Beberapa Hal Tentang Pemetaan Mutu Pendidikan Tahun 2017
Sekolah
mendapatkan informasi tentang pemetaan mutu umumnya dari pengawas
Sekolah
telah memahami manfaat pemetaan mutu, dapat terlihat dari jawaban yang relatif
sama banyak untuk semua item manfaat.
Sekolah
menyatakan telah memahami bagaimana itu sistem penjaminan mutu pendidikan
Sekolah
menyatakan pengumpulan data mutu pendidikan penting untuk di laksanakan
Sekolah
mendapatkan informasi tentang pemetaan mutu umumnya dari pengawas
Jumlah
responden umumnya mengikuti sesuai ketentuan di aplikasi, bukan sesuai dengan
juknis Pengumpulan data mutu, dapat terlihat misalnya dari jumlah PTK yang
hanya 3, padahal jika sesuai juknis jumlah responden SM Pmisalnya harus
sejumlah mapel.
Sekolah
menyatakan mencetak instrument, untuk di isi responden dan lalu di entrikan ke
aplikasi oleh responden. Namun banyak juga sekolah yang menyatakan pengisian
langsung ke aplikasi PMP.
Instrumen
cetak umumnya di dapatkan dari pengawas, dan sebagian mengunduh dari internet.
Sumber
pengandaan instrument yakni dari dana BOS.
Pada
umumnya untuk sekolah yang mencetak instrument umumnya diberikan kepada semua
responden dari Kepala Sekolah, Guru, Siswa, Pengawas dan Komite
Laptop
dan internet menjadi dua hal yang sangat berperan dalam pengisian data mutu di aplikasi
PMP.
Pengiriman
data di lakukan oleh sekolah lebih dari sekali karena sulitnya proses
pengiriman di terima server pusat.
Pengiriman
data di lakukan oleh operator sekolah.
Pengawas
pada umumnya memberikan persetujuan saat pengiriman data.
Untuk
sampai kepada pengiriman data sekolah membutuhkan waktu lebih dari 5 hari,
dalam proses pengisian sampai selesainya pengiriman,bahkan lebih untuk beberapa
sekolah.
Sekolah
menyatakan pemetaan sebaiknya cukup di lakukan sekali dalam setahun
Mekanisme
di rasakan telah berjalan efektif, namun cukup besar juga yang menyatakan belum
berjalan efektif.
Sekolah
menyarankan agar operator sekolah di berikan pelatihan secara khusus menyangkut
penggunaan aplikasi, dan aplikasi yang di gunakan harus lebih siap.
Pengawas
melakukan sosialisasi seputar pengisian data mutu
Umumnya
pengawas datang lebih dari sekali dalam pendampingan, antara 2 s.d 5 kali.
Pengawas
melakukan sosialisasi dan pendampingan dalam pemetaan mutu yang di lakukan.
Pengawas
di rasakan cukupmembantu pelaksanaan pengumpulan data mutu di sekolah
Pengawas
di tuntut lebih dapat memberikan pendampingan oleh sekolah.
Pengisian
instrument di lakukan dengan mengisi terlebih dahulu di intrumen yang di cetak
oleh sekolah.
Penggunaan
bahasa dalam instrument cukup bisa di
pahami oleh responden
Pertanyaan
yang di ajukan di rasakan responden terlalu memberatkan, karena beberapa
pertanyaan terkadang tidak relevan dengan tupoksi mereka.
Sekalipun
untuk beberapa pertanyaan mengalami kesulitan namun umumnya mereka bisa menjawab
pertanyaan dalam instrument pengumpulan data mutu.
Butir
pertanyaan di rasakan terlalu banyak dan memberatkan oleh sekolah
Untuk
menjawab pertanyaan secara lengkap jawaban responden relatif bervariasi,
misalnya ada yang menyatakan perlu waktu 30menit, 60 menit, 120 menit.
Pada
umumnya pengisian instrument di lakukan di sekolah.
Dasar
pengisian instrument yang utama adalah dari dokumen yang di miliki sekolah.
Pendampingan
pengisian instrument di lakukan oleh pihak pihak sekolah, termasuk pengawas.
Sekolah
menyatakan tekah memahami manfaat pemetaan mutu yang di lakukan.
Pertanyaan
yang di ajukan di rasakan relevan untuk menggambarkan kondisi sekolah.
Sekolah
telah memahami mengenai Standar nasional pendidikan
Instrumen
di sarankan tidak terlalu banyak namun dapat menggambarkan kondisi sekolah
secara utuh.
Aplikasi
Pemetaan mutu pendidikan yang di gunakan relatif berimbang yang menyatakan
mudah digunakan dan tidak mudah di operasikan. Hal ini karena banyaknya
kesulitan yang dirasakan oleh sekolah dalam pengisian di aplikasi.
Untuk
tampilam aplikasi sudah di rasakan menarik oleh responden.
Performa
aplikasi di rasakan sangat lembat oleh sekolah, oleh operator yang berhubungan
langsung dengan pengisian dan pengiriman data mutu melalui aplikasi PMP.
Untuk
menu di aplikasi di rasakan cukup baik.
Kendala
sangat banyak di temukan dalam pemakaian aplikasi PMP.
Kendala
dalam pemakaian aplikasi PMP umumnya di selesaikan oleh operator sekolah.
Operator
sekolah memegang peranan sangat penting dalam pengisian aplikasi PMP.
Aplikasi
kedepan harus lebih mudah di pergunakan, lebih ringan, lebih sederhana, dan
tidak banyak eror dalam pengoperasiannya.
Sekolah
pada umumnya melakukan perannya mengentri isian PMP oleh respnden, melakukan
sosialisasi berkait pengisian instrument di aplikasi, sampai mengirim isian di
aplikasi PMP ke server pusat.
Dalam
pengisian data PMP di sebagian sekolah di lakukan melalui jaringan computer
induk dan client sehingga proses pengisian di lakukan oleh responden secara
langsung ke aplikasi PMP, namun sebagian lagi menyatakan pengisian PMP di
lakukan secara manual, satu persatu.
Operator
harus di berikan porsi lebih besar dalam pemetaan mutu mendatang karena
besarnya peran operator dalam proses pengumpulan data mutu yang di lakukan di
tahun ini.
Permasalahan Dalam Pemetaan Mutu
Pendidikan
Hal yang menjadi masalah utama bagi
pelaksanaan pemetaan mutu adalah:
Mekanisme pelaksanaan pemetaan mutu sebenarnya sudah berlangsung
baik. Dari tingkat pusat proses yang di jalankan telah berlangsung dengan
lancar. Pelibatan pengawas dalam pemetaan 2016 di landasi pada banyaknya data
tidak valid dalam pemetaan pemetaan di tahun tahun sebelumnya. Maka pengawas
seharusnya menjadi penentu dalam keberhasilan pemetaan mutu di tahun 2016 ini.
Mekanisme yang telah di gariskan oleh pusat ini tidak salah namun di rasakan
kurang efektif karena kebanyakan pengawas terlebih di daerah adalah pengawas
yang tidak terlalu menguasai IT sehingga pengawas pada akhirnya tidak dapat
menopang keberlangsungan mekanisme pemetaan mutu yang telah di gariskan karena
pada akhirnya keterlibatan pengawas menjadi sangat minim, terlebih di daerah
yang untuk transportasi membutuhkan biaya sangat besar, pada akhirnya mekanisme
verifikasi dan validasi data oleh pengawas sebelum pengiriman tidak berjalan
baik.
Pengawas sudah memberikan sosialisasi seputar pemetaan mutu yang
dilaksanakan. Dalam sosialisasi pengawas telah menyampaikan materi materi
seperti: konsep
penjaminan mutu pendidikan dan implementasinya, manual penjaminan mutu pendidikan,
pengisian instrumen Pemetaan Mutu, penyusunan profil dan peta mutu dari hasil Pemetaan Mutu,
penggunaan aplikasi sistem informasi Pemetaan mutu pendidikan, dan
pendampingan program pemetaan mutu di satuan pendidikan. Kunjungan
pengawas di lakukan sembari melakukan pendampingan sekolah dalam melakukan
pengisian instrumen. Namun pengawas juga relative mengalami kesulitan berkaitan
dengan proses yang berlangsung, karena kendala terkait dengan aplikasi yang di
pergunakan dalam pengumpulan data mutu. Pengawas tidak mengalami kesulitan
dengan instrumen pengumpulan data mutu namun sangat mengalami kesulitan karena
aplikasi PMP yang di pergunakan belum sepenuhnya welcome untuk pelaksanaan
pengumpulan data mutu, sementara sebagian besar pengawas kurang terlalu
memahami tentang aplikasi. Maka sekolah kemudian meminta bantuan kepada sesama
operator atau operator tingkat kabupaten.
Pemahaman sekolah (kepala sekolah, guru, PTK, siswa dan operator).
Pada umumnya masih belum mengetahui secara jelas apa dan bagaimana proses
pengumpulan data mutu yang di laksanakan.
Sekali pun pengawas sudah memberikan sosialisasi namun di lapangan
banyak sekali hal yang belum di pahami oleh sekolah sehingga proses pengumpulan
data mutu yang dilaksanakan tidak berjalan dengan lancar. Ketidakpahaman ini di
sebabkan oleh berbagai hal seperti kurangnya waktu sosialisasi oleh pengawas,
waktu sosialisasi aplikasi yang paling penting justru belum siap.
Keterbatasan sarana dan prasarana juga menjadi penghambat bagi
terlaksananya pengumpulan data mutu secara lebih baik, karena pada umumnya
laptop atau computer yang di pergunakan sekolah mempunyai kapasitas Ram yang
terbatas, padahal aplikasi Pemetaan Mutu Pendidikan akan menyedot banyak
kapasitas laptop atau computer sekolah . Hal ini berdampak pada tidak dapat
terkirimnya data hasil pengisian aplikasi PMP oleh sekolah. Kendala lain yakni
keterbatasan fasilitasi internet dan jumlah computer di sekolah sehingga
terkadang pengisian aplikasi PMP harus di lakukan secara bergantian. Maka
proses menjadi sangat lambat, bisa memakan waktu berminggu minggu.Pada sekolah
besar dapat di laksanakan system jaringan dengan satu computer induk semacam
pada saat pelaksanaan UKG, sehingga pelaksanaan bisa lebih efektif.
Operator sekolah menjadi pihak yang paling berperan dalam pemetaan
mutu , dalam pengisian aplikasi PMP. Hal ini karena kepahaman operator dengan
system aplikasi PMP yang bergabung dalam aplikasi dapodik yang sudah biasa
mereka isi dan update secara rutin. Aplikasi PMP mengambil entitas di dapodik
untuk kemudian muncul kepada besaran jumlah responden oleh sekolah dalam
pengisian aplikasi PMP. Semakin besar jumlah siswa dan PTK maka akan semakin
besar pula jumlah responden yang harus mengisi di aplikasi PMP. Dalam hasil
instrumen monev di ketahui seputar permasalahan pengisian PMP oleh operator.
Operator sekolah mengusulkan adanya pelatihan khusus bagi mereka sehingga
operator bisa lebih memahami bagaimana mekanisme pengisian aplikasi PMP dan
bagaimana mengatasi kendala kendala dalam pengisian PMP.
Instrumen pengumpulan data mutu yang di pergunakan di rasakan
sangat memberatkan oleh sekolah karena terlalu banyaknya butir pertanyaan yang
di ajukan. Banyak pertanyaan yang tidak jelas dan tidak perlu di pertanyakan
seperti kepada siswa di mana kemungkinan besar siswa tidak memahami apa makna
dari pertanyaan yang di ajukan sehingga bisa menimbulkan kerancuan. Karena
banyaknya butir pertanyaan, antara 300 s.d 500 hal hal paling penting yang bisa
terlewatkan, sekolah menjadi kehilangan focus pada hal hal yang seharusnya perlu
di pahami secara mendalam. Hal ini di kuatirkan bisa menyebabkan banyaknya data
kurang valid. Namun pertanyaan yang di ajukan di rasa dapat menggambarkan
bagaimana kondisi real sekolah, hanya perlu sedikit di persingkat, kepada inti
pertanyaan saja.
Aplikasi yang di pergunakan apakah aplikasi PMP 1.2, 1.3 atau 1.4
menyebabkan terjadinya kebingungan di sekolah mengenai aplikasi yang harus di
pergunakan. Terlebih pada saat aplikasi PMP 1.3 di mana ternyata di generasi awal dari aplikasi
1.3 mengandung banyak sekali kelemahan sehingga sekolah tidak berhasil mengirim
data PMP keserver pusat secara sempurna, terutama pada responden komite
sekolah. Pada aplikasi PMP 1.2 umumnya sekolah dapat mengirim data pengisian
PMP, sementara pada aplikasi PMP 1.3 terdapat kelemahan pada komite sebelum
kemudian muncul updater dan installer PMP 1.4. Namun keterlambatan ini
berdampak sangat fatal karena sekolah yang telah mengisi PMP 1.2 namun loncat
ke PMP 1.3 harus kehilangan data yang telah di isi. Sekolah menjadi terlihat sangat
enggan untuk mengulang pelaksanaan Pengisian PMP. Pada daerah daerah yang belum
memulai pengisian PMP dan langsung mempergunakan aplikasi PMP 1.4 juga masih
mengalami kendala dalam pengiriman hasil pengisian PMP ke server pusat. Karena
semua sekolah ingin memasukkan data PMP yang telah di isinya mengakibatkan
proses menjadi sangat lambat, berjam jam, berhari hari bahkan berminggu minggu.
Maka banyak masukan dari pihak sekolah sampai kepada disdik di daerah tentang
perlunya pematangan aplikasi PMP sebelum aplikasi di luncurkan dan di
pergunakan dalam pemetaan mutu, sehingga pihak pihak yang terlibat di dalamnya
bisa lebih mempergunakan waktu secara effektif dan efisien dan tidak banyak
mengambil waktu di jam sekolah.