BBM

BBM
Aku merasa malas sekali kalau ayah dan ibu menyuruhku membeli Bensin untuk mengisi motor. Penyebabnya adalah susahnya mendapatkan Bensin. Untuk mendapat bensin yang Cuma 3 liter saja aku terkadang harus antri selama 1 jam karena panjangnya antrian motor. Tapi namanya sudah wasiat orang tua untuk membeli bensin di SPBU jadilah aku harus antri kembali mengisi bensin.
“ Antri BBM koq tidak ada habisnya ya pak, “ kataku kepada seseorang di sampingku yang juga tengah antri BBM.
“ Ya itu mas, kalau saya mending di naikkan aja tuh harga bensin, dari pada menyiksa rakyat begini. Cari bensin 2 liter saja harus antri 1 Jam.” bapak tua itu terlihat emosi. Kalau jadi pemimpin harus tegas dan berani ambil resiko dong, jangan terlalu takut melangkah.” katanya lagi.
“ Itulah, pak. Pemimpin kita katanya berpikir supaya jangan sampai rakyat susah,padahal sebenarnya mereka hanya memikirkan jangan sampai kepentingannya terganggu hanya karena kebijakan menaikkan BBM.”
“ Bener itu, Mas. Mereka hanya takut tidak mendapatkan jabatan lagi bukannya memikirkan kita-kita ini.” Kami terus saja membicarakan masalah BBM sambil menunggu BBM datang. Begitulah rakyat, kalau urusan kebutuhan hariannya yang tidak ada pasti akan segera berteriak. Jadi gampang sekali sebenarnya rumusnya, penuhkan kebutuhan kami maka kami akan diam, tak perduli seberapa banyak hak yang seharusnya menjadi miliki kami di ambil oleh segelintir orang yang berpangkat.
*******
Dari yang aku dengar di televisi,katanya kuota BBM subsidi sudah hampir habis. Karenanya harus di lakukan pengiritan BBM subsidi supaya angka subsidi tidak membengkak. Aneh, pemerintah itu ada untuk melayani siapa, rakyatkah, atau pengusahakah, atau Negara lainkah. Kalau subsidi tidak cukup kan tinggal tambah saja kuota BBM subsidi.
Memang sih kalau di pikir-pikir BBM subsidi pasti akan terus membengkak setiap waktunya. Hal ini karena pertumbuhan kendaraan bermotor yang demikian tinggi di Indonesia 1 juta motor perlu bensin 1 liter perhari,maka di butuhkan 1 juta liter bensin perhari. Maka berapa pun subsidi BBM di gelontorkan akan tetap habis. Jadi sepertinya menaikkan BBM adalah pilihan sulit tetapi tetap harus di ambil oleh pemerintah.
Sebenarnya ada cara lain agar subsidi itu jarang terpakai yakni dengan memperbaiki transportasi umum. Taksi, kereta, bis dan beragam transportasi umum itu harus di perbaiki agar rakyat gak berlomba-lomba membeli motor. Kalau semua transportasi enak, murah, bersih, dan mudah di capai pasti semua akan lebih suka naik transportasi umum. Untuk apa punya motor kalau ada yang lebih cepat, lebih murah, lebih nyaman dan lebih praktis.
*******
Sore ini aku tengah asik duduk santai di tepian jalan, nongkrong asik dengan kawan-kawanku, sambil makan jagung bakar yang banyak di sediakan pedagang sepanjang tepian Mahakam. Posisi jalan didepan Bank Indonesia sebagai jalan poros yang memang menjadi semacam areal umum untuk keluarga atau anak muda bersantai.
“Andi, gimana kalau kita buka usaha makanan, rumahmu kan di pinggir jalan besar.” Wawan sahabatku memulai diskusi kami.
“ Benar An, nanti kita cari franchise yang sedang laris, Tahu Jontor, Es krim, Kripik pedas, Ayam penyet, “suara bebeb menyambung ucapan Wawan. Andi bersyukur dua sahabatnya ini punya ide-ide untuk membuka usaha, untung gak ada yang punya ide jualan narkoba, aku cekikikan dalam hati.
“ Ya, kalau aku sih punya pikiran untuk lebih mengembangkan bisnis keluargaku. Besar lho hasilnya,” kataku. “Coba perhatikan motor yang lalu lalang itu, betapa aku melihat uang yang hilir mudik berjalan.Ucapanku segera saja di sambut tawa ngakak oleh Wawan dan Bebeb. “Nyerah deh,”pikir mereka berdua kalau Aku sudah ngomong masalah bisnis motor.
Tiba-tiba terbersit di pikiranku untuk berbisnis BBM, jadi pekerja Pertamina. “ Nah, gimana kalau kita kerja di pertamina saja.” Akhirnya ku keluarkan usulku kepada dua orang sahabatku itu. Mereka tertawa, “memangnya mudah jadi pegawai pertamina.”kata wawan sambil tertawa.
“ Nah itu dia, bukankah sekarang sangat banyak pegawai pertamina. Maksudnya berbisnis BBM eceran.” Begitu kata-kataku selesai se Bebeb langsung meninju lenganku,”dasar kamu, kita kirain apa.” Kami pun kemudian tertawa.
Menurutku bisnis BBM eceran cukup menjanjikan. Bayangkan jika  dalam sehari seseorang bisa menjual BBM eceran itu sebanyak 100 liter dengan keuntungan 500 rupiah, bukankah itu berarti dia mempunyai penghasilan 50 ribu rupiah perhari atau 1,5 juta rupiah perbulan, atau separuh dari gaji Bebeb yang PNS seperti yang pernah dia ceritakan.
Kulihat sepanjang jalan protocol di Samarinda selalu ada saja penjual BBM ecceran ini. Terkadang kami harus bersyukur dengan adanya penjual BBM ecceran ini karena kami sangat di mudahkan. Tapi di sisi lain keberadaan penjual BBM eceran bisa jadi menjadi salah satu sebab kelangkaan BBM subsidi di SPBU. Bayangkan jika di sepanjang jalan sempaja saja terdapat lebih dari 50 penjual BBM eceran dan masing-masing bisa menjual minimal 20 liter/hari maka artinya 1000 liter/hari beredar melalui penjual BBM eceran hanya untuk sepanjang jalan sempaja. Bagaimana bila di Samarinda ada 10 jalan yang penjual BBM ecerannya sama banyak dengan di daerah Sempaja. Namun pada sisi lainnya usaha ini telah menjadi gantungan hidup bagi begitu banyak keluarga si Samarinda dan banyak kota di Kalimantan Timur. Jadi semua menjadi serba salah.
*******
Pagi ini aku kembali mengantri BBM di SPBU, sepertinya antrian BBM agak kurang. Kudengar  pemerintah akan segera menaikkan harga BBM. Karenanya kuota subsidi kembali di berikan secara maksimal, dengan pertimbangan dapat di tutupi pada saat harga BBM telah dapat di naikkan. Buat aku BBM adalah salah satu kebutuhan pokok, karena dengan ketersediaannya maka aku bisa beraktivitas secara maksimal. Maka ketersediaan selalu itulah yang harus di usahakan. Dan moga-moga daerahku sebagai lumbung bahan dasar BBM tidak menjadi seperti “Petani kelaparan di lumbung padi, kekurangan BBM padahal sebagai salah satu daerah penghasil minyak terbesar.”