Murah, entah bagaimana sistem yang berlaku di dalamnya tetapi yang jelas bisnis ini tetap berjalan sampai saat ini dan justru semakin berkembang. Bila sekarang keberadaannya baru dikota kota besar bisa jadi kelak sampai desa desa di Papua atau Aceh sana transportasi online itu tersedia.
Kadang aku heran bagaimana mereka para driver bisa bertahan tetapi nyatanya toh pekerjaan sebagai driver transportasi online masih terus jalani, artinya mereka memang bisa hidup dari sana. Dari yang muda bujangan sampai kakek umur 67 tahun mereka tetap semangat mengangkut penumpang entah dengan mobilnya sendiri, membawa mobil orang lain atau mobil yang cicilannya masih bertahun tahun lagi. Semangat mereka terlihat dari jumlah shift atau tarikan penumpang mereka yang bisa sampai 16 x,11 x, 7x atau lebih rendah lagi dalam satu harinya. Bayangkan bila cicilan mobil mereka 1,2 jt perminggu di grab artinya minimal mereka harus membawa 4,8 juta baru untuk menutup angsuran, belum untuk kebutuhan hidup minimal di Jakarta yang sekarang sudah lebih dari 3,5 juta. Maka lihatlah di halte halte, di stasiun, di pusat pusat perkantoran, dimana ada keramaian di Jakarta maka disana pasti hadir transportasi online.
Rezeki tidak di lihat dari banyaknya tetapi dari barokahnya. Mungkin hasil mereka tidak terlalu banyak tetapi mereka bilang mereka damai menjalaninya maka di sanalah akan hilang semua tanya, bahwa apa pun asal hati senang apa pun akan membawa kebahagiaan dan cukuplah semuanya.