak lama lagi memang akan menyelesaikan masa SMA kami. Aku sendiri sudah bulat keinginannku untuk kuliah di jawa, ambil jurusan pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia.
“Ya itu aku masih bingung, kata bapakku sih aku kuliah di Samarinda saja, ada saudara kami di sana.”kata dewi dengan raut muka bingung.
Kami terus berkeliling di arena upacara adat itu. Beragam nyanyian, tarian, dan doa terdengar. Suasana menjadi semakin semarak dari waktu ke waktu. Tua muda,semua golongan berkumpul dan bergembira. Sangat tampak keakraban dan kemeriahan suasana.
****
Suasana kampung  kami tiba-tiba menjadi sangat tidak menyenangkan. Hal ini terjadi karena kerusuhan yang terjadi di Propinsi  tetangga. Warga tidak berani lagi pergi dan melakukan perjalanan ketempat yang jauh. Tetua adat kami telah berupaya menenangkan warga agar tidak terpengaruh suasana kerusuhan di propinsi  tetangga. Perbatasan dengan Kalteng yang sangat dekat faktanya telah membuat suasana menjadi semakin mencekam. Perselisihan yang konon di awali dari perselisihan antar pemuda itu semakin meluas dari hari ke hari. Sekalipun sampai hari ini tidak pernah ada insiden yang terjadi di antara kami dengan warga local tetapi suasana dan sikap primordialisme itu makin terasa . Tatapan penuh curiga menghantui dan menghiasi.
“Kenapa perselisihan itu makin meluas ya ,Wi,” kata ku  dalam perbincanganku di suatu sore.
“ Wah aku gak ngerti juga. Yang jelas memang aku sering dengar bapakku membicarakan tentang kerusuhan itu dengan tetangga.Tampaknya kita semua harus lebih berhati-hati. Karena provokator selalu ada di mana-mana.Kita tak pernah ada masalah, jadi jika ada segelintir warga yang mencoba memancing suasana keruh harus kita hadapi bersama,”kata dewi dengan semangat. Aku tersenyum melihat semangatnya.
“Ya itulah tapi susahnya,isu yang berkembang sangat susah untuk di atasi. Kita yang sudah seperti saudara selama berpuluh tahun menjadi saling curiga.Aku yakin semua orang gak menyukai kerusuhan terjadi. Jika ada bisa jadi itu di pengaruhi oleh motif-motif tertentu semisal ingin menguasai harta, dan lainnya,”kataku mengira.Sore itu kami sedang berada di taman anggrek kersikluway. Taman anggrek kersik luway adalah salah satu tempat kebanggaan kabupaten kami.Di areal seluas 5000 an Ha tersebut hidup beragam jenis anggrek dan tanaman perdu lain. Sayang, kebakaran yang terjadi berulang-ulang telah memusnahkan sebagian besar anggrek yang ada di dalamnya. Tetapi tetap saja banyak anggrek yang tersisa.Tanaman anggrek seperti anggrek hitam, kantong semar, dan jenis tanaman lain masih mudah di temui. Jika datang di bulan Desember seperti sekarang ini kita bisa melihat bunga-bunga Anggrek yang bermekaran.
****
          Dan akhirnya kerusuhan itu benar-benar terjadi sekalipun dalam skala kecil. Aku tidak tahu lagi apa yang terjadi di kampung ku karena kami sekeluarga pergi dari sana kemudian. Aku sangat sedih waktu itu karena aku harus berpisah dengan sahabat-sahabatku, termasuk dewi.Aku sangat heran kenapa kami yang sudah seperti saudara harus terimbas oleh kerusuhan. Keakraban di antara kami sirna, kekeluargaan musnah tak berbekas.Yang tersisa hanya ambisi dan nafsu untuk berkuasa. Aku sangat menyayangkan karena waktu yang sedemikian panjang ternyata tak benar-benar mampu menyatukan hati kami. Dan aku benar-benar pergi untuk waktu yang lama, karena aku  kemudian melanjutkan kuliahku ke jawa. Sementara itu keluargaku hanya satu bulan saja pergi dari kampungku karena kemudian kerusuhan mereda dan perdamaian kembali terjadi.Aku menimba ilmu di jawa sampai selesai dan kemudian bekerja di sebuah perusahaan di sana. Selama ini orang tuaku lah yang mengunjungiku sambil mengunjungi saudaranya yang masih ada di Semarang. Praktis aku tak pernah lagi pulang kampung dalam 10 an tahun
****
Akhirnya setelah sehari semalam sampai juga aku di kampungku, kampung yang telah kutinggalkan sekian lama. Merapatnya KM Assabirin telah menyadarkanku dari lamunan panjangku. Aku tak percaya akhirnya aku benar-benar telah sampai  kepada masa laluku.Masa lalu yang telah sekian lama aku tinggalkan. Perkembangan kabupatenku sangat pesat . Sepanjang jalan bangunan kantor dan gedung-gedung megah berdiri.Suasana sangat meriah di malam hari seperti sekarang ini.Dan akhirnya aku pun sampai dan menapaki halaman rumah yang telah sangat lama aku tinggalkan. Lama aku termangu sampai ayah dan ibuku membuka pintu menyambut kedatanganku di dini hari itu. Dan lalu cerita-cerita pun mengalir tanpa henti, juga tentang dewi, sahabatku. Dari mereka aku dengar bahwa dewi kini telah menjadi seorang guru. Aku ikut senang karena ternyata dia berhasil mencapai cita-citanya.Juga tentang dia yang masih sendiri sampai saat ini. Kami terus bercerita sampai akhirnya aku tak tahan lagi untuk tak merebahkan kepalaku karena kantuk yang luar biasa.
          Pagi  itu ketika masih dalam kantukku kedengar suara seorang gadis yang sedang berbelanja di warung ayahku, suara yang sangat aku kenal sekali. Setelah merapikan wajah aku keluar dan benar, dewi ada di sana. Dia tampak sangat cantik, pakaian dan kerudung putih yang di gunakannya serasi benar dengan wajahnya yang putih bersih. Dia tersenyum melihatku,begitu indah sekali.Kami hanya bersalaman sebentar ,berbasa-basi sebentar karena katanya dia mau mengajar pagi itu. Tinggallah aku termangu, memandangi kepergiannya. Namun benih kerinduan akan kebersamaan kami kembali hadir di benakku,kebersamaan yang kini kuharapkan akan menyatukan kami .

End