DUA CELENGAN SETIAP MANUSIA

Misalkan hidup mempunyai dua buah celengan untuk menampung recehan. Namun yang di tamping adalah amalan kebajikan dan amalan kemaksiatan.

Setiap amalan baik kita umpama kita menabung pada celengan kebaikan kita. Maka senyum kita, menolong kita terhadap sesama, mengucap tasbih, tahmid, takbir, tahlil, menasehati kebaikan pada sesama. Semua adalah ibarat kita terus memasukkan koin pada tabungan kita. Tanpa terasa, selama kita selalu dan terbiasa berbuat kebaikan maka demikianlah, akan selalu bertambah celengan kita.
Demikian juga pada saat kita melakukan keburukan, berkata tidak baik, marah, mencaci, merengut pada sesama. Hal demikian yang sebenarnya ringan tersebut terus saja menambah celengan keburukan kita, menjadi semakin berat dan berat dari waktu ke waktu.

Tanpa terasa dua celengan kita tersebut akan terisi waktu demi waktu. Sampai akhirnya tanpa terasa habis masa kita untuk dapat mengisi dua celengan tersebut dan sampailah kita untuk melihat pada timbangan mana celengan tersebut akan lebih berat, apakah pada kebaikan ataukah pada keburukan. JIka lebih berat timbangan kebaikan kita maka bergembiralah karena kita akan beroleh surganya, namun jika berat keburukan bersedihlah, karena neraka adalah tempat kembali kita.

Semua pilihan ada pada kita.