Penelitian pada Kegiatan Pengembangan Profesi Guru



Penelitian pada Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
1. Penelitian
1.1. Makna  Penelitian
Penelitian (riset, research) dapat didefinisikan kegiatan kajian suatu masalah  dengan menggunakan metode ilmiah,  secara sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal dan yang umumnya bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran, atau evaluasi  suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan deskripsi dan/atau prediksi.
Ringkasnya, penelitian merupakan upaya pemecahan atau pemaparan masalah dengan menggunakan metode ilmiah, dan terdiri dari tiga elemen utama, yaitu (1) masalah, (2) teori, dan (3) pengumpulan dan analisis fakta empirik.
Apapun jenis penelitiannya, kegiatan penelitian memiliki tahapan kerja sebagai berikut  (a) mendapatkan dan merumuskan masalah, (b) mengaji teori untuk merumuskan hipotesis atau menetapkan kriteria variabel dalam pengembangan / perancangan / pendiskripsian, (c)  mengumpulkan fakta empirik, baik dengan menggunakan berbagai intrumen, melakukan perlakuan, atau dengan membuat produk tertentu, (d) menganalisis  temuan fakta atau produk dengan kriteria teoritik untuk pengambilan kesimpulan, dan (e) menyimpulkan hasil dan mempublikasi hasil penelitiannnya.
Kegiatan penelitian timbul karena adanya sifat manusia yang selalu ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut membawa permasalahan.  Penelitian dilakukan untuk memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang membutuhkan jawaban ilmiah. Permasalahan penelitian dapat berupa pencarian teori, pengujian teori ataupun untuk mengasilkan suatu produk guna pemecahan masalah praktis yang berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.
 Masalah Ilmiah : Apakah masalah itu? Definisi ‘masalah’ bermacam-macam. Di antaranya menyatakan bahwa ‘masalah’ terjadi bila ada ketidak-sesuaian atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara das Sollen dan das Sein, antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan.
Di kehidupan sering dijumpai masalah-masalah yang memerlukan jawaban dengan kriteria kebenaran tertentu.  Sumber pengetahuan tidak hanya pikiran, tetapi juga intuisi, perasaan, dan juga wahyu. Dalam kehidupan sangat sering dijumpai masalah-masalah yang memerlukan jawaban dengan kriteria kebenaran tertentu. Hanya bila masalah tersebut membutuhkan kebenaran berkriteria keilmuan, maka masalah ini disebut masalah keilmuan. Masalah seperti itulah yang semestinya memerlukan jawaban dengan kerangka berpikir tertentu, yaitu digunakannya metode keilmuan, atau memerlukan kegiatan penelitian (ilmiah) dalam mencari jawaban dan pemecahannya.
Meskipun diketahui bahwa masalah keilmuan cukup banyak terdapat di lingkungan kita, namun sering dirasakan betapa sulitnya mengidentifikasikan, memilih dan merumuskan masalah. Kesulitan pertama adalah, darimana kita mendapatkan masalah untuk penelitian kita?
Terdapat berbagai sumber untuk “mendapatkan” masalah. Masalah-masalah keilmuan sangat banyak dijumpai melalui bacaan. Bacaan yang berupa laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, jurnal umumnya sarat dengan informasi yang mengungkapkan pula berbagai masalah keilmuan yang menarik.
Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah juga merupakan ladang masalah penelitian yang subur. Melalui kegiatan tersebut, acapkali terlontar berbagai masalah penelitian yang sudah jadi yang selanjutnya dapat dikembangkan sebagai masalah penelitian. Masalah penelitian dapat tergali melalui hasil pengamatan. Dari pengamatan akan timbul berbagai pertanyaan-pertanyaan yang melalui penelitian dapat dicari jawabannya.
Permasalahan penelitian yang baik : Tentu saja tidak semua masalah keilmuan yang dihadapi dan telah dapat diidentifikasi, akan dijamin sebagai masalah yang layak dan sesuai untuk diteliti. Kelayakan suatu penelitian berkaitan dengan banyak faktor.
             Kemanfaatan hasil. Sejauh mana penelitian terhadap masalah tersebut akan memberikan sumbangan kepada khasanah teori ilmu pengetahuan atau kepada pemecahan masalah-masalah praktis.
             Kriteria pengetahuan  yang dipermasalahkan yaitu:  (a) mempunyai khasanah keilmuan yang dapat dipakai untuk pengajuan hipotesis, dan (b) mempunyai kemungkinan mendapatkan sejumlah fakta empirik yang diperlukan guna pengujian hipotesis.
             Persyaratan dari segi si peneliti, yang pada prinsipnya sejauh mana  kemampuan si peneliti untuk melakukan penelitian. Hal ini menyangkut setidak-tidaknya lima faktor, yakni: biaya; waktu; alat dan bahan; bekal kemampuan teoritis peneliti; dan penguasaan peneliti terhadap metode penelitian yang akan digunakannya.
1.2.  Jenis  Penelitian
Dari berbagai buku penelitian, jenis penelitian dapat kelompokkan sebagai berikut (Nana, 2006; Suharsimi, 1998; Suhardjono, 2006; dan lain-lain)
Dikelompokkan berdasar pada..                Jenis penelitian
Tujuan umum (Suharsimi, 1998)                Penelitian eksploratif,  untuk mengeksplorasi, mendiskripsikan  asal usul atau sebab-musabab sesuatu
                Penelitian pengembangan, untuk  mengadakan  untuk percobaan dan penyempurnaan terhadap suatu masalah, atau untuk menghasilkan produk tertentu (program, model, alat, dll)
                Penelitian verifikasi, untuk mengevaluasi atau menguji sesuatu hal yang dipermasalahkan.
Ada tidaknya perlakuan terhadap variabel (Suharsimi, 1998)        Penelitian deskriptif:  Mengumpulkan  informasi tentang sesuatu dan kemudian mendiskripsikannya, apa adanya (tanpa melakukan perlakuan).
Soejono dan  Abdurrahman (1999) penelitian deskriptif banyak dipergunakan dan dikembangkan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, karena umumnya penelitian sosial bersifat deskriptif
Best (1981) termasuk pada kelompok deskriptif  adalah penelitian yang mengkaji pembandingan dan hubungan di antara variabel yang tidak diperoleh melalui perlakuan. 
                Penelitian eksperimen : mendeskripsikan sesuatu yang terjadi akibat adanya perlakuan atau tindakan
Pendekatan  (Nana, 2006)            Penelitian kuantitatif, untuk mencari hubungan dan menjelaskan sebab-sebab perubahan dalam fakta-fakta sosial  yang terukur. Menggunakan rancangan penelitian eksperimen atau korelasional sebagai kajian khasnya.
                Penelitian kualitatif,  lebih diarahkan untuk memahami fenomena –fenomena sosial dari prespektif partisipan. Menggunakan kajian etnografis untuk memahami keragaman prespektif  dalam situasi yang diteliti,
Jenis data (Sukidin, 2005)             Penelitian kuantitatif yang menggunakan data dalam bentuk angka-angka yang bersifat kuantitatif, untuk dapat meramal kondisi populasi, atau kecenderungan  masa datang;
                Penelitian kualitatif yang dilakukan secara cermat, mendalam dan rinci sehingga dapat mengumpulkan data yang sangat lengkap dan dapat menghasilkan informasi yang menunjukkan kualitas sesuatu. Penelitian kuantitatif memungkinkan adanya generalisasi untuk hasilnya, yang dihitung dengan analisis statistik. Hasil penelitian kualitatif hanya berlaku bagi wilayah yang diteliti itu saja.
Pemanfaatan hasil (Nana, 2006)                Penelitian Dasar, menguji teori, dalil, prinsip, dasar.
                Penelitian Terapan, menguji kegunaan teori dalam bidang tertentu. Menentukan hungungan empiris dan generalisasi analisis dalam bidang tertentu,
                Penelitian  Evaluatif, mengukur manfaat, sumbangan  dan kelayakan program atau kegiatan tertentu.
Bidang Ilmu atau subtansi disiplin keilmuan          Pendidikan, Pembelajaran, Pertanian, Sosial, Eksakta, Penelitian dalam Pengembangan Profesi Guru, dan lain-lain.
Tempat Penelitian (Suharsimi, 1998)       Laboratorium,  pengambilan data  dari atau dikerjakan di laboratorium
                Lapangan (kancah),  pengambilan data  dari atau dikerjakan di lapangan.
                Perpustakaan, pengambilan data terutama dari perpustakaan. Kajian kepustakaan.
Tujuan untuk menghasilkan rancangan, desain, model,  rekayasa enjinering atau produk lain (Suhardjono, 2006)                Penelitian  pengembangan (developmental research) untuk  mengadakan  untuk percobaan dan penyempurnaan terhadap suatu masalah, atau untuk menghasilkan produk tertentu (program, model, alat, dll)
Tujuan untuk memperoleh informasi, atau mendiskripsikannya untuk keperluan tertentu. (Suhardjono, 2006)   Penelitian  evaluasi untuk mengevaluasi  pelaksanaan atau keberhasilan  suatu sistem program, model pendidikan, penggunaan suatu sistem, program, model, metode, media, instrumen, dan lain-lain.
                Studi kasus,
                Survey,
Seringkali dipertanyaan apakah yang dimaksudkan dengan penelitian kuantitatif  dan penelitian  kuantitatif.  Perbedaan kedua jenis penelitian tersebut antara lain adalah (Sukidin, 2005):
Penelitian kualitatif / naturalistik               Penelitian kuantitatif
Berdasar tujuan
Memperoleh pemahaman makna, mengembangkan teori, menggambarkan realitas yang kompleks       Menunjukkan hubungan antar variabel, menguji teori, mencari generalisasi.
Teknik  Pelaksanaan Penelitian 
Observasi, partisipasi, observasi, wawancara terbuka     Eksperimen, observasi terstruktur
Macam  data yang dipergunakan 
Data deskriptif, dokumen-dokumen pribadi, catatan-catatan lapangan, hasil-hasil rekaman film dan foto, komentar,  dan catatan atau rekaman data wawancara,                 Data kuantitatif, hitungan-hitungan, angka-angka ukuran, pencatatatan yang dapat dikuantifikasikan, statistik.
Sampel penelitian, 
Jumlah sampel kecil, sedikit, tak mewakili sesuatu populasi, penentuan sampel secara non-acak               Jumlah sampel lebih banyak, mewakili sesuatu populasi, pepentuan sampel secara acak
Metode pelaksanaan penelitian,
Menggunakan pengamatan, pencatatan tertib, kajian  dokumen, wawancara     Eksperimen, pengumpulan data tersrtuktur,
Cara analisis data penelitian,
Secara induktif, mengacu pada model, tema, konsep, dilakukan dalam waktu relatif panjang
                Secara deduktif, mengacu pada kaidah statistika, pada saat pengumpulan data
1.3.  Penelitian  di Bidang Pendidikan
Ardhana (1987 hlm. 13) menyimpulkan bahwa “ kegunaan khusus penelitian ilmiah dalam pendidikan adalah bahwa ia akan memungkinkan  pendidik untuk mengembangkan jenis dasar pengetahuan yang jelas yang merupakan ciri profesi dan disiplin lain yang pada saat ini belum dimiliki oleh ilmu pendidikan”
Penelitian pendidikan  dapat dilakukan terhadap kajian ilmu pendidikan, kajian  praktik pendidikan, san kajian evaluasi pendidikan.   Penelitian ilmu pendidikan meliputi kajian dasar-dasar, teori-teori, dan konsep-konsep termasuk sejarah perkembangannya, yang berada pada kelompok penelitian dasar. Penelitian terhadap praktik pendidikan lebih diarahkan pada aplikasi teori, yang merupakan penelitian terapan. Penelitian evaluasi pendidikan dan lain-liaiin, yang juga berada pada kelompok penelitian terapan. Penelitian-penelitan tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif maupun kualitatif, baik dengan eksperimental maupun non eksperimental. Penelitian pendidikan, baik pada bidang ilmu, praktik dan evaluasi pendidikan,  dipilahkan dalam tiga kelompok yakni: (a) Penelitian Kurikulum dan Pembelajaran, (b) Penelitian Bimbingan dan Konseling, dan (c) Penelitian Manajemen Pendidikan (Nana, 2005).
Permasalahan pendidikan yang dapat dikaji melalui penelitian, sangatlah luas. Mulai dari  filsafat pendidikan, politik dan kebijakan pendidikan, ekonomi pendidikan, psikologi pendidikan, teknologi pendidikan, manajemen, bimbingan dan konseling, kurikulum, pembelajaran, dan lain-lain. Melihat luasnya kajian di bidang pendidikan itu, maka penelitian yang dilakukan guru dalam pengembangan profesinya, seharusnya dibatasi, hanya pada permasalahan  yang terkait dengan keilmuan dan praktek proses belajar mengajar (proses pembelajaran).  Hal itu sesuai dengan tujuan pengembangan profesi guru yakni “dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar ...”
Sehingga makna penelitian di bidang pendidikan, dalam konteks pengembangan profesi guru seharusnya diartikan dalam lingkup yang lebih terbatas, yakni pada  permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran,  dan lebih khusus lagi pada permasalahan proses belajar-mengajar  yang dilakukan guru dalam usahanya meningkatkan mutu profesionalismenya. 
Penelitian yang dilakukan guru dalam pengembangan profesi seyogyanya berada pada permasalahan teknologi pendidikan/pembelajaran. Menurut Miarso (1993) teknologi pendidikan (educational technology)  didefinisikan  sebagai: teori dan praktik  dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, penilaian dan penelitian  proses, sumber dan system untuk belajar.  Istilah teknologi pendidikan  saat ini dipersempit menjadi teknologi pembelajaran (instructional technology) yang lebih berfokus kepada pembelajaran yang merupakan bagian  dari kegiatan pendidikan. Menggunakan definisi tersebut,  penelitian di bidang Teknologi Pembelajaran berfokus pada proses, sumber maupun sistem yang berkaitan dengan belajar atau pembelajaran. 
Dalam kaitan dengan proses pembelajaran, ciri khas dari penelitian teknologi pembelajaran adalah adanya kajian yang berhubungan dengan penerapan rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran yang ditujukan untuk mencapai hasil belajar tertentu, pada suatu  tujuan, karakteristik siswa, lingkungan  dan ataupun kondisi pembelajaran spesifik. 
Penelitian tentang  pengaruh  karakteristik siswa  terhadap hasil belajar,  yang tidak ada hubungannya dengan proses pembelajaran,  lebih berada pada kawasan penelitian psikologi pendidikan daripada penelitian pembelajaran. Permasalahan tersebut lebih sesuai dilakukan oleh guru Bimbingan dan Konseling, daripada guru kelas maupun guru mata pelajaran. Demikian pula  penelitian tentang pengaruh manajemen persekolahan terhadap prestasi belajar siswa, lebih tepat berada pada kawasan manajemen pendidikan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah, ataupun Pengawas Sekolah.
Menurut Suhardjono (1990) kegiatan pembelajaran yang umum dilakukan oleh seorang guru adalah (a)  merancang pembelajarannya yang meliputi rancangan penataan isi, rancangan  strategi pembelajaran termasuk rancangan pengembangan dan  pemanfaatan media, rancangan evaluasi dan lain-lain, (b) menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran, termasuk di dalamnya pemilihan dan penggunaan model  pembelajaran tertentu sesuai tujuan, penggunaan media,  dan pengelolaan kelas, serta (c) melakukan evaluasi baik proses maupun hasil pembelajaran.   
Ketiga kegaiatan itu,  harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar diperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuannya, dan dalam waktu yang telah ditetapkan.  Dalam pelaksanaannya, terdapat banyak faktor yang mempengaruhi  hasil pembelajaran tersebut.
Ada faktor yang dapat diubah (seperti: cara mengajar, mutu rancangan, model evaluasi, dll) ada pula faktor yang harus diterima apa adanya (seperti: latar belakang siswa, gaji, lingkungan sekolah, dll).
Faktor pengaruh hasil belajar yang “tidak dapat” diubah oleh guru sebagai tenaga pengajar         Faktor pengaruh hasil belajar yang “dapat” diubah oleh guru
Tujuan dan karakterisik bidang mata pelajaran, 
Latar belakang siswa (umur, jenis kelamin, sikap, IQ, SQ, keadaaan social dan ekonominya, dan lain-lain)
Lingkungan di luar kelas, sarana dan prasarana pendukung pembelajaran dan lain             Kualitas rancangan
Kualitas penyajian materi pelajaran termasuk pengelolaan kelas
Kualitas evaluasi baik proses maupun hasil pembelajaran
Sesuai dengan tujuannya,  terdapat jenis penelitian pembelajaran  yang bertujuan untuk
(a)          mendiskripsikan  sesuatu proses, sumber atau sistem yang berkaiatan dengan proses pembelajaran, misalnya mendiskripsikan penggunaan model pembelajaraan kooperatif pada materi pembelajaran tertentu di suatu sistem pembelajaran tertentu, termasuk menganalisis  faktor-faktor pendukung dan penghambatnya,
(b)          menerapkan atau mengembangkan suatu strategi pembelajaran tertentu yang telah teruji manfaatnya guna mendapatkan penyempurnaan tindakan-tindakan yang seharusnya dilakukan dalam proses pelaksanaan, agar tujuan yang diharapkan  dapat dicapai secara optimal, misalnya dengan melakukan penelitian tindakan kelas (PTK), dan
(c)           menguji atau memverifikasi suatu tindakan pembelajaran, misalnya menguji apakah penerapan model pembelajaran yang satu lebih baik dari yang lain, melalui penelitian eksperimen.

2.            Penelitian  pada Kegiatan Pengembangan Profesi Guru
2.1.  Hubungan Penelitian dengan KTI Guru
Pada uraian terdahulu dijelaskan  bahwa permasalahan di bidang pendidikan demikian luasnya. Agar tujuan kegiatan pengembangan profesi guru dapat tercapai, maka penelitian  yang dilakukan guru, berbeda dengan yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, ataupun guru bimbingan dan konseling.
Penelitian guru dalam kegiatan pengembangan profesinya, hendaknya berupa kegiatan yang terkait dengan proses belajar mengajarnya.  Karena tentunya, kegiatan itu  dimaksudkan untuk meningkatkan mutu,  baik proses maupun produk pembelajaran. Laporan penelitian dalam bidang pembelajaran yang berupa Karya Tulis Ilmiah merupakan salah satu bentuk laporan dari kegiatan pengembangan profesi guru.
Berdasarkan aturan yang berlaku (lihat: Lampiran I dari Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor: 84/1993 Tanggal 24 Desember 1993 tentang Rincian Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya)  macam karya tulis/karya ilmiah  tersebut dapat berupa :
1.            Karya (tulis) ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan.
2.            Karya tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan.
3.            Tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media massa.
4.            Prasaran yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiiah.
5.            Buku pelajaran atau modul
6.            Diktat pelajaran
7.            Karya penerjemahan buku pelajaran/ karya ilmiah yang
bermanfaat bagi pendidikan.
Ketujuh macam karya tulis  di atas,  kesemuanya adalah Karya Tulis Ilmiah. Dengan demikian  semua karya tulis itu harus  disusun memakai langkah sesuai dengan metode (berpikir) ilmiah. Ciri khusus metode ilmiah adalah adanya (a) permasalahan, (b) konsep teori, (c) fakta empirik, dan (d) analisis permasalahan berdasarkan pada teori dan fakta empirik dalam pengambilan kesimpulan.
Karya tulis yang dibuat dengan tidak menggunakan metode keilmuan, misalnya  puisi, prosa, atau karya tulis lain yang sejenis,  tetap mendapat penghargaan angka kredit  melalui kelompok “menciptakan karya seni”.
Hubungan  antara macam kegiatan ilmiah yang dilakukan guru, dengan macam KTI yang dihasilkannya sesuai dengan Lampiran I dari Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor 84/1993 Tanggal 24 Desember 1993 tentang Rincian Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya, adalah sebagai berikut:
Macam kegiatan ilmiah yang dilakukan guru dalam kegiatan pengembangan profesinya Bentuk KTI sebagai hasil dari kegiatan ilmiahnya, dipublikasikan dalam bentuk              Angka kredit
Melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi  di bidang pendidikan    Buku yang diterbitkan secara nasional    12,5
                Artikel ilmiah dalam majalah ilmiah yang diakui oleh depertemen yang bersangkutan      6
                Buku yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah            8
                Makalah yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah     4
Melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri  dalam bidang pendidikan    Buku yang diterbitkan secara nasional               8
                Artikel ilmiah dalam majalah ilmiah yang diakui oleh depertemen yang bersangkutan      4
                Buku yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah            7
                Makalah yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah     3,5
Melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi  di bidang pendidikan,  dan atau melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri  dalam bidang pendidikan     Tulisan Ilmiah Populer yang disebarluaskan melalui media massa                2
                Makalah sebagai prasaran  yang disampaikan  dalam pertemuan ilmiah 2,5
Menulis  buku,  modul, diktat atau melakukan penerjemahan buku pelajaran atau karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan         Buku pelajaran atau modul  yang bertaraf nasional           5
                Buku pelajaran atau modul  yang bertaraf propinsi           3
                Diktat pelajaran                1
                Karya terjemahan            2,5
Dari tabel di atas tampak bahwa  macam  kegiatan pengembangan profesi  dalam pembuatan KTI  terpilah dalam tiga kelompok: (1)  Melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi , (2) Melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah, dan (3) Menulis  buku,  modul, diktat atau melakukan penerjemahan.
Dari  tiga kelompok kegiatan tersebut, kegiatan ketiga yakni “menulis buku, modul, diktat atau melakukan penerjemahan” umumnya sudah dipahami maknanya.  Yang sering menjadi pertanyaan adalah perbedaan dan persamaan di antara macam kegiatan pertama dengan kegiatan kedua.
Seringkali ditanyakan  apa beda antara kegiatan “melakukan penelitian” dengan “melakukan tinjuan ilmiah”. Bahkan ada yang menafsirkan kegiatan pertama sebagai kegiatan penelitian, dan kegiatan kedua sebagai kegaitan non-penelitian.  Produk dari kedua kegiatan tersebut juga mendapat angka kredir yang tidak sama.  Besar angka kredit dari kegiatan penelitian  sedikit lebih tinggi dari kegiatan hasil tinjuan ilmiah.
Dalam buku “Pedoman Penyusunan KTI di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru”, Suhardjono, dkk. (1996)  dalam usaha mempermudah pemahaman, mengelompokkan  KTI menjadi: (1) Laporan hasil kegiatan ilmiah  yang merupakan KTI hasil  penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi, (2) Tulisan ilmiah berupa KTI hasil tinjauan atau ulasan ilmiah, serta (3) Buku yang berupa KTI buku, diktat dan karya terjemahan.
2.2.         Perbedaan dan persamaan antara antara kegiatan   (1) melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi  dan  (2) melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah
                Melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi  di bidang pendidikan    Melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri  dalam bidang pendidikan
Persamaan         Keduanya merupakan kegiatan ilmiah yang dilakukan guru dalam kegiatan pengembangan profesinya sebagai guru.
                Kedua kegiatan  menggunakan metode (berpikir) ilmiah yakni mengungkapkan  adanya (a) permasalahan, (b) konsep teori, (c) fakta empirik, dan (d) analisis permasalahan berdasarkan pada teori dan fakta empirik dalam pengambilan kesimpulan.
                Kedua kegiatan berfokus pada permasalahan yang erat terkait dengan tugas dan tanggung jawab guru yaitu dalam usaha peningkatan mutu dan hasil  proses belajar mengajar.   Permasalahan pendidikan  yang dikaji difokuskan pada bidang pembelajaran.
                Keduanya memberikan keluaran berbentuk KTI yang APIK (Asli, Perlu, Ilmiah, dan Konsisten)
                Produk KTI yang dihasilkan sama yaitu  berupa  buku, artikel pada jurnal, dan makalah,  namun angka kreditnya berbeda,
Perbedaan          Melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi  di bidang pendidikan    Melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri  dalam bidang pendidikan
                Guru melakukan kegiatan yang menampak, diketahui serta diikuti oleh siswa dalam kegiatan pembelajarannya.                 Guru melakukan kegiatan yang tidak secara langsung diikuti oleh siswa dalam kegiatan pembelajarannya.
                Tujuan kegiatan:  menguji hipotesis, mengkaji  kemanfaatan suatu tindakan, mengkaji hubungan atau perbedaan  dari permasalahan bidang pembelajaran yang sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru.              Tujuan kegiatan: mendeskripsikan dan memberikan tinjauan serta ulasan dari permasalahan bidang pembelajaran yang sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya sebagai guru. 
                Kegiatannya umumnya berupa penelitian eksperimen, penelitian tindakan kelas, studi kasus, evaluasi, atau bentuk penelitian yang lain.
Sering disebut sebagai  kegiatan “penelitian”      Kegiatan umumnya berupa penelitian deskriptif, studi kasus, evaluasi, atau bentuk penelitian  yang lain.
Sering disebut sebagai  kegiatan “non-penelitian” (meskipun sebenarnya  kurang begitu tepat)
                Kegiatanya memberikan pengaruh pada praktek pembelajaran yang dilakukan. Kegiatanya tidak memberikan pengaruh langsung  pada praktek pembelajaran yang dilakukan
                Angka kredit KTI yang dihasilkan (buku, artikel ilmiah, atau makalah)  sedikit lebih tinggi                 Angka kredit KTI yang dihasilkan (buku, artikel ilmiah, atau makalah)  sedikit lebih rendah.
Dari tabel  tersebut  perlu digarisbawahi  perbedaan  utama dari kedua kegiatan, yakni
(1)          tujuan yang berbeda, yakni yang satu untuk menguji hipotesis, mengkaji  kemanfaatan suatu tindakan, mengkaji hubungan atau perbedaan  dari permasalahan bidang pembelajaran, sedangkan yang lain bertujuan  untuk mendeskripsikan dan memberikan tinjauan serta ulasan dari permasalahan bidang pembelajaran.
(2)          manfaat yang berbeda, yakni pada kegiatan yang berupa tinjauan / gagasan dampak kegiatannya tidak langsung dapat diketahui, diikuti, atau dirasakan oleh siswa, sekolah, atau oleh komponen pembelajaran yang lain.
Sedangkan   persamaan pentingnya adalah,
1.            keduanya merupakan  kegiatan kegiatan ilmiah, sehingga pada  KTInya harus  tertulis adanya  (a) permasalahan, (b) konsep teori, (c) fakta empirik, dan (d) analisis permasalahan berdasarkan pada teori dan fakta empirik dalam pengambilan kesimpulan.
2.            keduanya merupakan kegiatan pengembangan profesi guru, maka permasalahan yang dikaji harus dibatasi dan disesuakani dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru di kelas atau sekolah di mana ia bertugas.
3.            Keduanya dapat dilakukan melalui kegiatan penelitian dengan metode dan jenis penelitian yang berbeda.
Pertanyaan berikutnya adalah, metode dan  jenis penelitian apa yang umum dipakai dalam kegiatan pengembangan profesi guru?
Metode penelitian  merupakan  rangkaian cara dalam pelaksanaan  penelitian. Termasuk dalam metode penelitian adalah  rancangan  atau prosedur penelitian. Dikenal tiga  kelompok metode penelitian  yakni (1) metode eksperimen, (2) deskriptif (non eksperimen) dan (3) penelitian tindakan.
Uraian lebih terperinci tentang masing-masing metode penelitian tersebut, disajikan pada bab-bab berikut.
3.  Macam KTI, kerangka isi, bukti fisik dan angka kreditnya
3.1.  KTI laporan Penelitian Eksperimen
Penelitian (dengan metode) eksperimen  mempunyai ciri khusus yakni adanya perlakuan atau tindakan terhadap suatu variabel guna mengetahui bagaimana dampak tindakan itu pada variabel yang lain.  Sesuai dengan cara pelaksanaannya, terdapat berbagai jenis penelitian eksperimen, seperti: eksperimen murni yang umumnya dilakukan di laboratorium, penelitian eksperimen kuasi yang umum dilakukan guru di kelasnya, dan lain-lain. 
Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang akibat dari adanya suatu treatment atau perlakuan. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetes suatu hipotesis dengan ciri khusus yaitu (a) adanya variabel bebas yang dimanipulasi, (b) adanya pengendalian atau pengontrolan  terhadap semua variabel lain kecuali variabel  bebas yang dimanipulasi, dan (c) adanya pengamatan dan pengukuran  terhadap variabel terikat sebagai akibat dari tindakan manipulasi variabel bebas
Penelitian eksperimen yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran umumnya bertujuan  untuk menguji   pengaruh beberapa perlakuan dalam perancangan, penyajian atau evaluasi pembelajaran (sebagai variabel bebas) dengan hasil belajar siswa (sebagai variabel tergantung).  Penelitian bertujuan menguji hipotesis  yang berkaitan dengan ada tidaknya perbedaan antar variabel bebas terhadap  variabel tergantung.
Penelitian eksperimen jenis ini umunya dilengkapi dengan adanya variabel moderator yang berupa variabel dalam diri siswa.  Untuk kemudian dikaji ada tidaknya hubungan, dan interaksi di antara variabel.  Sebagai contoh, riumusan masalah dalam jenis penelitian ini adalah sebagai berikutL
             Adakah perbedaan skor matematika akibat berbedanya metode mengajar yang dipakai?
             Adakah hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap metode menhajar  dengan skor matematikanya?
             Adakah interaksi antara metode mengajar, sikap dan skor matematika?
Definisi :   Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data sebagai  akibat dari adanya suatu perlakuan. Perlakuan ini dapat berupa penerapan rancangan pembelajaran, strategi mengajar atau sistem evaluasi hasil belajar yang baru.
Penelitian eksperimen yang dilakukan di kelas bertujuan untuk menguji suatu hipotesis. Misalnya untuk menguji apakah terdapat perbedaan hasil belajar antara suatu metode pembelajaran yang baru dengan metode pembelajaran yang selama ini dilakukan.
Penelitian eksperimen mempunyai ciri khusus yaitu, 
             adanya variabel bebas yang dimanipulasi,
             adanya pengendalian atau pengontrolan  terhadap semua variabel lain kecuali variabel  bebas yang dimanipulasi,
             adanya pengamatan dan pengukuran  terhadap variabel terikat sebagai akibat dari tindakan manipulasi variabel bebas.
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan masalah  penelitian eksperimen  di bidang pembelajaran,
Judul penelitian                Rumusan masalah
Keunggulan strategi  sajian pembelajaran konsep  berdasarkan  metode A terhadap metode B  pada pembelajaran konsep pada mata pelajaran X, di kelas Y di sekolah Z                   Apakah strategi pembelajaran konsep berdasarkan metode A lebih unggul dari metode B  dalam pemerolehan mengingat konsep  pada mata pelajaran X, di kelas Y di sekolah Z?
             Apakah strategi pembelajaran konsep berdasarkan metode A lebih unggul dari metode B  dalam pemerolehan menggunakan  konsep  pada mata pelajaran X, di kelas Y di sekolah Z?
             Dan seterusnya..
Kerangka Isi Tulis      Umumnya KTI laporan hasil penelitian eksperimen ini mempunyai kerangka bagian isi  sebagai berikut:
Bagian Awal  yang  terdiri dari:  (a) halaman judul;  (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis;  (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya,  (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangi oleh  si penulis,  (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta  (g)  abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
             Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah (terutama penjelasan mengapa perlakuan hal yang akan di eksperimenkan itu,  dipilih untuk dikaji), Perumusan Masalah (bagian penting dari penelitian ekseperimen adalah kejelasan rumusan masalah),  Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian
             Bab Kajian / Tinjauan Pustaka  yang menguraikan kajian teori dan pustaka yang  berkaitan dengan variabel-variabel yang dikaji, dan ditujukan untuk menetapkan hipotesis penelitian.
             Bab Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksanaan penelitian (terutama uraian tentang sampel, prosedur pelaksanaan perlakuan, prosedur pelaksanaan eksperimen, prosedur observasi dan evaluasi,  serta hasil penelitian).
             Bab  Hasil penelitian dan pembahasan memuat diskripsi setting obyek penelitian, data hasil penelitian baik data kuantitatif maupun kualitatif, pengujian hipotesis, dan pembahasan,
             Bab Simpulan dan Saran-Saran.

Bagian Penunjang yang mumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, (b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.
Bukti fisik dan  besaran angka kredit
Makalah asli yang  ditulis  sesuai dengan kerangka isi, telah mendapat persetujuan yang berupa tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah,  menyertakan keterangan dari perpustakaan yang ditandatangani oleh petugas perpustakaan bahwa makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan, serta   pernyataan keaslian tulisan yang ditandatangani oleh  si penulis yang berisi pernyataan  bahwa karya yang dibuatnya merupakan hasil karya asli si penulis.
Besaran angka kredit untuk setiap makalah adalah  4 (empat).
3.2.  KTI laporan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas, merupakan penelitian tindakan yang umum dilakukan guru  guna  memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.  PTK berfokus  pada kelas  atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dan tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain :
             Meningkatkan mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
             Membantu guru dan  tenaga kependidikan lainnya mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
             Meningkatkan sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
             Menumbuh-kembangkan budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan (sustainable).
Ciri khusus dari PTK adalah adanya tindakan (action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam laboratorium) dan ditujukan  untuk memecahkan permasalahan-permasalahan praktis. Tindakan tersebut adalah merupakan sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Pada penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakukan  dalam rangkaian siklus kegiatan.
Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan yang dirancang sebelumnya maka objek penelitian tindakan kelas harus merupakan sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas. Di samping itu PTK, karena menggunakan kegiatan nyata di kelas, menuntut etika, antara lain: (a) tidak boleh mengganggu  tugas proses pembelajaran dan tugas mengajar guru. (b) jangan terlalu menyita banyak waktu (dalam pengambilan data, dll).  (c) masalah yang dikaji  harus merupakan masalah yang benar-benar ada dan dihadapi oleh guru., (d) dilaksanakan dengan  selalu memegang etika kerja (minta ijin, membuat laporan, dll)
PTK terdiri rangkaian empat kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap siklus adalah (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus yang pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama tersebut, guru (bersama peneliti, bila PTKnya  tidak dilakukan sendiri oleh guru) menentukan rancangan untuk siklus kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan kegiatan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan , atau untuk meyakinkan atau menguatkan hasil. Tapi umumnya kegiatan yang dilakukan pada siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang ditemukan dalam siklus pertama. 
Dengan menyusun rancangan untuk siklus kedua, maka guru dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang terjadi dalam siklus pertama.Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan tahapannya sama dengan siklus terdahulu.

Definisi :   Penelitian Tindakan Kelas (PTK)  adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.  PTK berfokus  pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan pada situasi alami.  
Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan yang sengaja dirancang untuk dilakukan oleh siswa dengan tujuan tertentu. Oleh karena tujuan PTK adalah memperbaiki mutu pembelajaran, maka kegiatan yang dilakukan haruslah berupa tindakan yang diyakini lebih baik dari kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan. Dengan kata lain, tindakan yang diberikan kepada siswa harus terlihat kreatif dan inovatif. 
Hal yang khusus pada tindakan tersebut adalah adanya hal yang berbeda dari yang biasa dilakukan guru dalam praktik pembelajaran sebelumnya, karena yang sudah dilakukan dipandang belum memberikan hasil yang  memuaskan.
Untuk mengetahui keberhasilan tindakan tersebut maka harus dilakukan secara berulang-ulang, agar diperoleh keyakinan akan keampuhan dari tindakan.  Jika dibandingkan dengan eksperimen adalah demikian. Eksperimen melihat bagaimana efektivitas perlakukan, sedangkan PTK melihat keterlaksanaan dan kelancaran proses tindakan. Oleh karena itu yang dipentingkan dalam PTK adalah proses, sedangkan hasil tindakan merupakan konsekuensi logis dari ampuhnya tindakan. Pengulangan langkah dari setiap awal sampai akhir seperti itu disebut siklus.  Untuk KTI guru, PTK  sedikitnya dilaksanakan dua siklus.
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan masalah  penelitian tindakan kelas  di bidang pembelajaran,
No          Judul penelitian                Rumusan masalah
1              Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat secara lisan melalui diskusi kelompok pada mata pelajaran X, di kelas Y, pada sekolah Z.                Bagaimana kelancaran langkah  pembelajaran diskusi, meliputi kelancaran pembentukan kelompok, mengajukan pendapat, menanggapi pendapat, sampai mengambil kesimpulan?
             Bagaimana situasi belajar kelompok meliputi ketertiban, ketenangan, keseriusan diskusi, dll.
             Bagaimana keaktifan siswa dalam berpartisipasi, semangat siswa me- nanggapi dan mempertahankan pendapat, kelancaran berbicara?
             Bagaimana kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat?
             Kendala-kendala apa yang dijumpai dalam penerapan PBL dan bagaimana mengatasinya, dst?
Kerangka Isi Laporan
Umumnya KTI PTK ini mempunyai kerangka  isi  sebagai berikut:
Bagian Awal  yang  terdiri dari:  (a) halaman judul;  (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis;  (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya,  (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangi oleh  penulis,  (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta  (g)  abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
             Bab I Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian (terutama: potensi untuk memperbaiki atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan, atau hasil pembelajaran dan/atau pendidikan).
             Bab II Kajian / Tinjauan Pustaka  yang berisi  uraian tentang kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan (khususnya kajian teori yang berkaitan dengan macam tindakan yang akan dilakukan), proses tindakan, ketepatan atau kesesuainan tindakan dengan ciri-ciri kejiwaan siswa, dan lain-lain.
             Bab III Metode Penelitian atau Metodologi Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, penjelasan rinci tentang perencanaan dan pelaksanaan tindakan, prosedur pelaksanaan  tindakan, prosedur observasi dan evaluasi, prosedur refleksi , serta hasil penelitian). Yang harus ada dan dikemukakan secara jelas dalam bagian ini adalah langkah-langkah tindakan secara rinci, terutama langkah yang harus dilakukan oleh siswa, bukan menjelaskan langkah guru yang biasa seperti membuat persiapan, menyiapkan alat, dan seterusnya. 
             Bab IV  Hasil penelitian dan pembahasan serta mengemukakan gambaran tentang pelaksanaan tindakan, dimulai dari setting atau pengaturan siswa, penjelasan umum jalannya pembelajaran diikuti penjelasan siklus demi siklus. Akhir dari bab ini adalah pembahasan, yaitu pendapat peneliti tentang plus minus tindakan serta kemungkinannya untuk diterapkan lagi untuk memperoleh gambaran model tindakan ini sebagai metode mengajar yang dipandang kreatif dan inovatif, sehingga dapat memberikan hasil pembelajaran yang maksimal
             Bab V Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang pada umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.
Bukti fisik dan  besaran angka kredit
Makalah asli yang  ditulis  sesuai dengan kerangka isi, telah mendapat persetujuan yang berupa tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah,  menyertakan keterangan dari perpustakaan yang ditandatangani oleh petugas perpustakaan bahwa makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan, serta   pernyataan keaslian tulisan yang ditandatangani oleh  penulis yang berisi pernyataan  bahwa karya yang dibuatnya merupakan hasil karya asli penulis.
Besaran angka kredit untuk setiap makalah adalah  4 (empat).
3.3. KTI laporan Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif bertujuan mendeskripsikan fakta sebagaimana adanya (tanpa perlakuan)  terdiri dari (a) survey, (b) studi kasus, (c) penelitian hubungan-korelasional, (d)  penelitian pembandingan-komparatif, (e)  penelitian evaluasi (e) penelitian pengembangan,  dan lain-lain. 
Berdasar pada tujuannya, metode penelitian deskriptif yang umum dilakukan guru dalam pengembangan pro fesinya adalah sebagai berikut....
Tujuan  penelitian            Keterangan
Survei  bertujuan mengukur sesuatu apa adanya  tanpa bertanya mengapa keadaan tersebut seperti itu.
Hasil  survey umumnya dipakai sebagai masukan data dalam pembuatan KTI yang berupa tinjuaan atau gagasan ilmiah.                 Tidak banyak guru melakukan survey sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan profesinya.
Survey dimulai dengan menjabarkan teori untuk menetapkan variabel , kriteria dan indikator variabel-variabel yang akan disurvey.  Selanjutnya dilakukan pengumpulan, analisis dan simpulan dari data yang didapat.
Studi kasus yang  merupakan kajian secara intensif tentang keadaan yang spesifik, terbatas dan kecil.
Hasil  studi kasus  umunya merupakan bagian dari KTI yang berupa tinjauan atau gagasan ilmiah.               Misalnya studi kasus  tentang gagalnya penerapan suatu metode pembelajaran baru di kelasnya. Berdasar kajian teori ditetapkan  kriteria dan indikator variabel-variabel terkait. Selanjutnya menggunakan indikator variabel itu, dilakukan pengumpulan dan analisis data untuk menjawab permasalahan. Analisis dilakukan berdasar teori dan data yang diperoleh.
Studi korelasi, penelitian ini  bertujuan mengetahui sejauh mana  variasi-variasi pada satu atau lebih faktor,  saling berhubungan ditinjau berdasarkan koefisien korelasinya.
Pada studi korelasi hal pokok yang harus menjadi perhatian adalah  (1) adanya kerangka teori yang menunjang ada tidaknya hubungan di antara variabel, (2) keterandalan instrumen pengukuran yang digunakan, dan (3) jumlah sampel yang dianalisis. 
                Penelitian jenis ini relatif sering dilakukan oleh guru.  Misalnya seorang guru menerapkan metode baru dalam proses pembelajarannya,  ia ingin mengetahui apakah  sikap siswa terhadap metode baru tersebut berkorelasi dengan hasil belajar.  Hal yang ingin dikaji sebenarnya adalah pengaruh dari penerapan metode pembelajaran.
Kesalahan umum pada penelitian ini guru tidak dikaitkan dengan tindakan/ kegiatan pembelajaran. Ia hanya mengkorelasikan variabel-variabel dalam diri siswa dengan hasil belajar, atau antara hasil belajar mata pelajaran dan satu dengan yang lainnya. Penelitian semacam itu kurang memberikan manfaat terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Studi pembandingan atau penelitian komparatif  bertujuan untuk melihat ada tidaknya perbedaan  variabel-varibel tertentu melalui pembandingan  antara satu keadaan dengan keadaan yang lain.
                Misalnya ingin diketahui adakah perbedaan hasil belajar akibat berbedanya metode yang dipakai dalam proses pembelajaran.
Pada penelitian deskriptif, data diperoleh secara ekspos fakto, bukan dari afanya suatu perlakuan. Bila data diperoleh akibat adanya perlakukan maka  kegiatan ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen.
Studi evaluasi, bertujuan memperoleh informasi ilmiah guna pengambilan keputusan.
Studi evaluasi sangat sering dipakai sebagai   KTI yang berupa tinjauan atau gagasan ilmiah.
                Misalnya adanya kebijakan baru dalam tindakan pembelajaran, yang ingin dievaluasi.  Pertama dilakukan kajian teori dipakai untuk menetapkan kriteria guna evaluasi. 
Selanjutnya fakta dikumpulkan dan dipakai untuk menguji kesenjangan antara kriteria teoritik dengan keadaan nyata dari hal dievaluasi.
Studi pengembangan, bertujuan menghasilkan produk dalam upaya pemecahan masalah.
Hasil studi ini adalah produk pengembangan misalnya buku, modul,   rancangan program, dan lain-lain
                Sebagai kegiatan ilmiah kegiatan ini juga disertai dengan kajian teori dipakai untuk menetapkan kriteria dalam pengembangan. Studi pengembangan mempunyai ciri khas yaitu adanya uraian yang mendalam tentang pelaksanaan kegiatan pengembangan yang dilakukan apakah berupa pembuatan  perancangan, desain, pembuatan alat, dan lain-lain.  Semua kegiatan dilakukan berdasarkan pada kriteria-kriteria yang telah ditapkan berdasar teori. Selanjutnya pada studi ini dilakukan uji kesesuaian hasil pengembangan dengan kriteria teoritik.
Definisi : Penelitian deskriptif  merupakan  paparan (diskripsi) informasi tentang suatu gejala, peristiwa, kejadian sebagaimana adanya.
Dalam konteks kegiatan pengembangan profesi, penelitian ini mengkaji dan memaparkan sesuatu yang terkait dengan kegiatan yang dilakukan guru yang bersangkutan dalam upayanya mengembangan profesinya sebagai guru.   
Kegiatan tersebut berkaitan dengan tugas pokok guru yakni menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran, mengevaluasi hasil pembelajaran, menganalisis hasil evaluasi pembelajaran, menyusun program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik serta mengembangkan profesi yang menjadi tanggung jawabnya.
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan masalah  penelitian diskriptif  di bidang pembelajaran .
No          Judul penelitian                Rumusan masalah
1              Penerapan KBK pada pembelajaran sejarah pada siswa kelas II,  di SMP X, sekolah Y,       Bagaimana macam kegiatan guru dalam pembelajaran yang menupakan penerapan KBK pada pembelajaran Sejarah.
             Bagaimana macam kegiatan siswa yang merupakan penerapan KBK
             Apa saja dan mengapa faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan KBK
Kerangka Isi Tulis    Umumnya KTI  laporan hasil penelitian deskriptif mempunyai kerangka bagian isi  sebagai berikut:
Bagian Awal  yang  terdiri dari:  (a) halaman judul;  (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis;  (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya,  (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangi oleh  si penulis,  (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta  (g)  abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
             Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah mengapa masalah tersebut diteliti dan disertai data yang berkaitan dengan permasalahannya. Perumusan Masalah (Hal-hal  yang ingin diketahui jawabannya atau ingin dijelaskan secara rinci melalui kajian diskriptif),  Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian
             Bab Kajian / Tinjauan Pustaka  yang menguraikan kajian teori dan pustaka yang  berkaitan dengan variabel-variabel yang berkaitan atau kegiatan-kegiatan dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan,
             Bab Metode Penelitian yang menjelaskan tentang populasi dan sample penelitian, metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan cara analisis penelitian.
             Bab Hasil dan pembahasan menguraikan tentang gambaran sasaran penelitian, diskripsi hasil penelitian, dan analisis serta pembahasannya, serta
             Bab Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang mumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, (b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.
Bukti fisik dan  besaran angka kredit
Makalah asli yang  ditulis  sesuai dengan kerangka isi, telah mendapat persetujuan yang berupa tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah,  menyertakan keterangan dari perpustakaan yang ditandatangani oleh petugas perpustakaan bahwa makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan, serta   pernyataan keaslian tulisan yang ditandatangani oleh  si penulis yang berisi pernyataan  bahwa karya yang dibuatnya merupakan hasil karya asli si penulis.

Besaran angka kredit untuk setiap makalah adalah   4 (empat)
3.4.  KTI  berupa  gagasan/ tinjauan  ilmiah
Definisi :  KTI yang berupa gagasan ilmiah adalah tulisan yang berisi paparan ide/gagasan penulis dalam upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan formal dan pembelajaran dihadapi pada satuan pendidikan penulis.
Misalnya seorang guru  mempunyai gagasan inovatif untuk meningkatkan disiplin siswa dengan menggunakan metode X.  Maka ia memaparkan gagasan tersebut  dengan menggunakan kerangka berpikir keilmuan. Yaitu, secara teori mengapa metode X mampu meningkatkan disiplin siswa.  Ia juga mengutarakan gagasannya tentang bagaimana  menerapkan  metode X tersebut dan bagaimana kendala-kedala yang akan dihadapi sesuai dengan fakta yang nyata terjadi di lapangan.
Dengan demikian, paparan gagasan ini dapat pula disebut sebagai suatu rancangan tindakan yang ditujukan untuk peningkatan mutu pembajalaran di kelas atau sekolahnya. Bilamana gagasan tersebut dilaksanakan dapat menjadi kegiatan penelitian. 
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan masalah  dari KTI yang berisi gagasan ilmiah di bidang pembelajaran .
Judul     Rumusan masalah
Menerapkan metode X dalam upaya meningkatkan disiplin siswa, dalam kegiatan belajar  di kelas Y, sekolah Z
Upaya memanfaakan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar yang efektif di SMA
                             Bagaimana kemungkinan penerapan metode X agar dapat secara optimal meningkatkan  disiplin siswa, dalam kegiatan X, di kelas Y, sekolah Z
             Rancangan langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan metode X
             Kemungkinan kendala-kendala yang dijumpai dan antisipasi cara pemecahannya dalam penerapan metode X
             Dan lain-lain
             Bagaimana siswa menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar
             Bagaimana cara memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar
Kerangka Isi Tulis    Umumnya KTI  yang berisi laporan kegiatan atau gagasan / tinjuan ilmiah mempunyai kerangka bagian isi  sebagai berikut:
Bagian Awal  yang  terdiri dari:  (a) halaman judul;  (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis;  (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya,  (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangi oleh  si penulis,  (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta  (g)  abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni:
             Bab Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah (terutama penjelasan permasalahan yang dihadapinya, dan apa serta mengapa ide /gagasan yang ingin dikemukaan si penulis dalam upaya pemecahan masalah), Tujuan dan Kemanfaatan pengungkapan gagasan tersebut.
             Bab Kajian / Tinjauan Pustaka  yang mengurai-kan kajian teori dan pustaka yang  berkaitan dengan berbagai  uraian konsep atau tindakan-tindakan yang merupakan inti dari gagasan dalam upaya pemecahan masalah yang dihadapi.
             Bab Diskusi yang menjelaskan kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dengan diterapkannya ide/gagasan si penulis dengan keadaan nyata atau fakta-fakta yang ada di lapangan.
             Bab Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang mumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah dokumen penunjang atau bukti tentang fakta-fakta yang diungkapkan pada bab Uraian Fakta.

Bukti fisik dan  besaran angka kredit

Makalah asli yang  ditulis  sesuai dengan kerangka isi, telah mendapat persetujuan yang berupa tanda tangan kepala sekolah dan cap sekolah,  menyertakan keterangan dari perpustakaan yang ditandatangani oleh petugas perpustakaan bahwa makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan, serta   pernyataan keaslian tulisan yang ditandatangani oleh  si penulis yang berisi pernyataan  bahwa karya yang dibuatnya merupakan hasil karya asli si penulis.
Besaran angka kredit untuk setiap makalah adalah   3,5 (tiga  setengah)
                KTI yang berupa prasaran yang disajikan pada  forum ilmiah
Definisi :   Prasaran yang disajikan pada forum ilmiah adalah makalah tertulis yang merupakan pelengkap atau pendukung sajian lisan dari si penulis dalam pelaksanaan presentasi dalam forum  ilmiah.
Dalam konteks kegiatan pengembangan profesi, maka isi atau materi yang disajikan dalam pertemuan ilmiah tersebut  harus tetap sesuai dengan makna  pengembangan profesi yaitu untuk meningkatkan mutu kegiatan proses belajar mengajar dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan formal dan kebudayaan.
Dengan demikian hasil dari kegiatan penelitian tindakan kelas, penelitian ekseperimen, penelitian diskriptif, atau laporan kegiatan nyata, serta gagasan dalam upaya meningkatkan mutu kegiatan proses belajar mengajar di kelas / sekolahnya  dapat  merupakan materi yang disajikan pada forum ilmiah. 
Berikut disajikan contoh judul dan permasalaah  dari KTI yang berupa makalah yang disajikan pada pertemuan ilmiah.
Judul     Permasalahan
Penerapan KBK pada pembelajaran sejarah pada siswa kelas II,  di SMP X, sekolah Y,
Makalah disajikan pada seminar propinsi tingkat propinsi.                          Memaparkan hasil penelitian / hasil kegiatan nyata yang dilakukan guru yang bersangkutan dalam penerapan KBK di kelasnya.
Kerangka Isi Tulis    Biasanya pelaksanaan pertemuan ilmiah telah mempunyai pedoman/format penulisan makalah yang harus akan dipergunakan pada pertumuan ilmiahnya .  Pada umumnya pedoman / format penulisan makalah terdiri dari  bagian isi  sebagai berikut:
Bagian Awal  yang  berisi judul, nama di penulis makalah,  keterangan  pada kegiatan apa prasaran ilmiah tersebut disajikan, kapan, dimana dan siapa penyelenggaranya.
Bagian Isi  suatu prasaran dalam pertemuan ilmiah sangat beragam. Tetapi umumnya  suatu makalah tersebut terdiri dari (a) pengantar yang berisi ringkasan, atau ungkapan latar belakang, atau uraian yang mengantarkan pembacanya kepada permasalahan utama, (b) paparan masalah uatama, dan (c) penutup yang berupa ringkasan, atau uraian hal-hal yang penting, atau saran tindak lanjut,  serta (d) dilengkapi dengan daftar bacaan.
Catatan :
(a)          jumlah halaman makalah untuk prasaran ilmiah  yang diketik pada kertas ukuran A4, spasi satu, umumnya antara 10 – 20 halaman. Namun jumlah halaman sangat tergantung pada alokasi waktu dan luasnya hal yang dipermasalahkan.
(b)          sangat disarankan juga menyertakan diskripsi singkat tentang data diri pemulis pada bagian akhir malakah. .
Bukti fisik dan  besaran angka kredit
Makalah asli atau foto copy telah mendapat persetujuan dan disyahkan  dari kepala sekolah, mencantumkan keterangan dari panitia penyelenggara kegiatan ilmiah yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah dipresentasikan (dapat pula berupa fotocopy piagam keikutsertaan sebagai pembicara, atau surat undangan dari pantia, atau bukti keikutsertaan yang lain), menyertakan pernyataan yang ditandatangani oleh  si penulis menyatakan bahwa prasanan yang ditulisnya merupakan hasil karya asli dan benar-benar telah dipresentasikan pada pertemuan ilmiah di jenjang tertentu.
Besaran angka kredit untuk setiap makalah yang berupa prasaran ilmiah adalah 2,5 (dua setengah)
Menyusun dan menilai Karya Tulis Ilmiah  yang berupa
artikel ilmiah, prasaran dan tulisan ilmiah populer
1. Apa yang Dimaksud dengan  Kegiatan  Pengembangan Profesi Guru?
Kegiatan pengembangan profesi guru adalah kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan  untuk peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan kebudayaan (berdasar definsi pada Kepmendidbud No. 025/0/1995).  Terdapat lima macam kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan guru yaitu, (1) membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI), (2) menemukan Teknologi Tepat Guna, (3) membuat alat peraga/bimbingan, (4) menciptakan karya seni, dan (5) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
2. Apa yang Dimaksud dengan Karya Tulis Ilmiah?
Karya Tulis Ilmiah (selanjutnya disingkat KTI) pada dasarnya merupakan laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya,  maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI) juga beragam. Ada yang berbentuk  laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat  dan lain-lain. KTI juga berbeda bentuk penyajiannya sehubungan dengan berbedanya tujuan penulisan serta  media yang menerbitkannya. .
Bila seorang guru menulis KTI (dengan benar) maka kepadanya diberikan penghargaan, berupa angka kredit yang dapat dipakai untuk memenuhi persyaratan dalam usulan kenaikan pangkat/jabatannya. Besarnya angka kredit KTI berbeda-beda tergantung pada macam dan lingkup publikasinya. Berdasar aturan yang berlaku, KTI yang berangka kredit  tertinggi  (12,5 angka kredit) adalah  KTI hasil penelitian perorangan yang dipublikasi dalam bentuk buku,  yang terendah bernilai 1 angka kredit,  untuk KTI yang berupa diktat.
Macam KTI pada kegiatan pengembangan profesi guru, terdiri dari 7 (tujuh) macam, yang dapat dirinci sebagai berikut:
No          Macam KTI          Macam publikasinya       Angka kredit
1              KTI hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi               Berupa buku yang diedarkan secara nasional      12,5
                                Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah  yang diakui oleh Depdiknas         6,0
                                Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional           6,0
                                Berupa makalah               4,0
2              KTI yang merupakan tinjuan atau gagasan sendiri dalam bidang pendidikan          Berupa buku yang diedarkan secara nasional               8,0
                                Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah  yang diakui oleh Depdiknas         4,0
                                Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional           7,0
                                Berupa makalah               3,5
3              KTI yang berupa tulisan ilmiah popular  yang disebarkan melalui media masa       Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada  media masa            2,0
4              KTI yang berupa tinjuan, gagasan, atau ulasan ilmiah yang disampaikan sebagai prasaran dalam pertemuan ilmiah                 Berupa makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah               2,5
5              KTI yang berupa buku pelajaran                Berupa buku yang bertaraf nasional        5
                                Berupa buku yang bertaraf propinsi        3
6              KTI yang berupa diktat pelajaran               Berupa diktat yang digunakan di sekolahnya       1
7              KTI yang berupa karya terjemahan          Berupa karya terjemahan buku pelajaran/ karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan                2.5
Dari tabel di atas juga terlihat bahwa KTI yang berupa laporan hasil penelitian dapat dipakai sebagai salah satu macam kegiatan pengembangan profesi tenaga pendidik. Bahkan, akhir-akhir ini kegiatan membuat KTI yang berupa laporan hasil penelitian, menunjukan jumlah yang semakin meningkat.
3. Mengapa KTI Hasil Penelitian Makin Diminati?
Salah satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini, cenderung banyak dilakukan oleh para guru  adalah  KTI hasil penelitian perorangan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan  di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah. KTI jenis ini mempunyai nilai angka kredit  4 (empat). KTI yang berupa laporan hasil penelitian tersebut cenderung diminati dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi guru, di antaranya  karena:
1.            Para guru makin memahami bahwa salah satu tujuan kegiatan pengembangan profesi, adalah dilakukannya  kegiatan nyata  di kelasnya yang ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya. Bagi sebagian besar guru, melakukan kegiatan seperti itu, sudah terbiasa dilakukan
2.            Kegiatan tersebut, harus dilaksanakan dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah, karena hanya dengan cara itulah, mereka akan mendapat jawaban yang benar secara keilmuan terhadap apa yang ingin dikajinya.
3.            Apabila kegiatan tersebut dilakukan di kelasnya, maka kegiatan tersebut dapat berupa  penelitian eksperimen, atau penelitian tindakan yang semakin layak untuk menjadi prioritas kegiatan. Kegiatan nyata dalam proses pembelajaran, dapat berupa tindakan untuk    “menguji atau menerapkan” hal-hal “baru” dalam praktik pembelajarannya. Saat ini, berbagai inovasi baru dalam pembelajaran, memerlukan verifikasi maupun penerapan  dalam  proses pembelajaran.
4. Apakah yang Dimaksud dengan Penelitian?
Penelitian (riset, research) merupakan penyelidikan suatu masalah  secara sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal. Penelitian merupakan kegiatan yang dilakukan dengan menggunakan logika proses berpikir eksplisit (artinya setiap langkahnya  dilakukan secara terbuka  sehingga dapat dikaji kembali baik oleh yang bersangkutan maupun oleh orang lain) dan informasinya dikumpulkan  secara sistematis dan obyektif. 
Penelitian bertujuan untuk  menemukan, mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan deskripsi dan/atau prediksi, dan  yang dilakukan dengan langkah yang sistematis, kritis,dan ilmiah.
Hasil pengetahuan yang diperoleh melalui kegiatan penelitian mempunyai sifat khusus, yaitu bersifat keilmuan,  dan bila terkumpul secara sistematis membentuk khazanah pengetahuan yang disebut ilmu, yang kemudian mampu memberikan berbagai dampak bagi hidup dan kehidupan manusia.
Kerja penelitian umumnya terdiri dari  beberapa langkah utama, yaitu :
             melakukan kajian terhadap permasalahan,
             melakukan kajian teoritik dari permasalahan untuk kemudian secara deduksi dirumuskan menjadi hipotesis dari masalah yang dihadapi,
             mengumpukan data empirik guna pengujian hipotesis,
             mengadakan uji hipotesis, dan
             menarik  kesimpulan.
5. Bagaimana Penelitian  di Bidang Pembelajaran?
Penelitian di bidang pembelajaran  ditandai adanya  permasalahan tentang  hal-hal yang  bekaitan dengan  proses-mengajar-belajar. Ciri khas dari penelitian pembelajaran adalah adanya kajian yang berhubungan dengan penerapan rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran yang ditujukan untuk mencapai hasil belajar tertentu, pada suatu  tujuan, karakteristik siswa, lingkungan  dan atapun kondisi pembelajaran spesifik. 
Melalui kegiatan pengembangan profesi, diharapkan para guru dapat menyelesaikan masalah melalui kegiatan nyata  di kelasnya yang ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya yang dilaksanakan secara profesional. Hanya dengan cara itu, maka mereka akan dalam mengembangan profesinya. Kiranya, itulah hakikat tujuan dari kegiatan pengembangan profesi.
Fokus masalah penelitian pembelajaran adalah pada hal-hal yang dapat dilakukan guru dalam praktik pembelajaran, yaitu dalam proses pembelajaran yang dapat berupa rancangan, sajian maupun evaluasi yang dikaitkan dengan hasil belajar dan faktor pengaruh yang lain. 
Dengan kata lain, penelitian di bidang pembelajaran ditandai adanya  permasalahan kajian tentang  hal-hal yang  bekaitan dengan  proses-mengajar-belajar.
6. Apa Penelitian Pembelajaran yang Dilakukan di Kelas?
Berbagai kegiatan pengembangan profesi yang dapat dilakukan guru dengan  melibatkan para siswanya, antara lain adalah dengan  melakukan penelitian di kelasnya. Ada  dua macam penelitian yang dapat dilakukan di dalam kelas, yaitu: (a) penelitian eksperimen, dan (b) penelitian tindakan kelas (PTK).  Penelitian eksperimen atau PTK, lebih diharapkan dilakukan guru dalam upayanya menulis  KTI karena:
             KTI tersebut merupakan laporan  dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya – (ini tentunya berbeda dengan KTI yang berupa laporan penelitian korelasi, penelitian diskriptif, ataupun  ungkapan gagasan, yang umumnya tidak memberikan dampak langsung pada proses pembelajaran di kelasnya), dan
             Dengan melakukan kegiatan penelitian tersebut, maka para guru telah melakukan salah satu tugasnya dalam kegiatan pengembangan profesionnya.  
Terdapat beberapa macam penelitian, antara lain, penelitian diskriptif yang merupakan  paparan (diskripsi) informasi tentang suatu gejala, peristiwa, kejadian sebagaimana adanya.  Berbeda dengan penelitian eksperimen  pada penelitian diskriptif tidak diadakan perlakuan. Penelitian ini mengkaji dan memaparkan sesuatu keadaan sebagaimana adanya.
Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang akibat dari adanya suatu treatment atau perlakuan. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetes suatu hipotesis dengan ciri khusus :
(a)          adanya variabel bebas yang dimanipulasi,
(b)          adanya pengendalian atau pengontrolan  terhadap semua variabel lain kecuali variabel  bebas yang dimanipulasi,
(c)           adanya pengamatan dan pengukuran  terhadap variabel terikat sebagai akibat dari tindakan manipulasi variabel bebas.
Di samping kedua macam penelitian tersebut, ada pula yang dinamakan penelitian tindakan (action research). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya.  PTK berfokus  pada kelas  atau pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dan  bukan pada input kelas  (silabus, materi,dll) ataupun output (hasil belajar). PTK  harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.

7. Bagaimana macam KTI yang berasal dari Laporan Penelitian?
Berdasar definsi pada Kepmendidbud No. 025/0/1995, makalah hasil penelitian adalah suatu karya tulis yang disusun oleh seseorang atau kelompok orang yang membahas suatu pokok bahasan yang merupakan hasil penelitian.  Dengan demikian, KTI ini  merupakan laporan hasil dari suatu kegiatan penelitian yang telah dilakukan.
Laporan hasil penelitian tersebut dapat disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
No          Macam bentuk publikasi laporan hasil penelitian               Angka kredit
1              Berupa buku yang diedarkan secara nasional.  Buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional yang ditulis berdasar  hasil penelitian yang dilakukan oleh guru, masih sangat terbatas jumlahnya. Sangat jarang guru mengirimkan KTI dalam bentuk ini.             12,5
2              Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah (jurnal)  yang diakui oleh Depdiknas.  Masing-masing jurnal ilmiah umumnya mempunyai persyaratan dan tata cara penulisan artikel  hasil penelitian yang spesifik dan berlaku untuk jurnal yang bersangkutan. KTI yang diajukan guru dalam bentuk publikasi ini, akhir-akhir ini semakin meningkat jumlahnya.         6,0
3              Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional.  Buku  yang ditulis berdasar  hasil penelitian yang dilakukan oleh guru, yang tidak diederkan secara nasional juga masih sangat terbatas jumlahnya.            6,0
4              Berupa makalah yang disimpan di perpustakaan.  Inilah  bentuk laporan hasil penelitian yang paling banyak diajukan  sebagai Karya Tulis Ilmiah oleh para guru.             4,0
5              Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada  media masa. Meskipun cukup banyak tulisan ilmiah popular diajukan sebagai KTI, namun yang merupakan laporan hasil penelitian, sangat terbatas jumlahnya.          2,0
6              Berupa makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah. Meskipun cukup banyak makalah berupa prasasran  diajukan sebagai KTI, namun yang merupakan makalah prasaran berdasarkan  laporan hasil penelitian, sangat terbatas jumlahnya.       2,5
Selanjutnya, tulisan ini  akan lebih memberikan fokus bahasan pada KTI hasil penelitian yang dipublikasikan dalam bentuk
(1)          Artikel ilmiah  yang dipublikasikan melalui jurnal (dengan angka kredit 6),
(2)          Prasaran pada pertemuan ilmiah (angka kredit 2.5)
(3)          Tulisan ilmiah populer yang tersaji di media masa (angka kredit 2)

8. Artikel ilmiah  yang dipublikasikan melalui jurnal (dengan angka kredit 6)
KTI yang dapat dimuat di Jurnal Ilmiah  dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama KTI yang berupa laporan hasil penelitian, dan kedua berupa KTI non-hasil penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan ilmiah).
Masing-masing jurnal mempunyai tatacara penulisannya sendiri-sendiri. Ada perbedaan di antara satu jurnal dengan jurnal yang lain. Misalnya, tentang ukuran dan macam huruf, jumlah halaman maksimum yang diperbolehkan, kerangka dan tatacara penulisan, bahkan juga cara pengirimannya naskah (ada yang harus mengirimkan dalam bentuk disket berikut printoutnya) dll.
Berikut contoh sistematika penulisan pada Jurnal Teknologi Pendidikan (PPS IKIP Malang, ISSN 0854-7599). Setiap karangan harus disertai  (a) abstrak, (b) kata-kata kunci, (c) identitas pengarang, (d) pendahuluan  yang berisi latar belakang dan tujuan atau ruang lingkup tulisan  dan (e) daftar pustaka. Hasil penelitian  disajikan dengan sistematika sebagai berikut  (a) judul, (b)nama pengarang, (c) anstrak, (d) kata-kata kunci, (e) pendahuluan  berisi pembahasan kepustakaan  dan tujuan penelitian, (f) metode, (g) pembahasan, (i) kesimpulan  dan saran, dan (h) daftar pustaka.
Dengan demikian Isi dan sistematika KTI  laporan hasil penelitian yang diajukan untuk dimuat di jurnal,  sedikitnya terdiri dari :
                Judul penelitian
Bab I      Permasalahan / Pendahuluan
Latar belakang masalah / Perumusan masalah
Tujuan dan Manfaat
Bab II    Landasan Teori
Bab III  Metode Penelitian
Bab IV  Hasil dan Analisis Hasil
Bab V   Kesimpulan dan Saran

Judul penelitian menyatakan secara jelas namun sesingkat mungkin  permasalahan yang akan diteliti, upayakan variabel penelitian tercantum pada judul tersebut. Upayakan pula agar  dengan membaca judul itu, pembaca akan tertarik untuk membaca lebih jauh isi usulan penelitian.
Bagian terpenting pada KTI hasil penelitian adalah ungkapan permasalahan (khususnya rumusan masalahnya). Rumusan masalah  adalah pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya ingin dikaji  melalui penelitian.  Latar Belakang Masalah  merupakan penjelasan mengapa  sesuatu itu dipermasalahkan.  Alasan itu diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat urgensi, tujuan dan manfaat dari penelitian yang diajukan. KTI hasil penelitian harus  pula menuliskan tujuan dan manfaat yang diperoleh dari  hasil penelitian yang telah dilakukan.
Secara singkat hasil penelitian juga perlu mencantumkan pembahasan teori dari hal yang dipermasalahkan dan hipotesis yang dapat ditarik dari teori tersebut, serta akan diuji berdasar fakta empirik. Uraian tentang metode penelitian, yang terdiri dari cara pengumpulan, hasil yang diperoleh serta analisis data juga harus dituliskan dengan singkat. Akhirnya perlu disajikan diskusi singkat, yang kemudian mengasilkan beberapa kesimpulan serta (bila ada) pengajuan saran.
Hal yang tidak mudah dalam menulis KTI hasil penelitian untuk jurnal adalah keterbatasan halaman.  Umumnya jumlah halaman dari satu artikel yang dimuat di jurnal antara 5 – 10 halaman (untuk ukuran kertas A4, font 12, spasi dua). Karena itu kemampuan untuk memadatkan laporan, agar isinya tetap terkomunikasikan dan terjaga, dengan tetap enak dibaca dan mampu menarik minat, menjadi kemampuan yang memerlukan latihan.

9. Prasaran pada pertemuan ilmiah (angka kredit 2.5)
Setiap kali diundang untuk memberikan prasaran pada pertemuan ilmiah, maka KTI yang berupa makalah (yang berisi prasaran tertulis) selalu dibuat sebagai penunjang sajian lisan.
Isi prasaran yang dapat disajikan pada pertemuan ilmiah banyak macamnya. Namun karena kegiatan mengikuti kegiatan ilmiah (sebagai pemrasaran) masih dalam ruang lingkup untuk peningkatan pengembangan profesi guru, maka topik atau hal dipermasalahkan tentunya berada pada kawasan pembelajaran / keguruan.
Dengan demikian, seharusnya hanya prasaran ilmiah yang isinya  berkaitan dengan kegiatan peningkatan profesi guru dan tersaji dengan kerangka pemikiran ilmiah (sebagai ciri KTI) sajalah yang dapat memenuhi syarat untuk diberi nilai.
Karena itu hal yang umumnya diharapkan disajikan pada pertemuan ilmiah dapat berupa  laporan hasil penelitian ataupun berupa sajian pemikiran non-hasil penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan ilmiah). Apapun isi yang disajikan, sebagai tulisan ilmiah, makalah yang disajikan pada pertemuan ilmiah seharusnya  harus tetap mencerminkan pola urutan kegiatan berpikir keilmuan yaitu adanya sajian tentang (1) hal yang dipermasalahkan, (2) kerangka teori, atau konsep-konsep teoritik –bukan pernyataan emosional si penulis, atau paparan konsep non ilmiah, dari hal yang dipermasalahkan, (3) fakta-fakta yang terjadi sehubungan dengan hal dipermasalahkan, dan (4) analisis, bahasan, kesimpulan dan saran.
Masing-masing pantia pertemuan ilmiah (panitia seminar, lokakarya, simpusium, dll) umumnya mepersyaratkan tatacara penulisan makalahnya sendiri-sendiri. Ada perbedaan di antara panitia pengarah yang satu dengan yang lainnya, misalnya, tentang ukuran dan macam huruf, jumlah halaman maksimum yang diperbolehkan, kerangka dan tatacara penulisan, bahkan juga cara pengirimannya naskah (ada yang harus mengirimkan dalam bentuk disket berikut printoutnya) dll.
Apabila makalah prasaran tersebut merupakan hasil penelitian, umumnya menggunakan sistematika sebagaimana KTI  yang diajukan untuk dimuat di jurnal sebagai berikut (1)                Judul , (2) Bab I                 Permasalahan / Pendahuluan  (terdiri dari uraian tentang Latar belakang masalah / Perumusan masalah , Tujuan dan Manfaat, (3) Bab II    Landasan Teori, (4) Bab III  Metode Penelitian, (5) Bab IV  Hasil dan Analisis Hasil, (6) Bab V   Kesimpulan dan Saran  serta dilengkapi dengan daftar pustaka.
10. Tulisan ilmiah populer yang tersaji di media masa (angka kredit 2)
Berbeda dengan KTI yang disajikan melalui jurnal ilmiah, KTI yang disajikan melalui koran, atau media massa yang lain yang lebih populis, umum disebut sebagai Karya Tulis Ilmiah Populer.  Kata populer  menjadi ciri khusus. Itu  menandai bahwa meskipun isi sajiannya adalah masalah ilmiah,  tetapi dikemas, ditulis  sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti dengan mudah oleh pembacanya yang sebagian besar terdiri dari masyarakat umum (untuk membedakan dengan pembaca jurnal yang terdiri dari kelompok masyarakat keilmuan tertentu).
KTI  populer, juga dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama berupa laporan hasil kajian penelitian, dan kedua berupa KTI non-hasil penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan ilmiah).
Apapun isi yang disajikan, sebagai tulisan ilmiah harus tetap mencerminkan pola urutan kegiatan berpikir keilmuan yaitu adanya sajian tentang (1) hal yang dipermasalahkan, (2) kerangka teori, atau konsep-konsep teoritik –bukan pernyataan emosional si penulis, atau paparan konsep non ilmiah, dari hal yang dipermasalahkan, (3) fakta-fakta yang terjadi sehubungan dengan hal dipermasalahkan, dan (4) analisis, bahasan, kesimpulan dan saran.
Perlu diingat, bahwa karena KTI ini bertujuan untuk peningkatan pengembangan profesi guru, maka topik atau hal dipermasalahkan tentunya berada pada kawasan pembelajaran / keguruan, Dengan demikian, hanya KTI Populer yang berkaitan dengan kegiatan peningkatan profesi guru dan tersaji dengan mencerminkan kerangka pemikiran ilmiah (sebagai ciri KTI) sajalah yang dapat memenuhi syarat untuk diberi nilai.
Penulisan KTI populer tentu saja berbeda dengan sajian untuk artikel jurnal. Bahasa yang dipakai tentunya lebih populis, mudah dimengerti, menarik, jelas dan kompak. Tidak diperlukan dalam KTI populer sajian seperti penulisan : abstrak,  kata-kata kunci, daftar pustaka, catatan kaki, penjelasan referensi, dan lain-lain.
Penutup
             Salah satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini,  cenderung banyak dilakukan oleh para guru adalah  KTI hasil penelitian perorangan KTI hasil penelitian cenderung sangat diminati dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi,
             Laporan  hasil penelitian, dapat dipakai sebagai KTI guru dalam pengembangan profesi dalam berbagai bentuk seperti dalam bentuk makalah, artikel di jurnal imliah, tulisan ilmiah popular, atau makalah pada pertemuan ilmiah.
             Yang dapat dinilai adalah KTI yang   “APIK,”  yaitu yang A sli,  P erlu, permasalahan yang dikaji pada penelitian itu memang mempunyai manfaat. Bukan hal yang mengada-ada, atau memasalahkan sesuatu yang tidak perlu lagi dipermasalahkan, I lmiah, penelitian harus berbentuk, berisi, dan dilakukan sesuai dengan kebenaran ilmiah. Dan K onsisten, bila penulisnya seorang guru, maka penelitian haruslah berada pada bidang kelimuan yang sesuai dengan kemampuan guru tersebut.
Tanya Jawab di sekitar
Karya Tulis Ilmiah
dalam kegiatan pengembangan profesi guru.

Bab I   Pengembangan Profesi dan KTI

1.1.  Bagaimana  kaitan KTI dengan pengembangan profesi guru?
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara nomor 84/1993 penetapan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, serta Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, pada prinsipnya bertujuan untuk membina karier kepangkatan dan profesionalisme guru 
Pada aturan tersebut, di antaranya dinyatakan bahwa untuk keperluan kenaikan pangkat/jabatan Guru Pembina /Golongan IVa ke atas, diwajibkan adanya angka kredit yang harus diperoleh dari Kegiatan Pengembangan Profesi. 
Melalui sistem angka kredit itu, diharapkan  dapat diberikan  penghargaan secara lebih adil dan lebih professional terhadap pangkat guru, yang merupakan pengakuan profesi dan kemudian akan meningkatkan pula tingkat kesejahteraannya.
Pengembangan profesi terdiri dari  5 (lima) macam kegiatan, yaitu:  (1) menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI), (2) menemukan Teknologi Tepat Guna, (3) membuat alat peraga/bimbingan,(4) menciptakan karya seni dan (5) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Sehingga membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI) merupakan salah satu macam kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam pengembangan profesinya. 
1.2. Apakah KTI satu-satunya  kegiatan pengembangan profesi guru?
Tidak. Berbeda dengan anggapan umum, menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) BUKAN merupakan satu-satunya kegiatan  pengembangan profesi guru. 
Namun, dengan berbagai alasan,  antara lain karena belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan dan penilaian dari kegiatan selain menyusun KTI, maka pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi sebagian terbesar  dilakukan melalui  KTI.
1.3. Apa yang dimaksud dengan Karya Tulis Ilmiah (KTI)?
KTI adalah  laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI)  juga beragam bentuknya. Ada yang berbentuk  laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat  dan lain-lain. 
KTI pada kegiatan pengembangan profesi guru, terdiri dari 7 (tujuh) macam, dengan rincian sebagai berikut:
No          Macam KTI          Macam publikasinya       Angka kredit
1              KTI hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi               Berupa buku yang diedarkan secara nasional      12,5
                                Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah  yang diakui oleh Depdiknas         6,0
                                Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional           6,0
                                Berupa makalah               4,0
2              KTI yang merupakan tinjuan atau gagasan sendiri dalam bidang pendidikan          Berupa buku yang diedarkan secara nasional               8,0
                                Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah  yang diakui oleh Depdiknas         4,0
                                Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional           7,0
                                Berupa makalah               3,5
3              KTI yang berupa tulisan ilmiah popular  yang disebarkan melalui media masa       Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada  media masa            2,0
4              KTI yang berupa tinjuan, gagasan, atau ulasan ilmiah yang disampaikan sebagai prasaran dalam pertemuan ilmiah                 Berupa makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah               2,5
5              KTI yang berupa buku pelajaran                Berupa buku yang bertaraf nasional        5
                                Berupa buku yang bertaraf propinsi        3
6              KTI yang berupa diktat pelajaran               Berupa diktat yang digunakan di sekolahnya       1
7              KTI yang berupa karya terjemahan          Berupa karya terjemahan buku pelajaran/ karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan                2.5
Meskipun berbeda macam dan besaran angka kreditnya, semua KTI (sebagai tulisan yang bersifat ilmiah)  mempunyai kesamaan, yaitu:
             hal yang dipermasalahkan berada pada kawasan pengetahuan keilmuan
             kebenaran isinya mengacu kepada kebenaran ilmiah
             kerangka sajiannya  mencerminan penerapan metode ilmiah
             tampilan fisiknya  sesuai dengan tata cara penulisan karya ilmiah
Salah satu bentuk KTI yang  cenderung banyak dilakukan adalah  KTI hasil penelitian perorangan (mandiri) yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan  di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah (angka kredit 4).
1.4. Bagaimana hubungan KTI dengan Penelitian?
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah. Sehingga, laporan hasil penelitian juga merupakan Karya Tulis Ilmiah.  
Bahkan,  KTI yang merupakan laporan hasil penelitian,  merupakan bagian penting dari macam KTI yang dapat dibuat oleh guru, widyaiswara maupun pengawas, sebagaimana tampak pada tabel berikut.
guru       widyaiswara       pengawas
             KTI hasil penelitian
             KTI tinjauan/ulasan ilmiah
             Tulisan  Ilmiah Populer
             Prasaran disampaikan dalam pertemuan ilmiah
             Buku
             Diktat
             Karya terjemahan                         KTI hasil penelitian
             KTI tinjauan/ulasan ilmiah
             Tulisan  Ilmiah Populer
             Prasaran disampaikan dalam pertemuan ilmiah
             Buku
             Karya terjemahan
             Orasi ilmiah sesuai dengan bidang yang diajarkan                           KTI hasil penelitian
             KTI tinjauan/ulasan ilmiah
             Tulisan  Ilmiah Populer
             Prasaran disampaikan dalam pertemuan ilmiah
1.5. Mengapa KTI Penelitian Diminati?
Salah satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini, cenderung banyak dilakukan oleh para guru  adalah KTI hasil penelitian perorangan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan  di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah. KTI jenis ini mempunyai nilai angka kredit  4 (empat).
KTI yang berupa laporan hasil penelitian tersebut cenderung diminati di antaranya  karena:
1.            Para guru makin memahami bahwa salah satu tujuan kegiatan pengembangan profesi, adalah dilakukannya  kegiatan nyata  di kelasnya yang ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil pembelajarannya. Bagi sebagian besar guru, melakukan kegiatan seperti itu, sudah terbiasa dilakukan
2.            Kegiatan tersebut, harus dilaksanakan dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah, karena hanya dengan cara itulah, mereka akan mendapat jawaban yang benar secara keilmuan terhadap apa yang ingin dikajinya.
3.            Apabila kegiatan tersebut dilakukan di kelasnya, maka kegiatan tersebut dapat berupa   penelitian tindakan yang semakin layak untuk menjadi prioritas kegiatan. Kegiatan nyata dalam proses pembelajaran, dapat berupa tindakan untuk    “menerapkan” hal-hal “baru” dalam praktik pembelajarannya. Berbagai inovasi baru dalam pembelajaran, memerlukan verifikasi maupun penerapan  dalam  proses pembelajaran.
1.6. Mengapa PTK Disarankan Sebagai Pengembangan Profesi ?
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), disarankan dilakukan guru dalam upaya menulis  KTI karena:
             KTI tersebut merupakan laporan  dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya – (ini tentunya berbeda dengan KTI yang berupa laporan penelitian korelasi, penelitian diskriptif, ataupun  ungkapan gagasan, yang umumnya tidak memberikan dampak langsung pada proses pembelajaran di kelasnya), dan
             Dengan melakukan kegiatan penelitian tersebut, maka para guru telah melakukan salah satu tugasnya dalam kegiatan pengembangan profesionalnya.  
Laporan PTK yang apabila dilakukan dengan baik dan benar akan mendapat penghargaan berupa angka kredit. Selanjutnya angka kredit tersebut dapat dipakai untuk melengkapi persyaratan kenaikan golongan kepangkatannya.  
1.7. Apa macam KTI Laporan Penelitian?
Laporan hasil penelitian tersebut dapat disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
No          Macam bentuk publikasi laporan hasil penelitian               Angka kredit
1              Berupa buku yang diedarkan secara nasional.  Buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional yang ditulis berdasar  hasil penelitian yang dilakukan oleh guru, masih sangat terbatas jumlahnya. Sangat jarang guru mengirimkan KTI dalam bentuk ini.             12,5
2              Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah (jurnal)  yang diakui oleh Depdiknas.  Masing-masing jurnal ilmiah umumnya mempunyai persyaratan dan tata cara penulisan artikel  hasil penelitian yang spesifik dan berlaku untuk jurnal yang bersangkutan. KTI yang diajukan guru dalam bentuk publikasi ini, akhir-akhir ini semakin meningkat jumlahnya.         6,0
3              Berupa buku yang tidak diedarkan secara nasional.  Buku  yang ditulis berdasar  hasil penelitian yang dilakukan oleh guru, yang tidak diederkan secara nasional juga masih sangat terbatas jumlahnya.            6,0
4              Berupa makalah yang disimpan di perpustakaan.  Inilah  bentuk laporan hasil penelitian yang paling banyak diajukan  sebagai Karya Tulis Ilmiah oleh para guru.             4,0
5              Berupa tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada  media masa. Meskipun cukup banyak tulisan ilmiah popular diajukan sebagai KTI, namun yang merupakan laporan hasil penelitian, sangat terbatas jumlahnya.          2,0
6              Berupa makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah. Meskipun cukup banyak makalah berupa prasasran  diajukan sebagai KTI, namun yang merupakan makalah prasaran berdasarkan  laporan hasil penelitian, sangat terbatas jumlahnya.       2,5
Dari 6 (enam) macam KTI hasil penelitian  di atas,  KTI yang paling banyak dibuat oleh guru adalah  yang berupa makalah yang disimpan di perpustakaan (dengan angka kredit 4).
1.8. Adakah permasalahan  dalam pengumpulan angka kredit?
Paling tidak terdapat dua fakta  dalam pengumpulan angka kredit, yaitu :
(a)          Pengumpulan angka kredit  untuk kenaikan  dari golongan IIIa sampai dengan golongan IVa,  relatif lancar.  Pada jenjang tersebut, angka kredit yang wajib dikumpulkan   hanya  dari tiga macam bidang kegiatan guru, yakni (1) pendidikan, (2) proses pembelajaran, dan (3) penunjang proses pembelajaran. 
Angka kredit dari bidang pengembangan profesi, belum merupakan persyaratan wajib.
Akibat “longgarnya” proses kenaikan pangkat itu, tujuan pemberian  penghargaan secara lebih adil dan lebih profesional terhadap peningkatan karir  kurang dapat dicapai secara optimal.
Longgarnya seleksi peningkatan karir, juga menyulitkan untuk membedakan antara mereka yang berpretasi dan kurang atau tidak berprestasi. 
Lama kerja lebih memberikan urunan yang siginifikan pada kenaikan pangkat. Kebijakan itu seolah-olah berupa kenaikan pangkat yang  mengacu pada lamanya waktu kerja, dan kurang mampu memberikan evaluasi pada kinerja profesional.
(b)          Permasalahan kedua, berbeda dan bahkan bertolak belakang dengan keadaan di atas.  Proses kenaikan  dari golongan IVa ke atas  relatif berjalan “lambat”  
Pada kenaikan pangkat golongan IVa ke atas tersebut, diwajibkan adanya  pengumpulan angka kredit  dari unsur Kegiatan Pengembangan Profesi.
Angka kredit  kegiatan pengembangan profesi –berdasar aturan yang berlaku saat ini—  dapat diperoleh melalui  kegiatan :
1.            menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI),
2.            menemukan Teknologi Tepat Guna,
3.            membuat alat peraga/bimbingan,
4.            menciptakan karya seni dan
5.            mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Sementara itu, tidak sedikit guru dan pengawas yang “merasa” kurang mampu melaksanakan kegiatan pengembangan profesinya (= yang dalam hal ini membuat KTI) sehingga menjadikan mereka enggan, tidak mau, dan bahkan apatis terhadap pengusulan kenaikan golongannya.  Terlebih lagi dengan adanya pendapat bahwa kenaikan pangkat/golongannya belum memberikan peningkatkan kesejahteraan yang signifikannya,
Akibat dari hal  di atas menjadikan permasalahan
(a)          Banyak guru yang telah lama berada di golongan IVa, dan mereka sangat ingin  segera naik pangkat. Baik mereka yang memenuhi  persyaratan, ataupun tidak. Baik yang  berprestasi, maupun tidak.
(b)          Dirasakan kewajiban pengumpulan angka kredit dari Kegiatan Pengembangan Profesi  memberatkan dan membuat proses kenaikkan pangkat TIDAK LAGI selancar proses kenaikkan pangkat sebelumnya.
(c)           proses kenaikan pangkat sebelumnya – dari golongan IIIa ke IVa yang “relatif lancar”, menjadikan “kesulitan” memperoleh angka kredit dari kegiatan pengembangan profesi, sebagai “hambatan yang  merisaukan
(d)          Masih sangat  banyak guru yang membutuhkan peningkatan kemampuan dan kemauannya  agar dapat melakukan kegiatan Pengembangan Profesi dengan baik dan benar.
(e)          Adanya berbagai isu negatif berkaitan dengan kenaikka ke pangkat IVb ke atas, seperti misalnya :  ada kuota penjatahan, perlu melalui jalan samping, dan lain-lain.
(f)           Banyak guru yang telah mencoba mengumpulkan angka kredit pengembangan profesi, dan yang terbanyak melalui KTI, tetapi KTI nya tidak memenuhi syarat dan TIDAK dapat diberi nilai.
Bab II   Menilai KTI
2.1. Mengapa banyak KTI belum memenuhi syarat?
Berdasar pengalaman dalam proses penilaian, terdapat hal-hal sebagai berikut...
(a)          Tidak sedikit dari KTI yang diajukan, merupakan JIPLAKAN,  KTI orang lain yang dinyatakan sebagai karyanya, atau bahkan KTI yang DIBUATKAN oleh orang lain
KTI jenis ini umumnya diambil (dijiplak) dari skripsi, tesis atau laporan penelitian orang lain. Indikasi tentang hal tersebut seringkali dapat dengan mudah terdeteksi, misalnya dari data yang tidak konsisten, tulisan yang tidak sama, dan lain-lain. Namun sering juga sangat sulit diketahui, meskipun ada “rasa” yang menyatakan bahwa KTI tersebut bukan karya sendiri (misalnya: KTI itu sangat berbeda kualitasnya dengan KTI yang lain dari guru yang sama, atau sangat akademik, dan lain-lain)
KTI jenis ini juga ditandai dari sangat miripnya satu KTI dengan KTI yang lain, baik yang diajukan oleh guru yang bersangkutan, atau oleh guru-guru lain di daerah sekitarnya. Umumnya KTI ini mempunyai  kesamaan pada kata pengantar, daftar isi, abstrak, teori, daftar pustaka yang  sama baik font, ukuran huruf, kata-demi-kata, kalimat dan lain-lain.  Dari pengalaman telah dapat terdeteksi daerah-daerah tertentu yang menggunakan biro jasa pembuatan KTI
(b)          Banyak pula KTI yang berisi uraian hal-hal yang terlalu umum. KTI yang tidak berkaitan dengan permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan oleh guru dalam  kegiatan pengembangan profesinya. 
Mengapa demikian? Karena KTI semacam itulah yang paling mudah ditiru, dipakai kembali oleh orang lain dengan cara mengganti nama penulisnya.
Contoh KTI yang berjudul Membangun karakter bangsa melalui kegiatan ekstra kurikuler. KTI ini  sama sekali tidak memaparkan hal spesifik yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di sekolah atau kelasnya. Sehingga meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan, dan tidak ada yang salah dari apa yang dituliskan, tetapi bagaimana dapat diketahui bahwa KTI tersebut adalah karya guru yang bersangkutan.
KTI yang berjudul Peranan perpustakaan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, juga sangat sering dibuat oleh guru.
KTI di atas tidak menjelaskan permasalahan spesifik yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru. Jadi, meskipun KTI berada dalam bidang pendidikan tetapi (a) apa manfaat KTI tersebut dalam upaya peningkatan profesi guru?, (b) bagaimana dapat diketahui bahwa KTI tersebut adalah karya guru  yang bersangkutan?

2.2. Bagaimana  kriteria KTI yang  dapat dinilai?
KTI dapat dinilai apabila telah memenuhi kriteria dan persyaratan yang ditetapkan. Di samping memakai berbagai kriteria penulisan karya tulis ilmiah yang umum dipergunakan, terdapat beberapa kriteria dan persyaratan yang khusus yang digunakan untuk menilai KTI dalam pengembangan profesi guru (untuk itu lihat peraturan dan pedoman yang telah dikeluarkan oleh Diknas, yang berkaitan dengan hal ini)
KTI dalam kegiatan pengembangan profesi juga harus memenuhi kriteria  “APIK,” yang artinya adalah
             A sli, penelitian harus merupakan karya asli penyusunnya, bukan merupakan plagiat, jiplakan, atau disusun dengan niat dan prosedur yang tidak jujur.  Syarat utama karya ilmiah adalah kejujuran.
KTI yang tidak “asli “ dapat terlihat antara lain  melalui,
             terdapat  bagian-bagian tulisan, atau petunjuk lain  yang  menunjukkan bahwa  KTI itu dirubah di sana-sini dan digunakan sebagai KTI nya (seperti misalnya:  bentuk ketikan yang tidak sama, tempelan nama, terdapat petunjuk  adanya lokasi dan subyek yang tidak konsisten, terdapat tanggal  pembuatan yang tidak sesuai, terdapat berbagai data yang tidak  konsisten, tidak akurat
             waktu pelaksanaan pembuatan KTI yang kurang masuk akal (misalnya pembuatan KTI yang terlalu banyak dalam kurun waktu tertentu)
             adanya  kesamaan yang sangat mencolok pada isi, format, gaya penulisan dengan KTI yang lain, baik yang dibuat oleh guru yang bersangkutan atau dengan KTI lain dari daerah tertentu (umumnya dengan sampul yang sama, kata pengantar yang sama, teori yang sama, daftar pustaka yang sama, yang berbeda hanya pada subyek mata pelajaran, dan data yang tampak sekedarnya)
             adanya  keTIDAKsamaan yang sangat mencolok pada isi, format, gaya penulisan di anatara KTI  yang dibuat oleh seorang guru (misalnya yang satu sangat sederhana, yang satu sangat tebal, sangat akademik setara tesis atau bahkan desertasi)
             tidak melampirkan dokumen kegiatan guna menunjukkan bahwa KTI tersebut benar-benar dilakukan sendiri, misalnya pada laporan hasil penelitian tidak melampirkan (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.
             P erlu, permasalahan yang dikaji pada kegiatan pengembangan profesi tentunya harus memang diperlukan, mempunyai manfaat. Bukan hal yang mengada-ada, atau memasalahkan sesuatu yang tidak perlu untuk dipermasalahkan. Contoh dari KTI yang tidak perlu antara lain…
             masalah yang dikaji terlalu luas, tidak langsung berhubungan dengan permasalahan yang berkaitan dengan upaya pengembangan profesi guru di kelasnya (misalnya KTI yang berjudul (a) Kemampuan professional guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran, (b) Peranan guru dalam melestarikan Pancasila, dan (c) Teknologi Informasi dalam dunia pendidikan).
             masalah  yang ditulis tidak   menunjukan adanya kegiatan nyata penulis dalam peningkatan / pengembangan  profesinya sebagai guru,  permasalahan yang ditulis, sangat  mirip dengan KTI yang telah ada sebelumnya, telah jelas jawabannya, kurang jelas manfaatnya dan merupakan hal mengulang-ulang (misalnya KTI yang berjudul: (a) Hubungan status orangtua siswa dengan prestasi belajar, (b) Korelasi nilai IPA dengan nilai Pendidikan Pancasila, dan (c) Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan nilai Bahasa Indonesia.)
             Isi tulisan tidak termasuk pada  macam  KTI yang memenuhi syarat untuk dapat dinilai, misalnya pada KTI yang berjudul (a) rela berkorban untuk tanah air, (b) sejarah kerajaan Sunda Melinda, (c) Agar PEMILU berjalan Jurdil,
             I lmiah, penelitian harus berbentuk, berisi, dan dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah kebenaran ilmiah. Penelitian harus benar, baik teorinya, faktanya maupun analisis yang digunakannya. KTI yang tidak ilmiah antara lain ditandai dengan
             masalah yang dituliskan berada di luar permasalahan keilmuan khususnya permasalahan pembelajaran spesifik yang berkaitan dengan sekolah atau kelasnya
             latar belakang masalah  tidak jelas  sehingga tidak dapat menunjukkan pentingnya hal yang dibahas dan  hubungan masalah tersebut dengan upayanya untuk mengembangkan profesinya sebagai guru (misalnya tidak ada fakta spesifik yang berkaitan dengan masalah di sekolah atau kelasnya)
             rumusan masalah tidak jelas sehingga kurang dapat diketahui apa sebenarnya yang akan diungkapkan pada KTInya
             kebenarannya tidak terdukung oleh kebenaran teori, kebenaran fakta  dan kebenaran analisisnya
             landasan teori perlu perluas dan disesuaikan dengan permasalahan  yang dibahas
             bila KTInya merupakan laporan hasil penelitian,  tampak dari metode penelitian,  sampling,  data, analisis hasil yang tidak / kurang  benar.
             Bila KTInya berupa laporan PTK tidak jelas apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan,  juga tidak jelas bagaimana peran hasil evaluasi dan refleksi pada penentuan siklus-siklus berikutnya.
             kesimpulan tidak/belum  menjawab  permasalahan  yang diajukan
             K onsisten, penelitian harus disusun sesuai dengan kemampuan penyusunnya. Bila penulisnya seorang guru, maka penelitian haruslah berada pada bidang kelimuan yang sesuai dengan kemampuan guru tersebut. Penelitian di  bidang pembelajaran yang semestinya dilakukan guru adalah yang bertujuan dengan upaya peningkatan mutu hasil pembelajaran dari siswanya,  di kelas atau di sekolahnya.   
             masalah yang dikaji  tidak sesuai dengan tugas si penulis sebagai guru
             masalah yang dikaji   tidak sesuai latar belakang  keahlian  atau tugas pokok  penulisnya
             masalah yang dikaji tidak berkaitan dengan upaya penulis untuk mengembangkan profesinya sebagai  guru (misalnya masalah  tersebut tidak  mengkaji  permasalahan di bidang  pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan mutu siswa di kelasnya yang sesuai dengan bidang tugasnya).
2.3. Bagaimana contoh alasan dan saran dalam menilai KTI?
Berikut disajikan contoh alasan dan saran dalam menilai  KTI yang belum memenuhi syarat dan karena itu tidak dapat diberi nilai.
No          Kriteria Penolakan           Hal terdapat pada KTI ...                Alasan penolakan dan saran
1              KTI tidak ASLi     (a)          Pada KTI terdapat indikasi yang menunjukan bahwa KTI tersebut tidak asli, seperti data yang tidak konsisten, lokasi, nama sekolah, dan data yang dipalsukan, lampiran yang tidak sesuai, dan lain-lain
(b)          Dalam satu tahun, seorang guru mengajukan lebih dari dua buah KTI hasil penelitian. Adalah kurang wajar bila seorang guru mampu membuat KTI hasil penelitian dalam jumlah yang terlalu banyak dalam satu tahun (Apabila setiap semester dilakukan satu penelitian, maka dalam setahun,  dihasilkan maksimal dua KTI hasil penelitian)
(c)           Beberapa KTI dari guru yang sama, sangat berbeda kualitasnya. Misalnya satu KTI berkualitas setara tesis, sedang KTI lain yang,  mempunyai kualitas yang  sangat jauh berbeda. Tidak wajar apabila kualitas KTI dari guru yang sama, mempunyai mutu yang sangat jauh berbeda.
(d)          KTI yang dinyatakan dibuat dalam waktu yang berbeda (misalnya tahun-tahun yang berbeda) mempunyai kesamaan mencolok satu dengan yang lain.  Kesamaan itu misalnya tampak pada kata pengantar, tanggal pengesahan, tanggal pembuatan, foto pelaksanaan yang sama, dan data lain yang menunjukkan ketidak wajaran.
                Terdapat indikasi yang menunjukan KTI ini diragukan keasliannya, yaitu
(a)          adanya berbagai data yang tidak konsisten
(b)          dalam waktu relatif singkat membuat begitu banyak karya ilmiah
(c)           adanya  perbedaan mutu KTI yang mencolok dari karya seorang guru
(d)          adanya kesamaan yang mencolok dari KTI yang dibuat pada waktu yang berbeda.
Disarankan untuk membuat KTI baru, karya sendiri, dalam bidang pendidikan  yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata  yang bertsangkutan. Misalnya  berupa laporan penelitian tindakan kelas, atau diktat, buku, karya terjemahan, dan lain-lain.
2
KTI tidak ASLi     KTI yang diajukan sangat mirip skipsi, tesis atau desertasi orang lain.
Hal ini tampak dari sajian isi, format kelengkapan kepustakaan, kedalaman teori dan terutama permasalahan penelitian sangat mirip dengan skripsi, tesis atau desertasi.
Contoh judul:
Pengaruh model pembelajaran melalui seting belajar kooperatif terhadap pemahaman konseptual dan algoritmik matematika realistik pada mahasiswa prodi  sosial. (jumlah halaman 182, dengan 43 kepustakaan)
                Terdapat indikasi KTI ini tidak asli. KTI yang diajukan sangat mirip skripsi, tesis atau desertasi atau KTI orang lain.
Disarankan untuk membuat KTI baru dalam bidang pendidikan  yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata  yang bertsangkutan. Misalnya  berupa laporan penelitian tindakan kelas, atau diktat, buku, karya terjemahan, dan lain-lain.
3              KTI tidak ASLi     Beberapa KTI (yang umumnya berasal dari daerah yang sama) sangat mirip. Kemiripan yang mencolok  tersebut tampak pada pengantar, abstrak, teori, daftar pustaka,  yang tertulis sama baik bentuk dan ukuran huruf, kata-demi-kata, kalimat dan lain-lain. 
Fakta di lapangan menunjuk-kan adanya biro jasa yang bersedia “membuatkan” KTI bagi para guru.        Terdapat indikasi KTI ini tidak asli. KTI yang diajukan sangat mirip dengan KTI lain dari daerah yang sama. Kemiripan yang mencolok  tersebut tampak pada kata pengantar, daftar isi, abstrak, teori, daftar pustaka, dan berbagai data yang lain.
Disarankan untuk membuat KTI baru, karya sendiri,  dalam bidang pendidikan  yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata  yang bertsangkutan. Misalnya  berupa laporan penelitian tindakan kelas, atau diktat, buku, karya terjemahan, dan lain-lain.
Bila KTI tersebut berupa laporan penelitian maka sistematika paling tidak memuat :
(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka  yang berisi  uraian tentang kajian teori dan pustaka; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian; (Bab IV)  Hasil penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.
Laporan penelitian harus pula  melampirkan (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.


4              KTI tidak PERLU Isi KTI berupa diskripsi atau paparan  tentang hal yang terlalu luas/ terlalu umum
Tidak ada keterkaitannya dengan permasalahan yang ada di sekolah/ kelasnya. Tidak ada hal yang berkaitan dengan kegiatan ybs sebagai guru di kelasnya.
Umumnya  berupa kumpulan  berbagai pendapat orang lain.
Contoh judul:
                Membangun karakter bangsa melalui kegiatan ekstra kurikuler
                Dalam rangka HUT PGRI guru bertanggungjawab untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia
                Motivasi guru dalam kegiatan olahraga
                Peranan perpustakaan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa
                Hubungan antara kondisi sosial ekonomi orangtua siswa dengan prestasi belajarnya.      KTI belum memenuhi persyaratan, hal yang dipermasalahkan  terlalu umum, telah jelas jawabannya dan tidak terkait dengan kegiatan nyata yang bersangkutan dalam kegiatan pengembangan profesinya sebagai guru.
Disarankan membuat KTI baru yang berupa “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan, misalnya laporan penelitian tindakan kelas.
Bila KTI dimaksudkan sebagai tinjauan ilmiah tetap harus memasalahkan  hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas mengajarnya dengan menyertakan  fakta-fakta masalah yang terjadi di kelasnya. Kemudian diuraikan bagaimana upaya yang bersangkutan mengurangi atau memecahkan  masalah  berkaitan dengan teori yang ada. Sistematika karya tulis ilmiah yang berupa tinjauan ilmiah paling tidak memuat :
1.            Pendahuluan yang terdiri dari (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan dan manfaat penulisan
2.            Kajian teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dan sajian fakta-fakta yang terkait dengan pelaksanaan tugas yang bersangkutan di kelas/ sekolahnya
3.            Tinjauan atau ulasan tentang bagaimana memecahkan masalah atau mengurangi masalah yang berupa gagasan yang bersangkutan berdasar teori dan fakta yang ada.
4.            Kesimpulan dan saran
5              KTI tidak PERLU Isi KTI berupa laporan penelitian di luar bidang pendidikan / pembelajaran.
Lebih merupakan penelitian bidang studi.
Contoh judul:
                Pengaruh jumlah faktor air semen pada kekuatan tekan beton.
                Analisis kesalahan siswa dalam mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif
                Suatu tinjauan tentang pelaksanaan pembelajaran sejarah          KTI belum memenuhi persyaratan, hal yang dipermasalahkan  berupa pembahasan isi/materi pelajaran dan tidak terkait dengan kegiatan nyata yang bersangkutan dalam kegiatan pengembangan profesinya sebagai guru dalam praktik pembelajaran.
Disarankan membuat KTI baru yang berupa “laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan, misalnya laporan penelitian tindakan kelas.
Bila KTI dimaksudkan sebagai tinjauan ilmiah tetap harus memasalahkan  hal-hal yang berkaitan dengan tugas-tugas mengajarnya dengan menyertakan  fakta-fakta masalah yang terjadi di kelasnya. Kemudian diuraikan bagaimana upaya yang bersangkutan mengurangi atau memecahkan  masalah  berkaitan dengan teori yang ada.
6              KTI tidak Ilmiah                 Isi KTI menunjukan hal-hal berikut:
             masalah yang dituliskan berada di luar permasalahan keilmuan khususnya permasalahan pembelajaran spesifik yang berkaitan dengan sekolah atau kelasnya
             latar belakang masalah  tidak jelas  sehingga tidak dapat menunjukkan pentingnya hal yang dibahas dan  hubungan masalah tersebut dengan upayanya untuk mengembangkan profesinya sebagai guru (misalnya tidak ada fakta spesifik yang berkaitan dengan masalah di sekolah atau kelasnya)
             rumusan masalah tidak jelas sehingga kurang dapat diketahui apa sebenarnya yang akan diungkapkan pada KTInya
             kebenarannya tidak terdukung oleh kebenaran teori, kebenaran fakta  dan kebenaran analisisnya
             bila KTInya merupakan laporan hasil penelitian,  tampak dari metode penelitian,  sampling,  data, analisis hasil yang tidak / kurang  benar.
             Bila KTInya berupa laporan PTK tidak jelas apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan,  juga tidak jelas bagaimana peran hasil evaluasi dan refleksi pada penentuan siklus-siklus berikutnya.
             kesimpulan tidak/belum  menjawab  permasalahan  yang diajukan
                KTI belum memenuhi persyaratan sebagai karya tulis ilmiah. Hal itu terlihat dari : (a) masalah yang dituliskan berada di luar permasalahan keilmuan, (b) latar belakang tidak jelas dan rumusan masalah tidak jelas, (c) kerangka teori tidak sesuai, (d) metode penelitian tidak benar.
Untuk itu buat KTI baru, atau perbaiki KTi ini dengan mengacu pada hal-hal berikut: 
Bila KTI tersebut berupa laporan penelitian maka sistematika paling tidak memuat :
(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka  yang berisi  uraian tentang kajian teori dan pustaka; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian; (Bab IV)  Hasil penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.
Laporan penelitian harus pula  melampirkan (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.
Bila dimaksudkan sebagai  tinjauan ilmiah paling tidak memuat : (a) Pendahuluan yang terdiri dari  latar belakang masalah, rumusan masalah,  tujuan dan manfaat penulisan, (b) Kajian teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dan sajian fakta-fakta yang terkait dengan pelaksanaan tugas yang bersangkutan di kelas/ sekolahnya, (c) Tinjauan atau ulasan tentang bagaimana memecahkan masalah atau mengurangi masalah yang berupa gagasan yang bersangkutan berdasar teori dan fakta yang ada, dan (d) Kesimpulan dan saran
7              KTI tidak Kon-sisten        Isi KTI  tidak berkaitan dengan tugas guru dalam tugas pembelajarannya.
             masalah yang dikaji  tidak sesuai dengan tugas si penulis sebagai guru
             masalah yang dikaji   tidak sesuai latar belakang  keahlian  atau tugas pokok  penulisnya
             masalah yang dikaji tidak berkaitan dengan upaya penulis untuk mengembangkan profesinya sebagai  guru
Contoh judul:
                Pengaruh komunikasi kepala sekolah terhadap peningkatan semangat kerja guru
                KTI belum memenuhi persyaratan karena hal yang dipermasalahkan tidak sesuai dengan tidak sesuai dengan tugas si penulis sebagai guru, atau tidak sesuai latar belakang  keahlian  atau tugas pokoknya.
Disarankan untuk membuat KTI baru, karya sendiri, dalam bidang pendidikan  yang berfokus pada “laporan” kegiatan nyata  yang bertsangkutan. Misalnya  berupa laporan penelitian tindakan kelas, atau diktat, buku, karya terjemahan, dan lain-lain.
Berikut disajikan contoh alasan dan saran dalam menilai  KTI yang  BILA DIPERBAIKI akan mendapat nilai
No          Kriteria Penolakan             Hal terdapat pada KTI ...              Alasan penolakan dan saran
1              KTI belum melampirkan kelengkapan data           Secara keseluruhan KTI tersebut telah cukup baik, tetapi tidak melampirkan kelengkapan (umumnya pada laporan hasil penelitian), sehingga timbul keraguan, apakah KTI tersebut memang karya sendiri atau bukan.          KTI ini cukup baik. Namun, segera lampirkan (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.

2              KTI yang perlu tambahan pengesahan    Secara keseluruhan KTI tersebut telah cukup baik, namun belum ada persetujuan dari kepala sekolah atau yang lain   KTI ini cukup baik. Namun, segera dilengkapi dengan persetujuan. Pengesahan sesuai dengan pedoman. Terutama pengesahan dari kepala sekolah.
3              KTI yang perlu tambahan-tambahan lain               KTI yang dinyatakan sebagai prasaran tetapi tidak dilengkapi dengan bukti-bukti seperti (a) pernyataan dari penyelenggara seminar, (b) pigama –bila ada, (c) daftar hadir dan lain-lain.            KTI ini cukup baik. Namun, sebagai prasaran dalam kegiatan ilmiah hendaknya segera dilengkapi dengan bukti-bukti seperti (a) pernyataan dari penyelenggara seminar, (b) pigama –bila ada, (c) daftar hadir dan lain-lain.
4              Lainnya....                          
2.4. Adakah contoh judul KTI yang  dapat dinilai?
Berikut disajikan contoh Judul KTI yang memenuhi kegiatan pengembangan profesi  dan memenuhi syarat dan dapat diberi nilai.
No          Judul     Intisari isi             Dapat dinilai sebagai 
1              Pengaruh penggunaan alat peraga gambar terhadap nilai sejarah pada siswa kelas III, sem 1. SMP X.       Mengkaji perbedaan prestasi siswa dengan penggunaan dua model pembelajaran sejarah (alat peraga gambar dan bagan  vs media tertulis) untuk topik tertentu pada pelajaran sejarah.
Penelitian eksperimen di kelas, yang melibatkan 4 kelas, dengan jumlah siswa 132 dibagi secara random dalam dua kelompok. Dilakukan selama 5 kali pertemuan.
KTI ini melampirkan secara lengkap semua instrumen, contoh isian responden, foto-foto kegiatan, dan dokumen penelitian yang lain.             Makalah hasil penelitian  dengan nilai 4
2              Peningkatan hasil belajar matematika melalui model belajar kelompok kooperatif , di kelas VI, SD.           Penelitian tindakan kelas dengan bentuk tindakannya  berupa penerapan pembelajaran matematika melalui model belajar kelompok kooperarif.
Bentuk tindakannya dirinci dengan sangat jelas, demikian pula cara dan hasil pengumpulan data yang digunakan untuk evaluasi dan refleksi.
PTK dilakukan dalam 2 siklus selama 4 bulan. Dilampirkan secara lengkap semua instrumen, contoh isian responden, foto-foto kegiatan, dan dokumen penelitian yang lain.             Makalah hasil penelitian  dengan nilai 4
3              Kesesuaian antara minat dengan pilihan program keterampilan                 Penelitian desriptif di sekolahnya tentang bagaimana hubungan antara minat siswa dengan berbagai program keterampilan yang ditawarkan.
Data-data faktual dari permasalahan yang ada disajikan secara lengkap.
KTI ini ditulis oleh guru Bimbingan dan Konseling dan melampirkan secara lengkap semua instrumen, contoh isian responden, foto-foto kegiatan, dan dokumen penelitian yang lain.
                Makalah hasil penelitian  dengan nilai 4
4              Peningkatan hasil belajar Biologi dengan menggunakan Media Kartu Bergambar pada topik X, di kelas Y, dstnya..
                Penelitian tindakan kelas, dengan jabaran macam tindakan yang sangat rinci dengan dukungan teori. Terdiri dari 2 siklus melibatkan seluruh kelas untuk satu catur wulan.
Tulisan ini dimuat di Jurnal Pendidikan satu Perguruan Tertentu yang berkualitas dan terakreditasi.          Makalah hasil penelitian yang dimuat di jurnal  dengan nilai 6
5              Pengaruh review terhadap daya serap siswa pada pelajaran Kimia di SMU X, kelas…
                Tinjauan ilmiah tentang pratik pembelajaran dengan menggunakan review di setiap akhir bahasan yang selama ini telah dilakukan di kelasnya.
Data tentang hal dipermasalkan dilampirkan dengan jelas dan lengkap.
Gagasan pemecahan masalah yang diajukan penulis tersaji dengan jelas.              Makalah hasil tinjuan dengan nilai 3,5
6              Perbandingan teknik meniru model dengan teknik organisasi dalam pembelajaran menulis karangan di SMP ….                Prasaran pada kegiatan ilmiah di tingkat kabupaten yang menjelaskan pengalamannya dalam pembelajaran dengan disertai data dan persamasalah nyata yang terjadi di kelasnya.
Bukti bahwa makalah tersebut telah diseminarkan pada forum tertentu dilampiran dengan disertai bukti-bukti yang valid.                 Prasaran  di pertemuan ilmiah nilai 2,0
2.5. Apa benar,  banyak KTI ditolak karena tidak asli?
Tujuan kegiatan pengembangan profesi tentu TIDAK untuk menjadikan  guru yang TIDAK JUJUR.
Karena itu, semua KTI yang menunjukkan hasil kerja yang tidak jujur  seharusnya ditolak dan tidak diberi nilai, dan bahkan bila perlu yang bersangkutan dikenai sangsi.
Tujuan kegiatan pengembangan juga dimaksudkan agar guru MELAKUKAN SECARA NYATA sesuatu kegiatan (seberapa sederhana atau kecilnya kegiatan) di kelasnya yang ditujukan untuk meningkatkan mutu proses dan hasil belajar. 
Sehingga KTI yang diajukan harus mampu menunjukkan adanya karya nyata tersebut. KTI yang jelas-jelas tidak menunjukkan kegiatan semacam itu tidak dapat diberi nilai.   
Dalam praktik sering dijumpai  KTI yang merupakan JIPLAKAN,  KTI orang lain yang dinyatakan sebagai karyanya, atau bahkan KTI yang DIBUATKAN oleh orang lain (institusi; biro jasa).
KTI yang tidak asli, seringkali mudah terdeteksi, misalnya dari data yang tidak konsisten, tulisan yang tidak sama, dan lain-lain. Beberapa kasus KTI tidak asli yang pernah terjadi adalah sebagai berikut.
No            Hal yang pernah terjadi...
1              Pada KTI terdapat indikasi yang menunjukan bahwa KTI tersebut tidak asli, seperti data yang tidak konsisten, lokasi, nama sekolah, dan data yang dipalsukan, lampiran yang tidak sesuai, dan lain-lain
2              Beberapa KTI dari guru yang sama, sangat berbeda kualitasnya. Misalnya satu KTI berkualitas setara tesis, sedang KTI lain yang,  mempunyai kualitas yang  sangat jauh berbeda.
Tidak wajar apabila kualitas KTI dari guru yang sama, mempunyai mutu yang sangat jauh berbeda.
3              Dalam satu tahun, seorang guru mengajukan lebih dari dua buah KTI hasil penelitian.
Kurang wajar bila seorang guru mampu membuat KTI hasil penelitian dalam jumlah yang terlalu banyak dalam satu tahun (Apabila setiap semester dilakukan satu penelitian, maka dalam setahun,  dihasilkan maksimal dua KTI hasil penelitian)
4              KTI yang dinyatakan dibuat dalam waktu yang berbeda (misalnya tahun-tahun yang berbeda) mempunyai kesamaan mencolok satu dengan yang lain. 
Kesamaan itu misalnya tampak pada kata pengantar, tanggal pengesahan, tanggal pembuatan, foto pelaksanaan yang sama, dan data lain yang menunjukkan ketidak wajaran.
5              KTI yang diajukan sangat mirip skipsi, tesis atau desertasi orang lain.
Hal ini tampak dari sajian isi, format kelengkapan kepustakaan, kedalaman teori dan terutama permasalahan penelitian sangat mirip dengan skripsi, tesis atau desertasi.
6              Beberapa KTI (yang umumnya berasal dari daerah yang sama) sangat mirip. Kemiripan yang mencolok  tersebut tampak pada pengantar, abstrak, teori, daftar pustaka,  yang tertulis sama baik bentuk dan ukuran huruf, kata-demi-kata, kalimat dan lain-lain. 
Fakta di lapangan menunjukkan adanya biro jasa yang bersedia “membuatkan” KTI bagi para guru.

2.6. Apa benar, banyak KTI diterima karena berupa laporan PTK?
Tidak sepenuhnya benar. Sebagaimana dijelaskan sebelumnya terdapat  tujuh macam KTI, mulai dari KTI hasil penelitian sampai dengan KTI terjemahan. Apapun macam KTInya apabila telah dibuat dengan baik dan benar, maka dapat diberi nilai.
Namun, akhir-akhir ini KTI yang paling banyak dibuat oleh guru adalah KTI hasil penelitian, terutama hasil Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Memang, KTI yang dibuat berdasar hasil PTK disarankan untuk dilakukan guru dalam upaya menulis  KTI karena (a) KTI tersebut merupakan laporan  dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya – (ini tentunya berbeda dengan KTI yang berupa laporan penelitian korelasi, penelitian diskriptif, ataupun  ungkapan gagasan, yang umumnya tidak memberikan dampak langsung pada proses pembelajaran di kelasnya), dan (b) dengan melakukan kegiatan penelitian tersebut, maka para guru telah melakukan salah satu tugasnya dalam kegiatan pengembangan profesionalnya.
Umumnya KTI yang berupa laporan PTK menggunakan kerangka  isi  sebagai berikut:
Bagian Awal  yang  terdiri dari:  (a) halaman judul;  (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis;  (c) pernyataan dari perpustakaan yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya,  (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat dan ditandatangi oleh  penulis,  (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada : daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta  (g)  abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa bab yakni: (Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka  yang berisi  uraian tentang kajian teori dan pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan; (Bab III) Metode Penelitian atau Metodologi Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur penelitian; (Bab IV)  Hasil penelitian dan pembahasan serta mengemukakan gambaran tentang pelaksanaan tindakan, dimulai dari setting atau pengaturan siswa, penjelasan umum jalannya pembelajaran diikuti penjelasan siklus demi siklus; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang pada umumnya terdiri dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi laporan. Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.
Hanya laporan PTK yang baik dan benar sajalah yang dapat diberi nilai. Untuk itu berikut disajikan contoh format Penilaian PTK
No          Komponen         Indikator             
 1.           Format keseluruhan       Kelengkapan  materi : Bagian awal, bagian isi penelitian, dan bagian pendukung
 2.           Bab I  PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah            Kejelasan alasan dilengkapi data yg relevan
                B. Penjelasan tindakan  Kejelasan tindakan spesifik yang dilakukan
                C. Rumusan masalah      Kejelasan rumusan masalah  
                D. Tujuan penelitian       Kejelasan tujuan dan manfaat penelitian  
3.            BAB II  KAJIAN PUSTAKA
A. Cakupan teori              Uraian teori yang berkaitan dengan permasalahan dan  tindakan yang dilakukan.
                C. Kerangka berpikir       Kejelasan alur pikir dalam menarik hipotesis
4.            BAB III METODE PENELITIAN       Kejelasan tentang subjek tindakan
                                Kejelasan mengenai apa dan bagaimana tindakan dilakukan (minimal dua siklus)
                                Kejelasan langkah tindakan yang dilakukan guru dan siswa
                                Kejelasan pelaksanaan refleksi
5.            BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN             Kejelasan pelaksanaan proses tindakan tiap siklus
                                Sajian data tentang aspek perubahan pada proses pengamatan tiap siklus
                                Kejelasan kegiatan refleksi
6.            BAB V KESIMPULAN DAN   SARAN            Kejelasan kesimpulan  dan saran
7.            Bagian Pendukung          Kesesuaian pustaka
                                Kelengkapan lampiran (adanya instrumen, contoh hasil kerja siswa, foto kegiatan, daftar presensi, dan dokumen kegiatan yang lain)
Apabila KTI tersebut merupakan laporan hasil penelitian (misalnya laporan PTK) maka  cirri khususnya adalah sebagai berikut:
Ciri khusus KTI yang berupa laporan PTK
KTI ini merupakan laporan hasil penelitian tindakan kelas .
Untuk dapat membuat laporan penelitian, si penulis terlebih dahulu harus melakukan penelitian.
Kegiatan penelitian yang dilakukan guru adalah di bidang pembelajaran yang diasuhnya dan dilakukan di kelasnya. 
Tujuan utama kegiatan PTK yang dilakukan  adalah untuk pengembangan profesi  dalam meningkatkan  mutu pembelajarannya.

2.7.  Bagaimana agar KTI yang baik dan benar,  bertambah?
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya,  terdapat permasalahan sehubungan proses kenaikan  dari golongan IVa ke atas yang   relatif berjalan “lambat”. Pada kenaikan pangkat golongan IVa ke atas diwajibkan adanya  pengumpulan angka kredit  dari unsur Kegiatan Pengembangan Profesi.
Sementara itu, tidak sedikit guru yang “merasa” kurang mampu melaksanakan kegiatan pengembangan profesinya (= yang dalam hal ini membuat KTI) sehingga menjadikan mereka enggan, tidak mau, dan bahkan apatis terhadap pengusulan kenaikan golongannya.  Terlebih lagi dengan adanya pendapat bahwa kenaikan pangkat/golongannya belum memberikan peningkatkan kesejahteraan yang signifikannya,
Akibat dari hal  di atas menjadikan permasalahan (a) Banyak guru yang telah lama berada di golongan IVa, dan  sangat ingin  segera naik pangkat. Baik mereka yang memenuhi  persyaratan, ataupun tidak. Baik yang  berprestasi, maupun tidak, dan (b) Banyak guru yang telah mencoba mengumpulkan angka kredit pengembangan profesi, dan yang terbanyak melalui KTI, tetapi KTI nya tidak memenuhi syarat dan TIDAK dapat diberi nilai.
Persoalannya adalah: Bagaimana guru lebih mau dan lebih mampu membuat KTI, agar jumlah KTI yang baik dan benar  dapat bertambah. Beberapa cara dapat dilakukan, antara lain :  
(1)          Perbanyak sosialisasi tentang makna dan tujuan Kegiatan Pengembangan Profesi dan hubungannya dengan kriteria KTI yang dapat dinilai
(2)          Perbanyak pelatihan tentang bagaimana menyusun KTI  terutama kepada mereka yang sudah memenuhi syarat untuk itu
(3)          Revisi dan perbaiki Pedoman Penulisan (yang dibuat tahun 1996) untuk dapat menjadi pedoman yang lebih praktis dan mudah dipahami, perbanyak dan sebarkan
(4)          Buat dan sebarkan berbagai buku pedoman penulisan yang dapat membantu guru dalam menulis KTInya
(5)          Perbaiki aturan dan kebijakan tentang kenaikkan pangkat guru dari IIIa ke IVa agar tidak terjadi anggapan bahwa “naik pangkat begitu mudahnya dan tidak perlu upaya serta prestasi”
(6)          Perbaiki aturan dan kebijakan tentang kenaikkan pangkat guru dari IVa ke atas agar tidak terjadi anggapan bahwa “naik pangkat begitu susahnya, dan membawa frustasi”
Bab  III Pertanyaan yang sering  muncul pada pelatihan KTI
3.1.         Saat ini jumlah guru  dalam golongan IVa sangat banyak, kenaikkan ke golongan IVb ke atas, sangat lambat. Mengapa tidak dilakukan seperti kenaikan pangkat dari III a ke IVa yang relatif lancar?
Tujuan kegiatan  pengembangan profesi guru adalah untuk meningkatkan mutu guru agar mereka lebih profesional dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Kegiatan tersebut bertujuan  bukan untuk mempercepat atau memperlambat kenaikan pangkat/golongan, tetapi untuk memperbanyak guru yang makin profesional. Selanjutnya sebagai penghargaan kepada guru yang mampu meningkatkan mutu profesionalnya, diberikan penghargaan, di antaranya dengan  kenaikan pangkat/golongannya.
Sangat TIDAK adil dan TIDAK professional jika penghargaan kenaikan pangkat/golongan diberikan “secara otomatis” kepada semua guru (baik yang berprestasi maupun yang tidak), atau hanya berdasar kepada masa kerjanya.
Berbagai informasi menyatakan bahwa kenaikan pangkat/jabatan guru dari golongan IIIa ke IVa, relatif “lancar”, sehingga saat ini cukup banyak guru telah menduduki golongan IVa, baik mereka yang professional maupun tidak. Hal tersebut dapat saja menggembirakan. Tetapi juga sekaligus “menyedihkan” bila kenaikan pangkat/golongan itu tidak dilakukan dengan seleksi yang mampu menunjukkan realita mutu guru yang  sesuai dengan pangkat/golongan yang disandangnya.
3.2.         Apakah untuk memperoleh angka kredit pengembangan profesi harus dengan cara membuat KTI?
Tidak. Berbeda dengan anggapan umum, menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) BUKAN merupakan satu-satunya kegiatan  pengembangan profesi guru. 
Namun, dengan berbagai alasan,  antara lain karena belum jelasnya petunjuk operasional pelaksanaan dan penilaian dari kegiatan selain menyusun KTI, maka pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi sebagian terbesar  dilakukan melalui  KTI.
3.3.         Berapa jumlah halaman KTI agar dapat dinilai?
Tidak hubungan antara banyaknya jumlah halaman dengan mutu KTInya.
Umumnya KTI hasil penelitian PTK yang disajikan dalam bentuk makalah berkisar antara  40 – 60 halaman, belum termasuk lampiran-lampirannya.
3.4.  Apa masalah utama yang terjadi dalam penyusunan KTI?
Terdapat beberapa permasalahan dalam praktik pelaksanaan dan pembuatan laporan kegiatan pengembangan profesi guru.
Pertama banyaknya laporan kegiatan (yang umumnya berupa Karya Tulis Ilmiah)  yang “keasliannya” diragukan, KTI tersebut  diduga bukan karya si penulis.
Kedua,   banyaknya KTI  yang tidak ada manfaatnya,  sekedar ungkapan gagasan yang dangkal, terlalu umum, dan tidak jelas menunjukkan kegiatan apa yang telah dilakukan guru dalam usahanya dalam pengembangan profesinya sebagai guru. \
3.5          Apakah KTI yang mempermasalahkan tentang materi isi ajaran, mengkaji ada tidaknya hubungan antara latar belakang siswa dengan prestasi belajarnya, tidak memenuhi syarat untuk dinilai?
Sebagai penelitian di bidang pendidikan penelitian tersebut boleh-boleh saja. Namun dalam konteks kegiatan pengembangan profesi guru, maka guru diharapkan melakukan kegiatan inovatif dalam peningkatan / pengembangan profesinya sebagai guru.
 Dalam hal ini upaya memperbaiki rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran sangat disarankan sebagai bentuk kegiatan nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesi.
Dengan konteks itu KTI yang mempermasalahkan tentang materi isi ajaran, mengkaji ada tidaknya hubungan antara latar belakang siswa dengan prestasi belajarnya, tidak memenuhi syarat untuk dinilai.
3.6          Apakah KTI laporan hasil penelitian harus berupa makalah?
Tidak. Suatu kegiatan pengembangan profesi guru, seperti misalnya melakukan PTK, maka laporan hasil penelitiannya dapat disajikan dalam berbagai bentuk.
Dapat berupa makalah yang disimpan di perpustakaan, atau dalam bentuk artikel yang dimuat di jurnal ilmiah atau tulisan ilmiah popular atau sebagai makalah yang merupakan prasaran dalam pertemuan ilmiah
3.7          Apa yang paling sering menjadi alasan penolakan KTI yang berasal dari laporan hasil penelitian PTK?
Alasan yang paling sering dijumpai dalam menolak laporan PTK adalah:
(a)          penjelasan apa dan bagaimana tindakan yang dilakukan kurang terjabar dengan jelas dan rinci
(b)          penjelasan tentang bagaimana menilai keberhasilan atau menilai ketercapaian dari tindakan tidak jelas
(c)           tidak melampirkan semua intrumen yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan, dan sangat disarankan untuk melampirkan pula contoh isian kuisener, tes, kegiatan siswa, isian observasi guru, daftar hadir, foto-foto kegiatan dan dokumen yang lain
3.8.         Mengapa banyak KTI yang dikirim untuk dinilai, belum berhasil memperoleh angka kredit?
Prosentase KTI yang tidak memenuhi syarat untuk memperoleh angka kredit masih sangat tinggi, hal ini terutama disebabkan oleh
             Tidak sedikit KTI yang diajukan oleh guru bukan karya sendiri, namun menyalin dari karya orang lain (yang umumnya skripsi, tesis orang lain), atau bahkan KTI tersebut dibuatkan oleh orang/institusi lain.
             Cukup banyak KTI yang mempermasalahkan hal-hal yang mengada-ada, tidak perlu dan membahas masalah yang terlalu luas serta tidak berkaitan dengan kegiatan pengembangan profesi yang bersangkutan sebagai guru. Penelitian yang mempermasalahkan hubungan antara latar belakang siswa dengan prestasi belajarnya, pengaruh latar belakang orang tua, manfaat perpustakaan merupakan contoh KTI yang tidak perlu.
             Meskipun tidak terlalu banyak, beberapa KTI ditolak karena tidak mengikuti kaidah keilmuan, seperti rumusan masalah tidak jelas, kerangka teori sangat menyimpang, metode penelitian yang salah, data yang tidak sesuai, dan kesimpulan yang tidak terkait dengan rumusan masalah.
             Ada pula KTI yang ditolak karena kurang konsisten antara tugasnya dangan apa yang ditulisnya.

Rangkuman

KTI adalah  laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI)  juga beragam bentuknya. Ada yang berbentuk  laporan penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat  dan lain-lain. 
Salah satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini, cenderung banyak dilakukan oleh para guru adalah KTI hasil penelitian perorangan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan  di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah. KTI jenis ini mempunyai nilai angka kredit  4 (empat).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), disarankan dilakukan guru karena  KTI tersebut merupakan laporan  dari kegiatan nyata yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya.

Di lapangan, terdapat KTI yang  merupakan JIPLAKAN,  KTI orang lain yang dinyatakan sebagai karyanya, atau bahkan KTI yang DIBUATKAN oleh orang lain. Banyak pula KTI yang berisi uraian hal-hal yang terlalu umum dan tidak berkaitan dengan permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan oleh guru dalam  kegiatan pengembangan profesinya. 
Agar guru lebih mau dan lebih mampu membuat KTI, agar jumlah KTI yang baik dan benar  dapat bertambah dapat dilakukan   (a) Perbanyak sosialisasi tentang makna dan tujuan Kegiatan Pengembangan Profesi dan hubungannya dengan kriteria KTI yang dapat dinilai, (b) Perbanyak pelatihan tentang bagaimana menyusun KTI  terutama kepada mereka yang sudah memenuhi syarat untuk itu, (c) Revisi dan perbaiki Pedoman Penulisan  untuk dapat menjadi pedoman yang lebih praktis dan mudah dipahami, perbanyak dan sebarkan, (d) Buat dan sebarkan berbagai buku pedoman penulisan yang dapat membantu guru dalam menulis KTInya.
Daftar kepustakaan
------, Keputusan Menteri Negera Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor  84/1993 tentang  Jabatan Fungsional Guru dan Angka kreditnya
------, Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
------, Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 025/0/1995
Kemmis and McTaggart (1994) The Action Research Planner, Dekain University
Nana Syaodih Sukmadinata, (2006). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari (1983) Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Soejono dan Abdurrahman (1999). Metode Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta
Sudarwan Danim, (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung: Pustaka setia.
Suhardjono, A. Azis Hoesein,  dkk (1995). Pedoman penyusunan KTI do Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Degutentis, Jakarta : Diknas
Suhardjono (2003) Penelitian Tindakan Kelas. Makalah pada Diklat Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsional Guru, Direktorat Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Suhardjono, (2004), 50 Pertanyaan dan Jawaban di sekitar MENYUSUN USULAN PENELITIAN makalah pada Lokakarya dan Penataran Penelitian Jurusan Sipil Fakultas  Teknik Universitas Widya Gama  Malang, Sabtu 14 Agustus 2004
Suhardjono (2006) Metodologi Penelitian di Bidang Teknik Pengairan. Buku Ajar Jurusan Teknikm Pengairan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya.
Suharsimi, Arikunto (1998), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto, (2002), Penelitian Tindakan Kelas, Makalah pada  Pendidikan dan Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsionla Guru, 11-20 Juli 2002 di Balai penataran Guru (BPG) Semarang,
Sukidin dan Mundir, (2005), Metode Penelitian : Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian. Surabaya: Insan Cendekia.
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
Suriasumantri, Jujun S. (ed) (1981).  Ilmu dalam Prespektif. Jakarta: Gramedia.
Kepustakaan 
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas. Naskah buku dalam proses penerbitan.
Suhardjono (1990). Sebuah Pengantar Tentang: Fislafat Ilmu dan Hakekat Penelitian Makalah disampaikan pada Penataran Metodologi Penelitian Ilmiah angkatan ke IV, Pusat Penelitian Universitas Brawijaya Malang. Tanggal 17-22 September 1990.
Suhardjono, (2005), Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru di LPMP Makasar,  Maret  2005
Suhardjono (2006), Laporan Penelitian sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru dalam pengembangan profesi  di  Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Februari 2006
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
Kepustakaan 
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996). Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.
Suhardjono, (2005), Laporan Penelitian Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru di Makasar, Jakarta tahun 2005
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi (2006) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENDAHULUAN
Penelitian tindakan sudah sering dilakukan oleh para peneliti, namun hasilnya kurang dirasakan dampaknya dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Hal ini terutama disebabkan karena penelitian pendidik yang dilakukan oleh lembaga penelitian permasalahan yang diangkat kurang mengangkat kondisi nyata yang terjadi di sekolah, kurang berkaitan langsung dengan sumber masalahnya, mereka kurang memahami, kurang melakukan identifikasi masalah yang ada dan dirasakan sehari-hari oleh para pendidik di depan kelas. Disamping itu penyebarluasan hasil penelitian kepada guru (praktisi) sangat jarang dan memakan waktu yang sangat lama. Para pendidik sangat berharap ada masukan dari hasil penelitian yang mampu membantu mengatasi masalah pembelajaran di kelas. Namun belum terwujud, bahkan pendidik sendiri kemampuan meneliti masih rendah. Rendahnya kemampuan para pelaksana pendidikan di lapangan sangat berpengaruh positif terhadap upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan.
Salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan memberikan kesempatan kepada para pendidik atau tenaga kependidikan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan lainnya secara profesional dan kolaboratif lewat penelitian tindakan. Upaya peningkatan kompetensi'pendidik tenaga kependidikan, untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran akan memberi dampak positif dan ganda. Pertama, kemampuan dalam mengatasi dan penyelesaikan masalah pembelajaran akan semakin meningkat, kedua, penyelesaian masalah pembelajaran melalui sebuah investasi akan dapat meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, saranaJprasarana, dan hasil belajar, ketiga, peningkatan kedua kemampuan tersebut akan bernuansa pada peningkatan kualitas lulusan.

PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, Canada. Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini manaruh perhatian yang cukup besar terhadap PTK, mengapa demikian ? Karena jenis penelitian ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat pada siswa. Bahkan McNiff (1992 : 1) dalam bukunya yang berjudul Action Research Principles and Practice memandang PTK sebagai bentuk penelitian yang reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri kurikulum, pengembangan sekolah, meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.
Dalam PTK pendidik dapat melihat sendiri terhadap praktek pembelajaran atau bersamaan guru lain yang ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK guru secara refektif dapat menganalisis mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan di kelas. Pendek kata, dengan melakukan penelitian tindakan, akan dapat memperbaiki praktek-praktek pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif.
Haruslah pendidik mengobankan proses pembelajaran demi melakukan PTK? Jawabnya tentu tidak. Justru dengan melakukan PTK akan dapat meningkatkan kualitas proses dan produk pembelajarannya. Penelitian tindakan kelas tidak harus membebani pekerjaan pendidikan dalam, kesehariannya. Jika dilakukan secara kolaboratif yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran tidak akan mempengaruhi materi pelajaran. Oleh sebab itu pendidik tidak perlu takut terganggu dalam mencapai target kurikulumnya jika akan melaksanakan PTK.
Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui sebuah tindakan-tindakan yang direncakan, dilaksanakan, dan di evaluasi. Dengan demikian diperoleh umpan balik yang sistematik mengenai apa yang selama ini dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Disamping itu dapat dibuktikan suatu teori belajar mengajar untuk diterapkan dengan baik di kelas yang ia tekuni. Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi di kelasnya, melalui PTK pendidik dapat mengadaptasikan teori lain untuk kepentingan proses dan atau produk belajar yang lebih efektif, optimal, fungsional.   Selanjutnya PTK, dilihat, dirasakan dan dihayati kemudian muncul pertanyaan apakah praktek-praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan memiliki efektivitas yang tinggi. Jika dengan penghayatannya itu dapat disimpulkan bahwa praktek-praktek pembelajaran tertentu seperti : pemberian pekerjaan rumah kepada siswa yang terlalu banyak, umpan balik yang bersifat verbal terhadap kegiatan di kelas efektif, cara bertanya pendidik kepada siswa di kelas tidak mampu merangsang siswa untuk berfikir dan sebaliknya maka dapat dirumuskan secara tentatif tindakan tertentu untuk memperbaiki keadaan tersebut dengan melalui prosedur PTK.
PTK terkait dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh para guru. Sebagai contoh, jika pendidik menghadapi persoalan rendahnya minat baca siswa, jika pendidik ini sangat menghambat rendahnya minat baca siswa, sehingga konsisi ini sangat menghambat pencapaian tujuan kurikuler. Dengan penelitian tindakan kelas dapat dicoba berbagai tindakan yang berupa program pembelajaran tertentu, seperti mencoba cerita-cerita lokal, menggunakan buku yang memiliki cerita lucu, dan sebagainya. Dari program pembelajaran yang dirancang sebagai bentuk PTK akhirnya guru dapat memperbaiki persoalan rendahnya minat baca siswanya. Sebaliknya jika sebenarnya siswa telah memiliki minat baca yang tinggi, akan tetapi tidak dapat memanf'aatkan bahan bacaan secara tepat, guru juga dapat melakukan PTK untuk mencari dan memilih secara tepat terhadap kesalahan siswa dalam memanfaatkan bahan bacaan yang kurang fungsional.
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi,  dan situasi.
Daur ulang dalam penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (Planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi, mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Beberapa hal yang perlu dipahami tentang penelitian tindakan kelas.
1.            PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan perubahan terhadapnya dan pembelajaran sebagai konsekuensi terjadinya perubahan.
2.            PTK adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktiknya sendiri.
3.            PTK dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; a spiral of cycles of plunning, acting, observing, reflecting.. the re planning.
4.            PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk mengkaji praktek dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan.
5.            PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berparsipasi dan berkolaborasi dalam seluruh tahapan PTK.
6.            PTK adalah proses belajar yang sistematik, dalam proses tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan.
7.            PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktek mereka (Guru).
8.            PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktek untuk mengkaji secara sismatik bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis tindakan).
9.            PTK memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam analisis. (Mc Taggart, 1997).
TUJUAN DAN MANFAAT PTK
Apa tujuan kita melakukan perbaikan praktek pembelajaran? Saat ini perkembangan masyarakat dan pendidikan begitu cepat. Akibatnya tuntutan terhadap layanan pendidikan yang harus dilakukan oleh pendidik juga meningkat, penelitian tindakan merupakan salah satu cara yang strategis bagi pendidik untuk meningkatkan dan atau memperbaiki layanan pendidikan bagi pendidik dalam kontek pembelajaran di kelas. Bahkan Nc Niff (1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan. Kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki konteks dengan proses pembelajaran. Jika tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses belajar mengajar, bagaimana tujuan itu dapat dicapai? Tujuan itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai persoalan pembelajaran. Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas adalah terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh pendidik, kemudian dicobakan dan kemudian dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang dihadapi oleh pendidik.
Jika perbaikan dan peningkatan layanan profesional tenaga kependidikan dalam konteks pembelajaran dapat terwujud berkat diadakannya penelitian tindakan kelas, ada tujuan penyerta yang juga dicapai sekaligus dalam kegiatan pendidikan itu. Tujuan penyerta apa itu?. Tujuan penyerta yang dapat dicapai ialah berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan dan penelitian layanan pembelajaran. Dengan demikian akan lebih banyak berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya meningkatkan layanan pembelajaran dari perolehan pengetahuan umum dalam bidang pendidikan yang dapat diaplikasikan.
Penelitian yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut :
a.            Memperhatikan dan rneningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil, pembelajaran
b.            Menumbuh-kembangkan budaya meneliti tenaga kependidikan agar lebih proaktif mencari solusi terhadap permasalahan pembelajaran
c.             Menumbuhkan dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga kependidikan, khususnya mencari solusi masalah-masalah pembelajaran
d.            Meningkatkan kolaborasi antar pendidikan dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran. .
Dengan kata lain guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktek pembelajaran secara reflektif dan bukan bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru dari penelitian tindakan yang dilakukan itu. Borg (1996) juga menyebut secara eksplisit bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah pengembangan keterampilan yang dihadapi oleh guru di kelasnya, dan bukannya bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.
Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan kelas. Manfaat itu antara lain dapat dilihat dlan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan atau pembelajaran di kelas kemanfaatan yang terkait dengan komponen pembelajaran antar lain mencakup :
1.            Inovasi pembelajaran
2.            Pengembangan kurikulum di tingkat regional / nasional
3.            Peningkatan profesionalisme pendidikan
Dengan memahami dan kemudian mencoba melaksanakan penelitian tindakan, diharapkan kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran makin meningkat kualitasnya dan sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan serta pendidik / tenaga kependidikan yang sekarang menjadi hambatan utama.
KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Semua penelitian memang berupaya untuk memecahkan suatu problema. Dilihat dari segi problema yang harus dipecahkan, penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik penting yaitu bahwa problema yang diangkat sehari-hari yang dihadapi oleh guru di kelas. PTK akan dapat dilaksanakan jika pendidik sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas. Kemudian dari persoalan itu pendidik menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara profesional.
Jika pendidik merasa bahwa apa yang dia praktekkan sehari-hari di kelas tidak bermasalah, PTK tidak diperlukan melihat sendiri apa yang telah dilakukannya selama mengajar di kelas. Dapat terjadi guru telah berbuat kekeliruan selama bertahun-tahun dalam proses belajar mengajar namun tidak diketahui. Oleh sebab itu mereka meminta bantuan orang lain untuk melihat apa yang selama ini dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelasnya.
Dalam konteks seperti itu seorang guru dan guru lain/kepala sekolah dapat bersama berdiskusi untuk mencari dan merumuskan persoalan di kelas. Dengan demikian guru beserta temannya dapat melakukan penelitian tindakan kelas secara kolaboratif. Dari sini akan muncul kesadaran terhadap kemungkinan adanya banyak masalah yang diperbuat selama melaksanakan proses belajar mengajar. Jika seorang guru bersedia melakukan PTK secara kolaboratif dengan guru lain, banyak manfaat dalam meningkatkan kariernya. Karya tulis ilmiah semakin diperlukan oleh guru di masa depan. Penelitian tindakan kelas secara kolaboratif akan mampu menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis sambil mengajar para pakar yang lebih berbobot.
Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari bentuk kegiatan penelitian itu sendiri. Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian juga dapat dilakukan di dalam kelas, yang kemudian sering disebut dengan "Penelitian Kelas". Misalnya penelitian mengenai tingkat seringnya siswa dalam membolos, sering berkelahi dan sebagainya, jika penelitian ini dilakukan tanpa disertai tindakan-tindakan tertentu, maka jenis penelitian yang dicontohkan hanya sekedar ingin tahu, tidak ingin memperbaiki keadaan melalui tindakan-tindakan tertentu.
Sebaliknya jika dengan penelitian ini, guru m.encoba berbagai tindakan mencegah terjadinya siswa membolos, sehingga proses belajar mengajar berjalan dengan baik dan efektif, baru penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian tindakan kelas. Tindakan untuk mencegah tingginya siswa membolos mungkin dapat berbentuk diciptakannya sistem presensi yang dilakukan oleh siswa sendiri mungkin dapat berbentuk pengalihan pengawasan secara kelompok oleh siswa sendiri. Mungkin dapat diciptakan sistem ulangan harian pada hari-hari di mana siswa yang biasa melakukan tindakan membolos, dan sebagainya.
Dengan PTK, kasus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif. Dengan diadakan tindakan tertentu harus membawa perubahan ke arah perbaikan. Bila dengan tindakan justru membawa kelemahan penurunan atau perubahan negatif berarti hal tersebut menyalahi prinsip PTK. Kriteria keberhasilan atas tindakan dapat berbentuk kualitatif/kuantitatif. Penelitian PTK tidak untuk digeneralisasian sebab hanya dilakukan di kelas tertentu dan waktu tertentu.
Di samping karakteristik tersebut ada prinsip PTK yang perlu diperhatikan. Penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok, yaitu :1) inkuiri reflektif, 2) kolaboratif, dan 3) reflektif.
1) Inkuiri reflektif. Penelitian kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven). Masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual, sehingga tidak terlalu merisaukan tentang kerepresentatifan sampel dalam rangka generalisiasi. Tujuan penelitian tindakan kelas bukanlah untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara meluas. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki praktis secara langsung, di sini dan sekarang (Raka Joni, 1998).
Penelitian tindakan kelas menggunakan metodologi yang agak longgar, khususnya dalam kalibrasi instrumen penelitian. Namun demikian, penelitian tindakan tetap menerapkan metodologi yang taat azas (diciplined inquiri) dalam hal pengumpulan data yang menekankan pada obyektif sehingga memungkinkan terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat (peer review). Proses dan temuan penelitian tindakan kelas didokumentasikan secara rinci dan cermat. Proses dan temuan dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi sistematik dan mendalam (McNiff.1992:9). Penelitian tindakan kelas dapat disimpulkan sebagai suatu inkuiri reflektif (sel-reflective-inquiry).
2) Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru, tetapi la harus berkolaborasi dengan guru lain atau pakar/ahli. Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basa ¬basi, tetapi harus tertampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut (perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi-evaluasi, dan refleksi), sampai dengan menyusun laporan hasil penelitian.
3) Reflektif. Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara terus menerus untuk mendzpatkan, penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya.

PRINSIP-PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Hopkins (1993: 57-61) menyebutkan ada 6 prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas.
1) Prinsip pertama bahwa tugas guru yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, guru memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran secara terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan yang dipilih tidak/ kurang berhasil, maka la harus tetap berusaha mencari alternatif lain. Guru harus menggunakan pertimbangan dan tanggungjawab profesionalnya dalam mengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran. Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklus sampai terjadinya peningkatan, atau "kesembuhan" sistem, proses, hasil, dan sebagainya.
2l   Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu : persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hzsil pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection). Prinsip kedua ini mengisyaratkan agar proses dan hasil pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistemik dan terkendali menurut kaidah ilmiah.
3)            Prinsip ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai masalah, pemilihan tindakan yang sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan hasal tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung. Prinsip ketiga ini mempersyaratkan bahwa dalain menyelenggarakan penelitian tindakan agar tetap menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
4) Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis msaalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya. Bila pendiagnosisan masalah berdasar pada kajian akademik atau kajian literatur semata, maka penelitian tersebut dipandang sudah melanggar prinsip ke-otentikan masalah. Jadi masalah harus didiagnosis dari kancah pembelajaran yang seungguhnya, bukan sesuatu yang dibayangkan akan terjadi secara akademik.
5)   Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal irii penting karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat ditakukan sambil lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaaii yang sungguh-sungguh. Oeh karena itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam (motivasi intrinsik), bukan sesuatu yang bersifat instrumental.
6)    Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada tataran di luar kelas, misalnya : tataran sistem atau lembaga. Perspektif yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan kualitas pendidikan.
PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Salah satu isu yang menarik untuk dibahas bagaimana langkah-langkah praktis pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat dijabarkan. Oeh sebab itu, tulisan ini akan berfokus pada kegiatan-kegiatan pokok seperti : (i) planning, (ii) acting, (iii) observing, (iv) reflecting. Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Bila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua, dan. seterusnya, sampai peneliti merasa puas.
Berikut ini adalah penjelasan dari masing-masing langkah kegiatan
Planning (perencanaan)
Yang termasuk dalam kegiatan planning adalah sebagai berikut : (i) Identifikasi masalah, (ii) identifikasi (analisis) penyebab masalah dan (iii) pengembangan intervensi (action/solution).
Identifikasi masalah merupakan tahap pertama dalam serangkaian tahap-¬tahap penelitian. Oleh sebab itu identifikasi masalah merupakan tahap kualitas masalah yang diteliti. Masalah-masalah yang asal-asalan (yang kurang teridentifikasi) dapat menyebabkan      pemborosan      energi,  sebab    riset tidak membawa temuan yang bermanfaat. Sebagaimana disinggung oleh tulisan sebelumnya, tidak semua masalah pendidikan dapat didekati dengan riset CAR. Untuk itu, beberapa langkah berikut diikuti dengan seksama sebagai cara untuk menemukan masalah yang dapat didekati dengan CAR :
(a) Masalah harus rill dan on-the job problem oriented, artinya masalah tersebut di bawah kewenangan seorang guru untuk memecahkan. Masalah itu juga datang dari pengamatan (pengalaman) seorang guru sendiri sehari-¬hari, bukan datang dari pengamatan orang lain. Masalah itu dilihat/diamati/dirasakan dalam pelaksanaan tugas mengajar sehari-hari. Sebagai contoh : menurut data kelas (sekolah) ditemukan bahwa (i) seoagian besar siswa (75%) tidak dapat menguasai keterampilan matematika dasar, (ii) mayoritas siswa (> 85%) tidak berminat belajar bahasa inggris. Masalah-masalah yang nyata (bukan imaginer), karena memang didukung dengan data-data empiris seperti data kelas, data sekolah observasi, dan catatan-catatan harian.
(b) Masalah harus problematik (artinya masalah tersebut perlu dipecahkan). Tidak semua masalah pendidikan (pembelajaran) yang nyata (rill) adalah masalah-masalah yang problematik, sebab : (i) pemecahan masalah tersebut kurang mendapat dukungan literatur/sarana-prasarana/birokrasi, (ii) pemecahan masalah belum mendesak dilaksanakan, dan (iii) ternyata guru tidak mempunyai wewenang penuh untuk memecahkan. Sebagai contoh : mayoritas siswa tidak dapat membaca buku teks bahasa Indonesia dapat merupakan masalah yang kurang problematik bagi seorang guru biologi. Masalah ini lebih merupakan tanggung jawab (kewenangan) seorang guru bahasa Indonesia.
(c) Masalah harus memberi manfaat yang jelas, artinya pemecahan masalah tersebut akan memberi manfaat yang jelas/nyata. Untuk itu; pilihlan masalah-masalah riset yang memiliki asas manfaat secara jelas. Untuk apa, yang akan terjadi, bila masalah tersebut dilontarkan beberapa pertanyaan sebagai berikut : (i) apa yang akan terjadi bila masalah tersebut dipecahkan?, (ii) resiko apa yang paling jelek bila masalah tersebut tidak segera dipecahkan, dan (iii) tujuan pendidikan yang mana yang tidak tercapai, bila masalah tersebut tidak segera dipecahkan. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membimbing pada penemuan masalah-masalah riset yang mendesak untuk dipecahkan.
(d) Masalah riset CAR harus feasible (dapat dipecahkanlditangani). Bila dilihat dari sumber daya peneliti (waktu, dana, minggu efektif semester, dukungan birokrasi, dan seterusnya) masalah tersebut dapat dipecahkan.
Dengan kata lain, tidak semua riset yang sudah riil problematik dan manfaatnya jelas, selalu feasible. Untuk itu, harus dipilih masalah-masalah yang feasible dengan pertimbangan faktor-faktor pendukung di atas. Perumusan masalah setelah teridentifikasi, dapat dirumuskan ke dalam kalimat pernyataan sehingga tidak aspek-aspek (what, when, who, where, why, how much).
Secara jelas, sebagai contoh :
(i)            Sekurang-kurangnya 85% siswa kelas II SMP Negeri 4 Samarinda pada tahun ajaran 2002/2003 Semester II tidak dapat membaca teks bahasa Inggris dengan lancar.
(ii)           Mayoritas (> 75%) siswa kelas III IPA 2 SMP Negeri 4 Samarinda tidak dapat menguasai perubahan bentuk kata (kata sifat ke kata benda) dalam pelajaran menulis bahasa Inggris tahun ajaran 2002/2003.
Identifikasi penyebab masalah (problem causes) merupakan langkah kedua planning yang penting dilakukan. Setelah mendapatkan masalah riil, problematik, bermanfaat dan feasible, langkah selanjutnya adalah identifikasi penyebab masalah tersebut. Melalui brainstorming (secara kolaboratif), analisis penyebab munculnya masalah dapat dijabarkan dengan mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah tersebut, suatu tindakan (alternative soluting/action) dapat dikembangkan. Untuk mematikan akar penyebab masalah tersebut, beberapa cara koleksi data diterapkan, misalnya : (a) mengembangkan angket, (b) mewancarai siswa, dan (c) melakukan observasi langsung di kelas.
Dari berbagai kemungkinan penyebab masalah dicoba diidentifikasi dan dianalisis untuk menentukan penyebab yang paling mungkin (the most probable cause) data-data (informasi) dikumpulkan lewat (i) angket, (ii) wawancara mendalam, dan (ii) observasi kelas. Informasi-informasi (data) tersebut kemudian dianalisis (secara kolaboratif) dan disimpulkan. Ternyata melalui hasil kolaborasi dan analisis data, penyebab sesungguhnya adalah kualitas B-M yang tidak kondusif (mendukung/mendorong) bagi siswa untuk bahasa Inggris. Umumnya siswa menganggap bahwa akar penyebab masalah adalah kualitas belajar mengajar yaitu :
-              Proses belajar mengajar satu arah
-              Pelajaran bahasa Inggris kurang membekali siswa
-              Pelaksanaan sistem pelajaran semester tidak berjalan dengan baik
Dari sinilah bentuk intervensi (action/soluting) AR dapat dikembangkan secara lebih cepat. Pengembangan intervensi (solution/action) merupakan langkah ke-3 dalam planning yang penting juga untuk diperhatikan intervensi dikembangkan berdasarkan, akar penyebab masalah itu. Intervensi yang dipilih haruslah yang terdukung oleh sumber daya yang ada. Sebagai contoh : kalau akar penyebab adalah mutu proses B-M, melalui kolaborasi saya mengembangkan berbagai kemungkinan (alternatif) rencana tindakan (intervensi) seperti (i) menggunakan metode diskusi, (ii) peningkatan program
orientasi sekolah, (iii) peningkatan mutu pelajaran tugas semester, (iv) peningkatan mutu bimbingan penulisan karya tulis (v) dst.... dst.... dari berbagai alternatif tersebut, disaring kembali berdasarkan faktor-faktor pendukung yang ada, yaitu : (a) waktu, (b) biaya, (c) cost yang lain, (d) dukungan saranalprasarana, (e) dukungan lembaga, (f) dst......
Pendek kata, untuk memutuskan intervensi (action/solution) yang dikembangkan pada siklus pertama, peneliti berfikir (kemudian berkolaborasi) tentang faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang ada. Langkah ini disebut sebagai analisis medan kekuatan (Force Field Analysis), artinya diputuskan intervensi yang terdukung oleh faktor-faktor kekuatan yang ada. Setelah mempertimbangkan feasibility intervensi tersebut, diputuskan bentuk intervensi yang paling mungkin dilakukan, sebagai contoh : supervisi riset yang efektif. Inilah intervensi (action/solution) yang ditawarkan untuk siklus AR.
Acting
Action (intervensi) dilaksanakan untuk memperbaiki masalah. Langkah-langkah praktis tindakan diuraikan. Apa yang pertama kali dilakukan ? Bagaimana organisasi kelas? Siapa yang perlu menjadi kolaborator? Siapa yang mengambil data? Pada saat pelaksanaan ini (acting), guru harus mengambil peran dalam pemberdayaan siswa sehingga mereka menjadi agen of change bagi diri dan kelas. Kelas diciptakan sebagai komunitas belajar (learming community) daripada laboratorium tindakan. Jadi, cara-cara empiris membagi kelas menjadi kelompok kontrol dan treatment harus dihindarkan.
Observating
Observating adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi (action terus dimonitor secara reflektif). Data-data apa saja yang perlu dikumpulkan? Data kuantitatif tetang kemajuan siswa (nilai) dan data kualitatif (minat / suasana kelas) perlu dikumpulkan. Pendek kata, pada langkah     ini,          peneliti menguraikan jenis-jenis data yang dikumpulkan,             cara pengumpulan data dan alat koleksi data (angket/wawancara/observasi, dan lain-lain) tentang fenomena kelas yang dibuat siswa dan guru meru infortnasi yang berharga.
Reflekting
Reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi (i) pada siswa, (ii) suasana kelas, (iii) guru. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana (how), dan sejauh mana (to what extent) intervensi telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan rekan (termasuk para ahli) akan memakan peran sentral dalam memutuskan "Judging the value" (seberapa jauh action telah membawa perubahan : apa/dimana perubahan terjadi, mengapa demikian apa kelebihan/kekurangan, langkah-langkah penyempurnaan dan sebagainya). Berdasarkan hasil refleksi terebut maka peneliti/penulis mencoba untuk mengatasi kekurangan/kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah dilakukan. Hal ini kalau ditemukan cara atau strateginya maka diperlukan rencana untuk melaksanakan tindakan/siklus berikutnya.Dari siklus ini diharapkan merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya, maka tahapan pada siklus perlu direncanakan seperti pada siklus-siklus sebelumnya.
Akhir tindakan
Kalau penelitian sudah dianggap selesai maka peneliti perlu menyusun laporan penelitian. Apa yang diltulis dalam laporan penelitian? Yang perlu ditulis pada laporan setidaknya menyangkut aspek yang berkaitan dengan: (1) setting yang memberi gambaran tentang kondisi lapangan/kelas tempat penelitian dilakukan, disertai penjelasan adanya perbedaan antara model pembelajaran yang biasa dilakukan dengan model yang sedang dilaksanakan lewat penelitian tindakan kelas, (2) penjelasan hasil pelaksanaan tiap siklus dengan data lengkap hasil pengamatan disertai hasil refleksinya. Data yang disajikan merupakan potret dari semua kejadian selama tindakan pada siklus tertentu berlangsung, dengan berbagai jenis metode dan instrumen yang digunakan. Data dapat disampaikan dengan tabel/grafik disertai diskripsi dan ulasan selengkap mungkin. (3) Sesudah semua siklus dijelaskan baru dianalisis dengan memperhatikan dari hasil keseluruhan siklus. Langkah ini yang sering dinamakan pembahasan. Pada bagian ini akan dapat diperolah gambaran secara menyeluruh dengan diberikan data lengkap. Hasil pengamatan dari siklus ke siklus dapat disusun kedalam grafik/tabel dengan diberikan ulasan terhadap perubahan/perbaikan akibat tindakan yang dilakukan.
                Untuk itulah, disarankan               peneliti akan responsif terhadap perubahan yang berkembang di kelas. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri murid dipotret (disajikan sebagai bukti), seperti :
             Hasil belajar harian/tengah semester/ semester
             Perhatian dan motivasi terhadap pelajaran
             Portofolio (catatan-catatan tentang hasil prestasi murid)
             Perubahan sikap (catatan-catatan tentang hasil / prestasi murid)

Demikian pula perubahan-perubahan yang terjadi pada diri guru sebagai peneliti, seperti :
             Peningkatan pengetahuan pengelolaan kelas. Kepercayaan diri
             Peningkatan ketrampilan
             Pemahaman terhadap berbagai model pembelajaran
             Kemampuan mendeteksi perubahan akibat tindakan
Suasana perubahan pada atmosfer kelas juga disajikan, seperti suasana kelas yang mendorong pembelajaran, penampilan kelas menyajikan tayangan hasil siswa, suasana kelas yang lebih akrab (unhostile classroom enviroment), perhatian siswa, sikap terhadap model pembelajaran yang baru disampaikan dan seterusnya.
Apa yang terjadi bila dalam perjalanan siklus 1 ke siklus 2, ke siklus 3 peneliti mungkin merasa puas dan mungkin sadar identifikasi terhadap masalah akar penyebab (the most probable cause) dirasakan kurang pas, peneliti dapat mengulangi lagi mencari penyebab dan kemudian mengembangkan bentuk intervensi, sehingga pada siklus ke-4, 5 dan seterusnya dengan intervensi yang dikembangkan berbeda. Yang penting bahwa action reserch berorientasi pada improvement yang sering kali jalannya berkelok-kelok, akan diakhiri kepuasan hasil kerjanya, dan mampu mengembangkan proses pembelajaran di kelas, dan akan diikuti oleh peningkatan prestasi belajar siswa. Karena itu perlu memperhatikan variabel yang diperkirakan mempengaruhi prestasi belajar siswa, sebatas peneliti/guru mampu mendeteksi serta menemukan data pendukungnya. Setiap tahun yang dihadapi para guru di kelas selalu berubah, maka permasalahan yang dihadapi juga akan berbeda-beda. Untuk itulah maka perlu selalu berusaha mencari cara/model untuk mengatasi lewat kegiatan penelitian.
PROPOSAL PTK
                Secara sederhana, proposal penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut :
1.            JUDUL
Hendaknya dirumuskan secara singkat ,jelas, dan sederhana.
2.            LATAR BELAKANG MASALAH
Penyebab terjadinya masalah (adanya kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan).
3.            IDENTIFIKASI MASALAH
Identifikasi berdasarkan latar belakang masalah.
4.            PEMBATASAN MASALAH
Batasan masalah yang akan diteliti sesuai kemampuan, waktu, dan serta situasi dan kondisi yang ada.
5.            PERUMUSAN MASALAH
Merumuskan  masalah secara jelas dan operasional.
6.            TUJUAN PENELITIAN
Maksud dilaksanakannnya penelitian.
7.            MANFAAT PENELITIAN
Manfaat penelitian bagi guru, sekolah, siswa, maupun orang lain.
8.            KERANGKA TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Landasan teori tentang objek penelitian, kerangka berpikir, serta alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk dapat mengatasi masalah.
9.            METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi penelitian
             Nama sekolah
             Alamat
             Kelas
             Lingkungan fisik dan sosial
Karakteristik subyek penelitian
             Komposisi siswa
             Kemampuan akademik
             Latar belakang sosial ekonomi keluarga
             Motivasi belajar
             Dll.
10.          VARIABEL YANG DI TELITI ANTARA LAIN:
o             Variabel input, yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran,sumber belajar, lingkungan belajar,dsb.
o             Variabel proses, yang terkait dengan proses pembelajaran ,ketrampilan mengajar, implementasi metode pengajaran, dsb.
o             Variabel output, seperti minat siswa, kemampuan siswa, hasil belajar siswa, dsb.
11.          RANCANGAN TINDAKAN
o             Perencanaan tindakan
                Memuat langkah-langkah persiapan/perencanaan tindakan antara lain
1.            Membuat skenario pembelajaran yang menarik, sesuai rencana tindakan yang akan dilakukan.
2.            Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan seperti gambar-gambar, alat peraga, dsb.
3.            Mempersiapakan instrumen penelitaian yang diperlukan, seperti format, pengamatan, kuisioner, pedoman wawancara, tes prestasi dan sebagainya.
4.            Melakukan simulasi pelaksanaan tindakan untuk menguji keterlakasanaan rancangan, serta mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan nantinya.
o             Tindakan
Memuat langkah-langkah tindakan yang akan dilakukan secara terperinci, termasuk kegiatan penilaiannya.
o             Observasi
Berisi prosedur pengumpulan data baik pada saat pelaksanaan tindakan dan terdapat komponen lain mendukungnya.
o             Refleksi
Berisi prosedur analisis terhadap hasil pemantauan/observasi dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan dilakukan.
12.          PENGUMPULAN DATA
o             Jenis data
Misal : format/lembar pengamatan, pedoman wawancara, alat evaluasi/soal, check list.
o             Teknik pengumpulan data
Misal : observasi, wawancara, pre test dan post test, mencatat dokumen.
13.          TIM PENELITI DAN TUGASNYA
14.          INDIKATOR KINERJA
Merupakan alat ukur untuk menentukan tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan.
15.          JADWAL PENELITIAN
16.          RENCANA PEMBIAYAAN(apabila memperoleh bantuan dana).
17.          DAFTAR PUSTAKA
Meskipun PTK lebih fleksibel dibanding penelitian lain namun tetap tidak diperkenankan mengabaikan kaidah-kaidah keilmuan.
LAPORAN PTK
                Dilihat dari prosesnya tahap penulisan laporan penelitian terbagi menjadi 3 tahap, yaitu :
1.            Perencanaan     : dituangkan dalam rancangan atau proposal penelitian.
2.            Pelaksanaan       :  berisi kegiatan pengumpulan dan analisis data
3.            Pelaporan           : berisi kegiatan pengkomunikasian prosedur dan temuan   penelitian.
Fungsi pokok dari penulisan laporan penelitian adalah :
1.            sebagai pertanggungjawaban ilmiah.
2.            sebagai media informasi ilmiah.
3.            sebagai masukan bagi pengambil kebijakan atau orang yang berkepentingan.
4.            sebagai media sosialisasi informasi bagi masyarakat luas.
5.            sebagai pertanggungjawaban administratif bagi pemberi dana penelitian
Model laporan PTK dapat menggunakan format penelitian sebagaimana biasanya, namun ada hal khusus yang terletak pada hasil penelitian yang berulang-ulang(sesuai jumlah siklusnya). Laporan didasarkan pada proposal penelitian dan berkembang sesuai dengan hasil penelitian dilapangan. Untuk PTK, format laporan dapat berbentuk sebagai berikut.
SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. BAGIAN PEMBUKAAN
1. Halaman judul
2. Halaman pengesahan
3. Abstrak (bila diperlukan)
4. Kata pengantar
5. Daftar Isi
6. Daftar Lampiran
B. BAGIAN ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang masalah
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
1. Setting (lokasi, waktu, mapel, sekolah)
2. Siklus penelitian
a. Rencana tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
b. Pengamatan/Observasi
c. Refleksi/menganalisis dan sintesis
BAB IV HASIL PENELITIAN
1.            Diskripsi setting penelitian
2.            Hasil penelitian
3.            Pembahasan
    BAB V SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan.
2. Saran
PENUTUP
                                Hal-hal yang perlu diperhatikan guru dalam penerapan PTK antara lain adalah:
o             Memiliki kemauan untuk memperbaiki kinerja sendiri.
o             Memiliki sikap keterbukaan, kesediaan menerima kritk terhadap kelemahan penampilan.
o             Memandang kolaborator bukan sebagai hakim, polisi atau pengawas, tetapi sebagai pendamping guru(team –teaching).
Dengan demikian penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi guru dengan harapan :
o             Guru terbiasa melakukan perbaikan kerja.
o             Guru memiliki konsesi menjadi peneliti.
o             Guru bebas mengembangkan sikap inovatif secara kreatif.
o             Guru terbiasa membuat alat bantu pembelajaran.
SISTEMATIKA dan PENJELASAN
JUDUL : Judul PTK hendaknya dinyatakan dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat, jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan sosok penelitian formal. Judul ditulis dalam halaman judul yang dilengkapi dengan identitas peneliti (nama dan NIP guru), lembaga/satuan pendidikan tempat guru bekerja, dan bulan dan tahun penulisan PTK.
KATA PENGANTAR
HALAMAN PERSETUJUAN (bila diperlukan, lazimnya diketahui dan ditandatangani oleh pimpinan/kepala sekolah setempat)
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK : (Berisi judul, nama peneliti, uraian singkat PTK. Ditulis satu spasi dengan jumlah kata kurang lebih 250 kata. Disertai kata kunci)
BAB I. PENDAHULUAN
A.            Latar Belakang Masalah (Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian –penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.)
B.            Perumusan Masalah (Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan  refleksi awal sehingga gambaran permasalahan yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun, sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.)
C.            Tujuan Penelitian (Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila juga dapat dikuantifikasikan.) Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak
D.            Manfaat Penelitian (Menjelaskan manfaat penelitian ini untuk penambahan/pengembangan wawasan, manfaat aplikasi hasil penelitian bagi keberhasilan pembelajaran siswa, bagi guru, sekolah dan mungkin pihak lain yang relevan dengan pemanfaatan hasil penelitian ini)
BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A.            Tinjauan Pustaka (Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative, yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini diuraikan  kajian baik pengalaman peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan. Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual. Aras  kerangka konseptual yang disusun itu, hipotesis tindakan dirumuskan.)
B.            Kerangka Pemikiran
C.            Hipotesis Tindakan
 
BAB III METODE
PENELITIAN
(CARA
PENELITIAN
)
A.            Setting Penelitian Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi siswa pria dan wanita, latar belakang kemampuan akademik, kesulitan-kesulitan/kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran, latarbelakang sosial dan ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan dan lain sebagainya. Aspek substantive kompetensi dan permasalahan yang dihadapi siswa dalam mata pelajaran pada kelas yang diteliti seperti IPA atau IPS atau Matematika kelas II SMP, juga dikemukakan pada bagian ini.
B.            Subjek Penelitian (Pada bagian ini dijelaskan jumlah dan deskripsi siswa)
C.            Variabel Penelitian (faktor yang diselidiki) Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru, cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan sebagainya.
D.            Teknik pengumpulan data (Data dan Cara Pengambilannya) Pada bagian ini ditunjukkan dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif, kuantitatif, atau kombinasi keduanya. Di samping itu teknik pengumpilan data yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku PTK, para guru juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata – mata sebagai sumber data. Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks  PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang dalam rangka analisis dan interpretasi data.
E.            Indikator Kinerja (Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah, jenis dan atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.)
F.            Analisis Data (Pada bagian ini menjelaskan teknik, tata cara/prosedur dalam menganalisis data, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk/jenis data dan uji statistic yang digunakan juga dijelaskan, misalnya rumus uji statistic dan lain-lainnya)
G.           Prosedur Penelitian (langkah-langkah PTK) Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan untuk meningkatkan pembelajaran, seperti : (1) Perencanaan, yaitu persiapan yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan scenario pembelajaran, pengadaan alat–alat dalam rangka implementasi PTK, dan lain–lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternatif solusi yang akan dicobakan dalam rangka perbaikan masalah, (2) Implementasi Tindakan yaitu deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan prosedur tindakan yang akan diterapkan, (3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari implementasi tindakan perbaikan yang dirancang, dan (4) Analisis dan Refleksi yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar, personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan siklus/daur berikutnya. Siklus keempat langkah di atas digambar sebagai berikut :
Pengumpulan data Observasi
Strategi pembelajaran
Menyusun rencana dan skenario
Refleksi
Melakukan tindakan selanjutnya 
BAB IV HASIL
PENELITIAN
A.            Siklus I
B.            Siklus II
C.            Siklus  III
D.            Siklus berikutnya (jika ada)
E.   Pembahasan antar siklus
Uraian tiap siklus  meliputi: (a) Perencanaan tindakan (Skenario pembelajaran), (b) Pelaksanaan tindakan (deskripsi proses pembelajaran), (c) Pelaksanaan observasi (sajian hasil analisis data), dan (d) Refleksi (kajian terhadap indikator kinerja terhadap hasil dan proses pembelajaran dan analisis kritis hasil tiap siklus). ALUR BERPIKIR DALAM PTK

BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A.            Simpulan
E.            Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berikut kami sajikan judul2 contoh PTK yang mudah2an akan bisa menginspirasi judul PTK anda nantinya
CONTOH JUDUL PTK
1.            CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INGGRIS
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA MEMBACA SISWA KELAS VII B SMP NEGERI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL TEKNIK BERCERITA
2.           
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INDONESIA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA DALAM AKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMPN
3.           
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) PKn
PEMBELAJARAN PKn MENGGUNAKAN METODE PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA KOMPETENSI DASAR BUDAYA DEMOKRASI
4.           
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BIOLOGI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION DENGAN PENDEKATAN SALINGTEMAS (SAINS-LINGKUNGAN-TEKNOLOGI-MASYARAKAT) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA ILMIAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI
5.           
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) FISIKA
PENERAPAN PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN THE 5 E LEARNING CYCLE MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA GURU DAN SISWA SERTA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII E SMP Negeri
6.           
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 6
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) KIMIA
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL, PROBLEM SOLVING DAN STAD PADA MATERI HIDROLISIS GARAM PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI TAHUN AJARAN 2007/2008
7.           
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 7
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) MATEMATIKA
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF SISWA KELAS VII-A UPTD SMP NEGERI
8.           
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 8
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN PADA PEMBELAJARAN SEJARAH ISLAM UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN TERHADAP AJARAN ISLAM DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SISWA KELAS 2 SMP NEGERI
9.           
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 9
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS GEOGRAFI
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI SMA
10.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 10
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) KIMIA
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN KIMIA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE DI KELAS VII-F SMP NEGERI
11.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 11
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS SEJARAH
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI KELAS XI.IPS.2
12.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 12
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS EKONOMI
PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MASALAH EKONOMI INTERNASIONAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI TERHADAP SISWA KELAS XII-IS SMA NEGERI SEMESTER I MELALUI PENERAPAN METODE BERVARIASI
13.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 13
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPS SOSIOLOGI
PENERAPAN PENDEKATAN KOLABORATIF MURDER DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PARA SISWA KELAS XI IPS1 SMAN
14.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 14
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) TAMAN KANAK-KANAK
INTEGRASI OUTDOOR LEARNING DAN INDOOR LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK DI TK XXXXX
15.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 15
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPA BIOLOGI
PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA KELAS 3 SMP NEGERI TERHADAP KONSEP KELANGSUNGAN HIDUP ORGANISME MELALUI PENDEKATAN INKUIRI TERPIMPIN
16.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 16
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) MATEMATIKA
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF SISWA KELAS 2 SMP NEGERI
17.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 17
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP HUKUM BACAAN NUN MATI DAN TANWIN SERTA MIM MATI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL SISWA KELAS 1 PADA SMP NEGERI
18.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 18
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) PENDIDIKAN JASMANI (PENJAS)
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN DALAM PENGUASAAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG (SCHNEPER) MELALUI METODE DRILL SISWA KELAS X 2 SEMESTER 1 SMA NEGERI
19.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 19
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA JAWA
UPAYA MENINGKATKAN APRESIASI SASTRA JAWA PENGENALAN TOKOH WAYANG DENGAN CARA PERMAINAN DALANG SEBAGAI PANCADAN PADA SISWA KELAS IX A SMP NEGERI
20.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 20
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPA
DENGAN MELALUI SIMULASI PERMAINAN DADU YANG UNIK AKAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SMP
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 21
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INDONESIA
PEMANFAATAN MEDIA TELEVISI UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS IXE SMP NEGERI 1
21.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 22
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) IPA FISIKA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP KONSEP GELOMBANG MEKANIK MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF MODEL TGT MENGGUNAKAN FIGJIG PADA KELAS III IPA SMA NEGERI

CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 23
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA INGGRIS
PENERAPAN STRATEGI MIND MAPPING UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS XI IPA1 SMA NEGERI
22.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 24
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) PKn
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING (BERMAIN PERAN) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KETERBUKAAN DALAM KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGARA PADA SISWA KELAS XI IPA-1 SMA
23.         
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 25
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) SENI TARI
IMPLEMENTASI TUTOR SEBAYA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR TARI PUSPAWRESTI PADA SISWA KELAS VIII D SEMESTER GANJIL SMP NEGERI

24.          PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN GAIRAH BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
25.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN. KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD MELALUI PERANAN HADIAH SEBAGAI PERANGSANG TIMBULNYA KOMPETENSI
26.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEDISPLINAN SISWA MELALUI PENERAPAN HUKUMAN
27.         
PROP. PENELITIAN UPAYA MEMINIMALKAN MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP IPA MELALUI PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISTIK BAGI SISWA KELAS IV SD
28.         
PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA SI SD DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES
29.         
PROP. PENELITIAN UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR MELALLUI PEMBERIAN BIMBINGAN BELAJAR DI SD WANAGIRI KAB. KULON PROGO YK
30.         
PROP. PENELITIAN PENINGKATAN KEDISPLINAN SISWA MELALUI KETELADANAN GURU SD NEGERI PRAWIROTAMAN
31.         
PROP. PENELITIAN T. KELAS UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN
32.         
PROP. PENELITIAN PENGARUH PERILAKU ANAK YANG MENYIMPANG TERHADAP KEBERHASILAN PROSES PEMBELAJARAN DI SDN DUKUH II YK PADA MURID KELAS I CAWU 2 TH PELAJARAN 2001/2002
33.         
KARYA TULIS PENDIDIKAN MENYAMBUT KBK
34.         
USULAN PENELITIAN PTK UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN FISIKA PADA SEKOLAH SLTP MELALUI OPTIMALISASI KEGIATAN LABORATORIUM BERBASIS COOPERATIVE LEARNING SEBAGAI IMPLEMENTASI KBK
35.         
LAPORAN HASIL OBSERVASI KELAS DI SDN KOKAP PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG MENUNJANG
36.         
PERKEMBANGAN MANUSIA DAN PENDIDIKAN
37.         
LAPORAN HASIL UJI COBA TES DI SDN SEJATI SUMBERARUM MOYUDAN SLEMAN
38.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN BERTANYA SISWA SD DALAM MENINGKATKAN PROSES BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA
39.         
PROP. PENELITIAN T. KELAS PERANAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH PELAJARAN 2001/2002
40.         
PROP. PENELITIAN T. KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
41.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENGAKTIFKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MELALUI PENDEKATAN RANI
42.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS IV SDN I MADUKARA
43.         
PROP. PENELITIAN PERANAN PENGUATAN DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
44.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE CERAMAH BERVARIASI SISWA KELAS V CAWU I DI SDN 2 KARANGTURI MREBET PURBALINGGA
45.          PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA SECARA EFEKTIF
46.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY
47.         
LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN PERANAN MEDIA DALAM MENINGKATKAN KETRAMPILAN MEMBACA DI KELAS RENDAH
48.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENUMBUHKAN BAKAT DAN KREATIVITAS SISWAKELAS IV SDN WANADADI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING
49.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE LABORATORY
50.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD MELALUI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT
51.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA SECARA EFEKTIF
52.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BAHASA INDONSESIA SD DENGAN MENGEFEKTIFKAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI
53.         
USULAN PENELITIAN TINDAK KELAS PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PPKN. MELALAUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOPOLIO DI KELAS 11 – a SLTPN 12 BANDUNG
54.         
PRPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
55.         
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD MELALU PENDEKATAN INKUIRI
56.         
PROPOSAL PENELITIAN UPAYA MENINGKATAKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
57.          PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI
58.         
PROPOSAL UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI PELAJARAN MUATAN LOKAL DI SDN PERCOBAAN 4 WATES
59.         
PROPOSAL PENELITIAN TINDAK KELAS UPAYA MENGOPTIMALKAN BIMBINGAN KONSELING DI SD UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR ANAK
60.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN ALAT PERAGA TERHADAP PENINGKATAN MINAT BELAJAR MATEMATIKA
61.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN (BERBICARA) MELALUI METODE SOSIODRAMA
62.         
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA MELALUI PENGINTEGRASIAN PERMAINAN DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
63.         
PROP. PENELITIAN T. KELAS PERANAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH PELAJARAN 2001/2002
64.         
PROP. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN MURID DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DITINJAU DARI PENGGUNAAN MEDIA DAN KONDISI KELAS PADA SEKOLAH DASAR
65.         
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI PERPUSTAKAAN DAPAT MENINGKATKAN BELAJAR BAGI SISWA DI KELAS IV
66.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KETELADANAN GURU SDN I BANDINGAN
67.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN MASTERY
68.          PROP. PENELITIAN UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR MELALUI PEMBERIAN BIMBINGAN BELAJAR DI SD WANIGIRI KAB. KULON PROGO YK
69.          PROP. PENELITIAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI GUNA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN PUJOKUSUMAN III YK
70.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN KETRAMPILAN SISWA MELALUI OPTIMALISASI PERPADUAN HANDS-ON DAN MINDS-ON MENGGUNAKAN KIT IPA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SDN GUMIWANG
71.          PROP. PENELITIAN UPAYA MENGATASI MASALAH BELAJAR SISWA KELAS III MELALUI BIMBINGAN BELAJAR DI SDN KARANGKOBAR I
72.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN PENDEKATAN (STM) SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT
73.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN. KELAS PERANAN HADIAH SEBAGAI PERANGSANG TIMBULNYA KOMPETISI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD
74.          PROP. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN MURID DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DITINJAU DARI PENGGUNAAN MEDIA DAN KONDISI KELAS PADA SEKOLAH
75.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN METODE INKUIRI DAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI DALAM PENINGKATAN PRESTASI PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SD
76.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DI KELAS IV SDN I BABADAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOSTRUKTIVISME
77.          PROP. PENELITIAN T. KELAS PERANAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH PELAJARAN 2001/2002
78.          FAKTOR-FAKTOR YANG MEMEPNGARUHI MINAT SISWA KELAS I SMK PIRI I YK DALAM PEMILIHAN PROGRAM
79.          PERANAN MOTIVASI GURU DALAM PENGGUNAAN ALAT OLAHRAGA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA DI SD
80.          PROP. PENELITIAN T. KELAS PERANAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH PELAJARAN 2001/2002
81.          PROP. PENELITIAN PENGARUH PERILAKU ANAK YANG MENYIMPANG TERHADAP KEBERHASILAN PROSES PEMBELAJARAN DI SDN DUKUH II YK PADA MURID KELAS I CAWU 2 TH PELAJARAN 2001/2002
82.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN PENDEKATAN KOMUNIKATIF
83.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN PENDEKATAN TERPADU SISWA KELAS II-B SDN WONOLELO I TH 2003/
84.          PROP. LAPORAN HASIL UJI COBA TES DI SDN SANGKARAYU MBREBET PURBALINGGA
85.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN KEWIBAWAAN GURU DALAM MENINGKATKAN KEDISPLINAN
86.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PPKN DENGAN KBK PADA SISWA KELAS IV SDN JATI II KEC. SAWANGAN KAB. MAGELANG TH 2003/
87.          PROP. UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI PELAJARAN MUATAN LOKAL DI SDN PERCOBAAN 4
88.          PROP. KELAS MELALUI PERPUSTAKAAN DAPAT MENINGKATKAN BELAJAR BAGI SISWA DI KELAS
89.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN ALAT PERAGA TERHADAP PENINGKATAN MINAT BELAJAR
90.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PENGAJARAN (ALAT PERAGA
91.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA KELAS IV SDN KUTAYASA I DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE DISKOVERI-INKUIRI
92.          PROP. PENELITIAN UPAYA KEAKTIFAN SISWA BELAJAR IPA KELAS IV SD PESANGKALAN II MELALUI PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES
93.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MEDIA PENGAJARAN DI SD GONDANGSARI IV KELAS
94.          PROP. PENELITIAN MENINGKATKAN GAIRAH BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA
95.          LAPORAN HASIL OBSERVASI PENATAAN KELAS DI TK ABA GODONGKUNING
96.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN PUCANG 02 BANJARNEGARAMELALUI PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI
97.          PEMBELAJARAN BAHASA TERPADAU DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBSA SISWA SD DI KELAS 2 SDN WANOLELO I SAWANGAN MAGELANG
98.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI KEMAMPUAN BERBICARA SISWA MELALUI METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SDN BONGKOT
99.          PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
100.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI METODE QUANTUM
101.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN PEMBERIAN
102.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN DAYA KREATIVITAS PADA ANAK SD MELALUI METODE PEMBERIAN
103.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS LANJUT MELALUI MEDIA GAMBAR
104.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS EVALUASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN PKPS DI KELAS V SDN
105.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MELALUI BIMBINGAN KARIR DI SDN KEDUNG POMAHAN DESA KEDUNG POMAHAN KEC. KEMIRI KAB.
106.        UPAYA MENINGKATKAN PENERAPAN KONSEP PELAJARAN PPKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PORTOFOLIO DENGAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT
107.        UPAYA MENIMBULKAN KEANTUSIASAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA INDONESIA DI SD MELALUI METODE QUANTUM TEACHING
108.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENGATASI KENAKALAN ANAK YANG MENCARI PERHATIAN DI KELAS II SDN NGUPASAN PURWOREJO DENGAN BIMBINGAN MORAL
109.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MELALUI BIMBINGAN KARIR DI SDN KRAKITAN III KEC. BAYAT KAB.
110.        MAKALAH PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA BELAJAR EKONOMI MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR PRAPEMBELAJARAN
111.        PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES DI SD PLIPIR PURWOREJO
112.        PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING
113.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN JATIMULYO KEBUMEN
114.        PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES
115.        PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBAHASA LISAN SISWA KELAS V SD MI MAARIF AMBARKETAWANG MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TH PELAJARAN 2004/
116.        PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MELALUI CARA REPETITIF ATAU PENGULANGAN DALAM PELAJARAN MATEMATIKA – 03/04
98. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN KEBERWACANAAN MELALUI EFEKTIVITAS SASTRA SISWA KELAS III SD
117.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI ALAT PERAGA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS II SDN I
118.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN BELAJAR MENGAJAR YANG EFEKTIF DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS VI DENGAN SISTEM CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA
119.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS SISWA DI KELAS V SD MELALUI PEMBELAJARAN HOLISTIK
120.        PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI PEMBERIAN PENGUATAN DI SDN I
121.        PROP. PENELITIAN UPAYA GURU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARANG DENGAN MEDIA GAMBAR BERSERI DI SDN BAPANGSARI PURWOREJO
122.        Penerapan Model PBL pada Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kompetensi dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2006/2007
123.       
Pengembangan Model Keterampilan Proses Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Produk Pembelajaran Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
124.       
Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R Berbantuan LKS untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 4 Singaraja
125.       
Penerapan Pengajaran Konseptual Interaktif dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X3 SMA Negeri 3 Singaraja
126.       
Implementasi Strategi 5E dengan Bahan Ajar Bermuatan Perubahan Konseptual sebagai Upaya Mengubah Miskonsepsi, dan Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMPN 6 Singaraja
127.       
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Diklat Menyiapkan, Menyajikan Minuman Non-Alkohol Siswa II A1 SMKN 2 Singaraja
128.       
Pemberdayaan Prior Experience dalam Pembelajaran Modul Praktikum dengan Model Experential Learning sebagai upaya Meningkatkan Kompetensi Sains Siswa SMPN 2 Singaraja
129.       
Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Penilaian Berbasis Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Fisika Siswa Kelas II SMP Negeri 2 Singaraja
130.       
Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berbasis Inkuiri Bermedia Karikatur untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan Menulis Siswa SMP Lab. IKIP Singaraja
131.       
Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja
132.       
Implementasi Pendekatan Matematika Realistik Berbantuan LKS dengan Model Pembelajaran Kooperatif TPS dalam Meningkatkan Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP
133.       
Implementasi Teori Belajar Action, Process, Object, Schema dengan Menggunakan Pendekatan Siklus: Activities, Class-Discussion, Exercise untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP
134.       
Implementasi Model Pembelajaran Reasoning and Problem Solving Berbasis Open-Ended Problem untuk Meningkatkan Kompetensi Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja
135.       
Pengembangan Model Pembelajaran Fisika Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMP Negeri 38 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007
136.       
Peningkatan Penguasaan EYD Karangan Narasi dengan Teknik Koreksi Teman Sebaya Siswa Kelas VI SD Anjasmoro 02 Semarang
137.       
Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Fisika dengan Metode Presentasi Siswa Kelas Imersi SMP 1 Magelang Tahun Pembelajaran 2006/2007
138.       
 Upaya Meningkatkan Pencapaian Kompetensi Dasar Pelajaran PKPS melalui Program Pembiasaan Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Karanggedang Tahun Pelajaran 2006/2007
139.       
Efektivitas Problem Solving dengan Memanfaatkan Alat Peraga dalam Pembelajaran Geometri di Kelas VIII B SMP Negeri 2 Demak Tahun 2006
140.       
 Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Konsep Peluang melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas XI MA Mualimat NW Pancor Lombok Timur NTB
141.       
 Peningkatan Daya Berpikir Kritis Siswa terhadap Kondisi Lingkungannya melalui Penggunaan Peta Konsep pada Pembelajaran Sosiologi Kelas VII SMPN 1 Aikmel
142.       
Strategi Manajemen Saluran Penanganan Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Kemandirian dan Tanggung Jawab pada Siswa SMPN 1 Selong
143.       
 Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I Madrasah Aliyah Negeri Selong
144.       
 Upaya Meningkatkan Kemampuan Reading Comprehension Siswa Kelas X2 SMA PGRI 1 Lubuk Linggau dengan Menggunakan Pendekatan Genre-Based Approach
145.       
 Kolaborasi Pendekatan Struktural dengan Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Diskusi dalam Mengoptimalisasikan Pembelajaran Apresiasi Puisi Siswa Kelas VIII MTsN Lubuk Linggau
146.       
Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Unsur Instrinsik Dongeng Melalui Teknik Bercerita Siswa Kelas 5 SD Negeri 4 Lubuk Linggau
147.       
Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf Narasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Lubuk Linggau Melalui Pengintegrasian Metode Clustering dan Journalist's Questions
148.       
 Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA/Sains Siswa Kelas IV dengan Pendekatan Kontekstual pada Sekolah Dasar Negeri 6 Matangglumpangdua Kecamatan Peusangan
149.       
Upaya Menuntaskan Indikator Pembelajaran Siswa dengan Model Direct Instruction Konsep Tata Surya Mata Pelajaran IPA - Fisika (Studi pada Siswa Kelas I-1 SMPN 12 Langsa)
150.       
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Matematika Realistik di Kelas 7 SMPN 1 Kotamadya Bengkulu
151.       
Meningkatkan Keterampilan Menulis Wacana Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Kota Bengkulu dengan Metode Investigasi Kelompok
152.       
 Pengkombinasian Problem Possing dan Cooperative Learning untuk Pengajaran Matematika di Kelas Unggul pada SMP Rintisan Sekolah Standar Nasional
153.       
 Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I-B SMPN 5 Kendari Melalui Model Kooperatif Tipe Think-Paire-Share
154.       
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Siswa Kelas III IPA SMA Negeri 8 Kendari Melalui Model Pembelajaran Inquiri
155.       
Meningkatkan Keterampilan Merumuskan Kesimpulan Melalui Penggunaan Peta Konsep pada Pengelompokan Makhluk Hidup Mata Pelajaran Sains-Biologi di Kelas VII-1 SMP Negeri 9 Kendari
156.       
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem Pencernaan Makanan (Kaji Tindak di Kelas VIII A SMP Negeri 2 Kendari)
157.       
Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI SD Negeri 32 Poasia Kendari dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berbentuk Cerita Melalui Pendekatan Matematika Realistik
158.       
Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika Pokok Bahasan Statistika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kendari
159.       
Penerapan Model Pembelajaran Advanced Organizer untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kimia Siswa XI Ilmu Alam SMA Negeri 5 Kendari
160.       
Efektivitas Model Pembelajaran Rogers dalam Mengatasi Kesulitas Siswa Memahami Konsep Matematika Pokok Bahasan Bentuk Pangkat, Akar dan Logaristma di Kelas X Madrasah Aliyah Pesri Kendari
161.       
 Meningkatkan Pemahaman dan Hasil Belajar Bangun Ruang Siswa Kelas X SMAN 4 Kendari dengan Menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif
162.       
Upaya Pengembangan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Raklin dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Negeri No. 9 Mandonga
163.       
 Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Sistem Gerak Melalui Penerapan Strategi Concept Mapping pada Kelas II.2 SMPN 12 Kendari
164.       
 Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam Mempelajari Naratif Teks Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning
165.       
Meminimalkan Kesalahan Operasi Hitung Bentuk Aljabar Siswa Kelas II MTsN Kenali Besar Jambi Melalui Penggunaan Pita Garis Bilangan
166.       
 Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Inggris di SMPN 1 Jember melalui Learning Community dengan Teknik Permainan Komunikatif
167.       
 Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak, Membaca, dan Menulis Bahasa Inggris Siswa SMP 1 Jember melalui Cerita
168.       
Pembelajaran Sain Berbasis Proyek (Project Based Learning) untuk Meningkatkan Academic Skill Siswa MI Miftahul Ulum Serut 02 Jember
169.       
Penerapan Metode Pembelajaran Konsultatif untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Biologi Kelas II SMAN 1 Arjasa Jember
170.       
49. Peningkatan Kualitas Pembelajaran Matematika pada Materi Aritmetika Sosial Menggunakan Pendekatan Kontekstual
171.       
 Meningkatkan Pemahaman Siswa SLTPN 8 Jember tentang Kesebangunan dengan Penemuan Terbimbing (Guide Discovery)
172.       
Penerapan Strategi Belajar dengan Model Pembelajaran Quantum Teaching untuk Meningkatkan Keaktipan Belajar Siswa Prestasi Hasil Belajar pada Siswa Kelas III di SMA Negeri 3 Jember Tahun Ajaran 2005 – 2006
173.       
Peningkatan Image Anak tentang Tempat-Tempat Jauh (Hubungannya dengan Kehidupan Manusia dan Lingkungan) melalui Media Gambar dan Group Discussion di SDN Kranjingan 3 Sumbersari-Jember
174.       
 Peningkatan Pemahaman Konsep-Konsep Biologi Melalui Strategi M2E (Mapping, Matrix, & Elaboration) pada Siswa Kelas 1 SMP Negeri 5 Banjarmasin
175.       
 Mengatasi Miskonsepsi Siswa Kelas III SMPN 24 Banjarmasin pada Materi Ajar Listrik Dinamis dengan Menerapkan Teknik Pemodelan dalam Setting Pembelajaran Generatif
176.       
Meminimalkan Kesalahan Siswa Kelas III-IPA SMAN 1 Banjarmasin dalam Menyelesaikan Persamaan Trigonometri Melalui Strategi Konflik Kognitif dan Problem Solving dalam Pembelajaran Kooperatif
177.       
 Penerapan Model Kooperatif Tipe Team Accelerated Instruction (TAI) untuk Mengatasi Permasalahan dalam Pembelajaran Kimia Akibat Heterogenitas Kemampuan Siswa di Kelas X SMA Negeri 2 Banjarmasin
178.       
Memanfaatkan Metode Debat Secara Formal untuk Mengoptimalkan Pemahaman Bioetika pada Pembelajaran Materi Kesehatan Reproduksi Siswa Kelas XI MAN 1 Banjarmasin
179.       
 Implementasi Pendekatan Pembelejaran Kooperatif dalam Pembelajaran Biologi Semester Gasal Tahun Ajaran 2005/2006 untuk Mengatasi Rendahnya Pemahaman Siswa Kelas IIIB SMPN 21 Banjarmasin
180.       
 Efektivitas Pembelajaran Kimia Kelas X Semester I SMA Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode Eksperimen Berwawasan Lingkungan
181.       
 Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Wacana Berbahasa Inggris Siswa Kelas XI dengan Text-Based Listening di SMAN I Natar Lampung Selatan
182.       
 Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Siswa Kelas VII SMPN 5 Bandar Lampung melalui Pendekatan Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
183.       
Pembelajaran Bahasa Inggris dengan Memanfaatkan Aneka Sumber Belajar di SMPN I Pugung Kabupaten Tanggamus
184.       
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Portofolio untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas X Semester 1 SMA YP UNILA Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2005/2006
185.       
Pengembangan Model Pembelajaran Matematika Realistik untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 27 Ampenan
186.       
 Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Tanggungjawab Siswa dalam Proses Pembelajaran PKn Melalui Penggunaan Metode Cooperative Learning Model Jigsaw di SMP Negeri 2 Mataram Kelas VIII
187.       
Meningkatkan Penguasaan Kosa Kata Bahasa Arab melalui Permainan (Studi di Sekolah Dasar Muhammadiyah 8 KH. Mas Mansur Malang)
188.       
 Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) dengan Model Jigsaw dalam Pembelajaran Sains di Kelas VII SMP Kartikatama Metro Tahun Pelajaran 2005/2006
189.       
 Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil Belajar Biologi melalui Pembelajaran Kooperatif (Tipe Pendekatan Struktural Think-Pair-Share) Siswa SMA Negeri I Metro Tahun Pelajaran 2006/2007
190.       
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Biologi melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Penyelidikan Kelompok pada Siswa Kelas X SMAN 3 Metro Lampung
191.       
 Pembelajaran di Luar Kelas dengan Pendekatan Pemecahan Masalah Bersama untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman Konsep Lingkungan Siswa Kelas III SDM Kota Metro
192.       
Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Kelas VII di SMP Negeri 3 Metro Tahun 2005
193.       
 Pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL) untuk Mengintegrasikan Nilai-Nilai Imtaq dalam Pembelajaran Biologi di SMAN 1 Trimurjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2006/2007
194.       
Model Penemuan dan Pemecahan Masalah dengan Pendekatan Realistik pada Pembelajaran Matematika di SD Pertiwi Teladan Metro Tahun Pelajaran 2005/2006
195.       
Meningkatkan Partisipasi Siswa Kelas VII SMP Maryam Surabaya dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
196.       
Penerapan Pembelajaran Berbasis Kerja Ilmiah pada Konsep Ciri-ciri Makhluk Hidup untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas I SLTP Muhammadiyah 5 Surabaya
197.       
Peningkatan Kompetensi Menulis Pengalaman Siswa Kelas VII F SMP Negeri 2 Gatak Melalui Pola Latihan Berjenjang
77. Peningkatan Peran Aktif dan Motivasi Belajar Siswa SMP Muhammadiyah Sumbang melalui Pendekatan Keterampilan Proses dengan Metode Discovery
198.       
Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA Menggunakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas
199.       
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas VII pada Pelajaran Sejarah melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Devision) di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Muhammadiyah Purwokerto
200.       
Upaya Mengembangkan Kemampuan Siswa Meneliti Sejarah Lokal melalui Model Inkuiri pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5 Purwokerto Tahun Ajaran 2006 – 2007
201.       
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT (Teams Game Tournaments) untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar Matematika (Studi di SMP Negeri 4 Purwokerto)
202.        Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dalam Peningkatan Motivasi dan Partisipasi Siswa serta Kualitas Hasil Belajar di SMA Negeri II Samarinda
203.       
Penerapan Metode Permainan untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar Negeri Jatinegara 05 Pagi Cakung Jakarta Timur
204.       
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika dengan Menerapkan Pendekatan Realistik Matematik di SDN Mekarsari 06 Tambun – Bekasi
205.       
Implementasi Portofolio Berbasis Asesmen Autentik untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan hasil Pembelajaran Matematika di SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa
206.       
Penerapan Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah yang Diintervensi dengan Peta Konsep untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia di SMU
207.       
Efektivitas Pendekatan Cooperative Learning dalam Meningkatkan Hasil IPA di SDN 62 Pare-Pare
208.       
Pembelajaran Bangun Ruang Secara Konstruktivis dengan Menggunakan Alat Peraga di Kelas V SD Negeri 10 Watampone
209.       
Peningkatan Mutu Proses dan Hasil Belajar Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa Kelas II SMA Negeri 21 Makassar
210.       
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Biologi melalui Pembelajaran Kooperatif di SMP Negeri 24 Makassar
211.       
Model Pembelajaran Seni Rupa di SMU Negeri 2 Malang dengan Penggunaan Desain Media Reproduksi Grafika untuk Mengembangkan Kreativitas Anak
212.       
Penggunaan Model Pembelajaran Siklus Belajar dan Belajar Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri I Tumpang – Malang
213.       
Aplikasi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis Asesmen Autentik untuk Meningkatkan Pembelajaran PSKn Kelas IV di SDI Sabilillah Malang
214.       
Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa Inggris melalui Pendekatan Proses Membaca dalam Membaca Cerita di Kelas 3 SD Negeri Bendogerit Kota Blitar
215.       
Penerapan kegiatan Hands on Activity dan Modified Discovery-Inquiry pada Mata Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SMP Laboratorium Universitas Negeri Malang
216.       
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas XII SMA Negeri 9 Malang
217.       
Pembelajaran Kontekstual dengan Metode Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir, Hasil dan Motivasi Belajar IPA pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Wahid Hasyim III Malang
218.       
Penggunaan Media Cerita Bergambar Berbasis Pendekatan Komunikasi Total untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Tunarungu Kelas Rendah di SLB Bagian B YPTB Malang
219.       
Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah dengan Strategi Kooperatif Model STAD pada Mata Pelajaran Sains untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V MI Jenderal Sudirman Malang
220.       
Pengefektifan Pembelajaran Menulis Cerpen melalui Pemanfaatan Pertanyaan "Bagaimana Jika …" pada Siswa Kelas X MAN Malang I
221.       
Peningkatan Pemahaman Geografi dengan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kerangka Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) di Kelas X SMA Negeri I Batu
222.       
Penerapan Metode SQ3R sebagai Upaya untuk Meningkatkan Tingkat Kemampuan Penguasaan Membaca Pemahaman Siswa Kelas III SLTP Negeri 27
223.       
Implementasi Konseling Perkembangan dalam Pembelajaran sebagai Model Pembiasaan Perilaku Belajar Siswa SD Negeri 064018 di Medan Sunggal
224.       
Upaya Peningaktan Keaktifan Belajar Siswa melalui Metode Demonstrasi dan Latihan pada Pembelajaran Teknik Tailoring Kelas II A Semester 3 SMKN 6 Padang
225.       
Upaya Meningkatkan Penalaran Fisika Siswa melalui Penekanan Konsep Esensial dan Peta Konsep di Kelas 2 SMP 7 Padang
226.       
Upaya Peningkatan Kemampuan Belajar Siswa melalui Model Mengajar Perubahan Konseptual pada Mata Pelajaran Sejarah di SMP Pembangunan KORPRI UNP
227.       
Optimalisasi Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar dalam Meningkatkan Aktivitas Bertanya dan Kemampuan Menjelaskan Konsep dan Prinsip Fisika di Kelas 1 SMA 3 Padang
228.       
Upaya Menciptakan Suasana Belajar Menyenangkan melalui Optimalisasi Jeda Strategis dengan Karikatur Humor pada Mata Pelajaran Matematika di SMA Negei 7 Padang
229.       
Usaha Peningkatan Efektifitas Belajar Mengajar melalui Pendekatan Penyajian Garis Gerak Perubahan pada Mata Pelajaran Sejarah di SMA
230.       
Pemaksimalan Kompetensi Siswa Kelas X SMA 3 Semarang dengan Pendekatan Penerapan Penelitian dalam Pembelajaran Kimia
231.       
Meningkatkan Kompetensi Dasar Siswa Kelas IX SMP 25 Semarang dalam Pokok Bahasan Lingkaran melalui Penerapan Cooperative Learning Tipe TGT Bercirikan CTL
232.       
Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Kimia sesuai KBK 2004 di Kelas X SMA Negeri 5 Semarang dengan Model Pembelajaran Kooperatif STAD
233.       
Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa pada Materi FPB dan KPK dengan Mendayagunakan Alat Peraga dan Serangkaian Pertanyaan Kognitif di SD Sekaran 01 Semarang
234.       
Optimalisasi Pontensi Unggulan Lokal dalam Pembelajaran Aritmetika Sosial pada Siswa Kelas VII SMPN 9 Semarang, sebagai Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
235.       
Penerapan Asesmen Kinerja untuk Meningkatkan Kompetensi Siswa dalam Kerja Ilmiah pada Pembelajaran PA-Biologi di SMP Negeri 40 Semarang
236.       
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Konsep Keanekaragaman Hayati melalui Penerapan Model Investigasi Kelompok di SMA 9 Semarang
237.       
Penggunaan Bagan Dikhotomi Konsep sebagai Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keanekaragaman Hewan pada Siswa Kelas I SMP Negeri 9 Semarang
238.       
Pembelajaran Matematika Berbantuan Alat Peraga untuk Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan bagi Siswa Kelas 3 SD Sampangan 04 Semarang
239.       
Upaya Menumbuhkan Semangat Siswa Mencapai Standar Kompetensi dengan Model Pembelajaran Heroik dan Turnamen Matematika SMA
240.       
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresiasi Sastra pada Mata Pelajaran Bahasa Daerah di Kelas 7 SMPN 2 Sidoarjo melalui Penerapan Asesmen Autentik
241.       
Pembelajaran Konstruktivisme dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah Darul Ulum
242.       
Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Anak Autis melalui Implementasi Pendekatan Individualized Education Program (IEP) di SDN Inklusif Klampis Ngasem 1-246 Surabaya
243.       
Peningkatan Hasil Belajar Pengetahuan Sosial melalui Pembelajaran Kontekstual Model Berkemah dan Media Pembelajaran Lingkungan di SD
244.       
Penerapan Model Pembelajaran Inquiri dalam rangka Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa dan Keterampilan Siswa dalam Penemuan Konsep secara Mandiri di SMPN 21 Surabaya
245.       
Meningkatkan Kemampuan Aspek Psikomotor melalui Pembelajaran Berbasis Laboratorium pada Materi Termokimia di SMA Negeri 1 Jombang
246.       
Penerapan Perangkat Pembelajaran Inovatif dalam rangka Peningkatan Penguasaan Keterampilan Proses Sains pada Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri Kertajaya XIII Surabaya
247.       
Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 3 Porong
248.       
Menciptakan Iklim Pembelajaran Sejarah yang Menyenangkan melalui Snowball Drilling Method
249.       
Penerapan Pola Pembelajaran Edutainment untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Surabaya
250.       
Penggunaan Buku Bergambar untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Cerita Siswa Kelas II SDN Jepara 2 Surabaya
251.       
Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia dengan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Peningkatan Keterampilan Scientifik dalam Mata Pelajaran Fisika di SMUN 1 Depok Slemant Yogyakarta
252.       
Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara Siswa SD Kelas V dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan Cooperative Learning
253.       
Perbaikan Teknik Menyanyikan Nada-nada Melodi melalui Teknologi MIDI di SD Negeri Kalasan I – Yogyakarta
254.       
Peningkatan Minat Baca Siswa Kelas 1 SMK Negeri 1 Palangkaraya dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Pemberiaan Feedback dan Reinforcement
255.       
Peningkatan Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan Proses dan Media Gambar di Kelas II SDN Menteng 6 Palangkaraya
256.       
Penerapan Pembelajaran Perspektif Pemodelan Matematika Bermediasi RME untuk Penalaran dan Penguasaan Konsep Statistika bagi Siswa Kelas II SMUN 3 Palangkaraya
257.       
Peningkatan Kualitas Pembelajaran untuk Melatih Keterampilan Berpikir dalam Proses Ilmiah Melalui Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah di SMA Negeri-1 Palangkaraya
258.       
Model Reader Respons untuk Meningkatkan Minat dan Keberanian Siswa Mengemukakan Tanggapan dalam Pembelajaran Sastra Sunda di SMA Pasundan 2 Bandung
259.       
Pengembangan Strategi Pembelajaran Menulis dengan Model Menulis Proses dan Penilaian Portofolio di Sekolah Dasar Kabupaten Sumedang
260.       
Peningkatan Prestasi Belajar Membaca Menulis Permulaan Anak Berkesulitan Belajar Melalui Strategi Pembelajaran Kooperatif dengan Metode VAKT di SD Permata Hijau Rancaekek Kab. Bandung
261.       
Pelaksanaan Pembelajaran Kimia yang Berorientasi pada Struktur dalam rangka Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMA PGRI Cililin Kab. Bandung
262.       
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Gejala-Gejala Alam dengan Menggunakan Media Pembelajaran Mock Up di Sekolah Dasar Negeri Embong 2 Bandung
263.       
Optimalisasi Penggunaan Asesmen Otentik untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Siswa pada Pembelajaran Sains di SDN Puncakmulya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
264.       
Dramatisasi Cerita Bergambar untuk Mengembangkan Kompetensi Dasar Berekspresi Sastra di Sekolah Dasar
265.       
Pemberdayaan Lingkungan sebagai Sumber Belajar dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Berbahasa Indonesia Siswa Kelas 4 SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru
266.       
Peningkatan Partisipasi Siswa dengan Model Inkuiri Berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) pada Pembelajaran Kewarganegaraan Kelas XI SMA Negeri 1 Jetis, Bantul Yogyakarta
267.       
Pemakaian bahasa Komunikatif untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Matematika pda Siswa Kelas 5 SD Negeri 15 Surakarta
268.       
Penggunaan Aktivitas-Aktivitas Model (Model Activities) dalam Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar.
269.       
Penggunaan Software SIG Khusus dengan Pendekatan Pembelajaran Aktif untuk Mempermudah Penguasaan Kompetensi SIG pada Pembelajaran Geografi di SMAN I Surakarta
270.       
Peningkatan Pembelajaran Aktif pada Mata Pelajaran Pengetahuan Sosial dengan Teknik Jigsaw di SMP Negeri 17 Palembang
271.       
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Keterampilan Bahasa Indonesia di SMA Srijaya Negara melalui Penerapan Cooperative Learning dan Authentic Assessment
272.       
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi Siswa Kelas II SMP Negeri 52 Palembang melalui Pembelajaran Kooperatif dengan Teknik Jigsaw
273.       
Peningkatan Pemerolehan Bahasa Indonesia Ragam Tulis Siswa Madrasah Ibtidiyah Aliyah II Palembang melalui Strategi Kooperatif Integrasi Membaca dan Menulis
274.       
Penerapan Strategi Suggestopedia dalam upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Kurikulum Berbasis Kompetensi di SMP Negeri 1 Palembang
275.       
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui Teknik Tell Me What You See I pada Siswa Kelas V SD Negeri 210 Palembang
276.       
Peningkatan Pemahaman Guru tentang Pembelajaran Matematika dalam Bahasa Inggris melalui Supervisi Klinis di Kelas VII Koalisi SMP Negeri 1 Palembang
277.       
Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Metode Improve untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Aktifitas Belajar Siswa Kelas 2 Sekolah Menengah (SMA) Negeri I Balaraja Kabupaten Tangerang – Banten
278.       
Penggunaan Alat Peraga Matematika dalam Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 20 Serang
279.       
Pemanfaatan Simulasi Komputer sebagai Media Pembelajaran untuk Mengatasi Miskonsepsi Fisika Konsep Mekanika Siswa Kelas XI SMA Negeri 5 Palu
280.       
Penerapan Teori Bruner untuk Meningkatkan Pemahaman Siswa SD Karunadipa Palu terhadap Konsep Keliling dan Luas Daerah Bangun Datar
281.       
Penerapan Pendekatan Open-Ended dan PAKEM (Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) pada Sub Pokok Bahasan Operasi Pecahan di Kelas VII SLTP Negeri 1 Palu
282.       
Pendekatan Salingtemas dikombinasikan Pemakaian Multimedia dalam Pembelajaran Kimia kelas X untuk Meningkatkan Kompetensi Kerja Ilmiah Siswa SMA Negeri 6 Palu
283.       
Implementasi Perangkat Model Bangun Ruang Sisi Lengkung dalam Pembelajaran Pokok Bahasan Tabung, Kerucut dan Bola di Kelas II SMP Negeri 1 Palu
284.       
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia di Madrasah Aliyah Negeri Model Kota Palu Melalui Pendekatan Kontekstual dengan Mengoptimalkan Kegiatan Pembelajaran di Laboratorium.
285.       
Penerapan Pendekatan Struktur Konsep untuk Peningkatan Pemahaman dan Penerapan Konsep Fisika dalam Mengatasi Miskonsepsi Siswa SMP Negeri 19 Palu
286.       
Pengembangan Instrumen Evaluasi Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Fisika Melalui Optimasi Rubrik Performance Assessment
287.       
Penerapan Pendekatan Cooperative Learning Model Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 2 Dolo)
288.       
Implementasi Perangkat Model Geometri Molekul dalam Pembelajaran Pokok Bahasan Teori Domain Elektro dan Gaya Antarmolekul di Kelas XI SMU Negeri 1 Palu
289.       
Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Media Komputer Program Interactive Atlas 2002 untuk Meningkatkan Penguasaan Materi Region Siswa Kelas IX SMPN 4 Sindue
290.       
Meningkatkan Kualitas Hasil dan Proses Pembelajaran Siswa tentang Kinematika Melalui Pembelajaran Multimodel Berbasis CTL pada Siswa Kelas X SMAN 1 Kabupaten Pontianak
info seputar pendidikan http://infopendidikankita.blogspot.com