Penelitian pada Kegiatan Pengembangan
Profesi Guru
1. Penelitian
1.1. Makna
Penelitian
Penelitian (riset, research) dapat
didefinisikan kegiatan kajian suatu masalah
dengan menggunakan metode ilmiah,
secara sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal dan yang umumnya
bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, menguji kebenaran, atau evaluasi suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan
deskripsi dan/atau prediksi.
Ringkasnya, penelitian merupakan upaya
pemecahan atau pemaparan masalah dengan menggunakan metode ilmiah, dan terdiri
dari tiga elemen utama, yaitu (1) masalah, (2) teori, dan (3) pengumpulan dan
analisis fakta empirik.
Apapun jenis penelitiannya, kegiatan
penelitian memiliki tahapan kerja sebagai berikut (a) mendapatkan dan merumuskan masalah, (b)
mengaji teori untuk merumuskan hipotesis atau menetapkan kriteria variabel
dalam pengembangan / perancangan / pendiskripsian, (c) mengumpulkan fakta empirik, baik dengan
menggunakan berbagai intrumen, melakukan perlakuan, atau dengan membuat produk
tertentu, (d) menganalisis temuan fakta
atau produk dengan kriteria teoritik untuk pengambilan kesimpulan, dan (e)
menyimpulkan hasil dan mempublikasi hasil penelitiannnya.
Kegiatan penelitian timbul karena adanya
sifat manusia yang selalu ingin tahu. Rasa ingin tahu tersebut membawa
permasalahan. Penelitian dilakukan untuk
memperoleh jawaban terhadap permasalahan yang membutuhkan jawaban ilmiah.
Permasalahan penelitian dapat berupa pencarian teori, pengujian teori ataupun
untuk mengasilkan suatu produk guna pemecahan masalah praktis yang berada pada
lingkup pengetahuan ilmiah.
Masalah Ilmiah : Apakah masalah itu? Definisi
‘masalah’ bermacam-macam. Di antaranya menyatakan bahwa ‘masalah’ terjadi bila
ada ketidak-sesuaian atau kesenjangan antara harapan dan kenyataan, antara das
Sollen dan das Sein, antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam
kenyataan.
Di kehidupan sering dijumpai
masalah-masalah yang memerlukan jawaban dengan kriteria kebenaran
tertentu. Sumber pengetahuan tidak hanya
pikiran, tetapi juga intuisi, perasaan, dan juga wahyu. Dalam kehidupan sangat sering
dijumpai masalah-masalah yang memerlukan jawaban dengan kriteria kebenaran
tertentu. Hanya bila masalah tersebut membutuhkan kebenaran berkriteria
keilmuan, maka masalah ini disebut masalah keilmuan. Masalah seperti itulah
yang semestinya memerlukan jawaban dengan kerangka berpikir tertentu, yaitu
digunakannya metode keilmuan, atau memerlukan kegiatan penelitian (ilmiah)
dalam mencari jawaban dan pemecahannya.
Meskipun diketahui bahwa masalah keilmuan
cukup banyak terdapat di lingkungan kita, namun sering dirasakan betapa
sulitnya mengidentifikasikan, memilih dan merumuskan masalah. Kesulitan pertama
adalah, darimana kita mendapatkan masalah untuk penelitian kita?
Terdapat berbagai sumber untuk
“mendapatkan” masalah. Masalah-masalah keilmuan sangat banyak dijumpai melalui
bacaan. Bacaan yang berupa laporan hasil penelitian, majalah ilmiah, jurnal
umumnya sarat dengan informasi yang mengungkapkan pula berbagai masalah
keilmuan yang menarik.
Seminar, diskusi dan pertemuan ilmiah juga
merupakan ladang masalah penelitian yang subur. Melalui kegiatan tersebut,
acapkali terlontar berbagai masalah penelitian yang sudah jadi yang selanjutnya
dapat dikembangkan sebagai masalah penelitian. Masalah penelitian dapat tergali
melalui hasil pengamatan. Dari pengamatan akan timbul berbagai
pertanyaan-pertanyaan yang melalui penelitian dapat dicari jawabannya.
Permasalahan penelitian yang baik : Tentu
saja tidak semua masalah keilmuan yang dihadapi dan telah dapat diidentifikasi,
akan dijamin sebagai masalah yang layak dan sesuai untuk diteliti. Kelayakan
suatu penelitian berkaitan dengan banyak faktor.
Kemanfaatan hasil. Sejauh mana
penelitian terhadap masalah tersebut akan memberikan sumbangan kepada khasanah teori ilmu pengetahuan atau kepada pemecahan masalah-masalah
praktis.
Kriteria pengetahuan yang dipermasalahkan yaitu: (a) mempunyai khasanah keilmuan yang dapat
dipakai untuk pengajuan hipotesis, dan (b) mempunyai kemungkinan mendapatkan
sejumlah fakta empirik yang diperlukan guna pengujian
hipotesis.
Persyaratan dari segi si peneliti,
yang pada prinsipnya sejauh mana
kemampuan si peneliti untuk melakukan penelitian. Hal ini menyangkut
setidak-tidaknya lima faktor, yakni: biaya; waktu; alat dan bahan; bekal kemampuan teoritis peneliti; dan penguasaan peneliti
terhadap metode penelitian yang akan digunakannya.
1.2.
Jenis Penelitian
Dari berbagai buku penelitian, jenis
penelitian dapat kelompokkan sebagai berikut (Nana, 2006; Suharsimi, 1998;
Suhardjono, 2006; dan lain-lain)
Dikelompokkan berdasar pada.. Jenis penelitian
Tujuan umum (Suharsimi, 1998) Penelitian eksploratif, untuk mengeksplorasi, mendiskripsikan asal usul atau sebab-musabab sesuatu
Penelitian
pengembangan, untuk mengadakan untuk percobaan dan penyempurnaan terhadap
suatu masalah, atau untuk menghasilkan produk tertentu (program, model, alat,
dll)
Penelitian
verifikasi, untuk mengevaluasi atau menguji sesuatu hal yang dipermasalahkan.
Ada tidaknya perlakuan terhadap variabel
(Suharsimi, 1998) Penelitian
deskriptif: Mengumpulkan informasi tentang sesuatu dan kemudian
mendiskripsikannya, apa adanya (tanpa melakukan perlakuan).
Soejono dan
Abdurrahman (1999) penelitian deskriptif banyak dipergunakan dan
dikembangkan dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, karena umumnya penelitian
sosial bersifat deskriptif
Best (1981) termasuk pada kelompok
deskriptif adalah penelitian yang
mengkaji pembandingan dan hubungan di antara variabel yang tidak diperoleh
melalui perlakuan.
Penelitian
eksperimen : mendeskripsikan sesuatu yang terjadi akibat adanya perlakuan atau
tindakan
Pendekatan
(Nana, 2006) Penelitian
kuantitatif, untuk mencari hubungan dan menjelaskan sebab-sebab perubahan dalam
fakta-fakta sosial yang terukur.
Menggunakan rancangan penelitian eksperimen atau korelasional sebagai kajian
khasnya.
Penelitian
kualitatif, lebih diarahkan untuk
memahami fenomena –fenomena sosial dari prespektif partisipan. Menggunakan
kajian etnografis untuk memahami keragaman prespektif dalam situasi yang diteliti,
Jenis data (Sukidin, 2005) Penelitian kuantitatif yang menggunakan
data dalam bentuk angka-angka yang bersifat kuantitatif, untuk dapat meramal
kondisi populasi, atau kecenderungan
masa datang;
Penelitian
kualitatif yang dilakukan secara cermat, mendalam dan rinci sehingga dapat
mengumpulkan data yang sangat lengkap dan dapat menghasilkan informasi yang
menunjukkan kualitas sesuatu. Penelitian kuantitatif memungkinkan adanya
generalisasi untuk hasilnya, yang dihitung dengan analisis statistik. Hasil
penelitian kualitatif hanya berlaku bagi wilayah yang diteliti itu saja.
Pemanfaatan hasil (Nana, 2006) Penelitian Dasar, menguji teori,
dalil, prinsip, dasar.
Penelitian
Terapan, menguji kegunaan teori dalam bidang tertentu. Menentukan hungungan
empiris dan generalisasi analisis dalam bidang tertentu,
Penelitian Evaluatif, mengukur manfaat, sumbangan dan kelayakan program atau kegiatan tertentu.
Bidang Ilmu atau subtansi disiplin keilmuan Pendidikan, Pembelajaran, Pertanian,
Sosial, Eksakta, Penelitian dalam Pengembangan Profesi Guru, dan lain-lain.
Tempat Penelitian (Suharsimi, 1998) Laboratorium, pengambilan data dari atau dikerjakan di laboratorium
Lapangan
(kancah), pengambilan data dari atau dikerjakan di lapangan.
Perpustakaan,
pengambilan data terutama dari perpustakaan. Kajian kepustakaan.
Tujuan untuk menghasilkan rancangan,
desain, model, rekayasa enjinering atau
produk lain (Suhardjono, 2006) Penelitian pengembangan (developmental research)
untuk mengadakan untuk percobaan dan penyempurnaan terhadap
suatu masalah, atau untuk menghasilkan produk tertentu (program, model, alat,
dll)
Tujuan untuk memperoleh informasi, atau
mendiskripsikannya untuk keperluan tertentu. (Suhardjono, 2006) Penelitian
evaluasi untuk mengevaluasi
pelaksanaan atau keberhasilan
suatu sistem program, model pendidikan, penggunaan suatu sistem, program,
model, metode, media, instrumen, dan lain-lain.
Studi
kasus,
Survey,
Seringkali dipertanyaan apakah yang
dimaksudkan dengan penelitian kuantitatif
dan penelitian kuantitatif. Perbedaan kedua jenis penelitian tersebut
antara lain adalah (Sukidin, 2005):
Penelitian kualitatif / naturalistik Penelitian kuantitatif
Berdasar tujuan
Memperoleh pemahaman makna, mengembangkan
teori, menggambarkan realitas yang kompleks Menunjukkan
hubungan antar variabel, menguji teori, mencari generalisasi.
Teknik
Pelaksanaan Penelitian
Observasi, partisipasi, observasi,
wawancara terbuka Eksperimen,
observasi terstruktur
Macam
data yang dipergunakan
Data deskriptif, dokumen-dokumen pribadi,
catatan-catatan lapangan, hasil-hasil rekaman film dan foto, komentar, dan catatan atau rekaman data wawancara, Data kuantitatif,
hitungan-hitungan, angka-angka ukuran, pencatatatan yang dapat
dikuantifikasikan, statistik.
Sampel penelitian,
Jumlah sampel kecil, sedikit, tak mewakili
sesuatu populasi, penentuan sampel secara non-acak Jumlah sampel lebih banyak, mewakili sesuatu populasi,
pepentuan sampel secara acak
Metode pelaksanaan penelitian,
Menggunakan pengamatan, pencatatan tertib,
kajian dokumen, wawancara Eksperimen, pengumpulan data tersrtuktur,
Cara analisis data penelitian,
Secara induktif, mengacu pada model, tema,
konsep, dilakukan dalam waktu relatif panjang
Secara
deduktif, mengacu pada kaidah statistika, pada saat pengumpulan data
1.3.
Penelitian di Bidang Pendidikan
Ardhana (1987 hlm. 13) menyimpulkan bahwa “
kegunaan khusus penelitian ilmiah dalam pendidikan adalah bahwa ia akan
memungkinkan pendidik untuk
mengembangkan jenis dasar pengetahuan yang jelas yang merupakan ciri profesi
dan disiplin lain yang pada saat ini belum dimiliki oleh ilmu pendidikan”
Penelitian pendidikan dapat dilakukan terhadap kajian ilmu
pendidikan, kajian praktik pendidikan,
san kajian evaluasi pendidikan. Penelitian
ilmu pendidikan meliputi kajian dasar-dasar, teori-teori, dan konsep-konsep
termasuk sejarah perkembangannya, yang berada pada kelompok penelitian dasar.
Penelitian terhadap praktik pendidikan lebih diarahkan pada aplikasi teori,
yang merupakan penelitian terapan. Penelitian evaluasi pendidikan dan
lain-liaiin, yang juga berada pada kelompok penelitian terapan.
Penelitian-penelitan tersebut dapat dilakukan dengan pendekatan kuantitatif
maupun kualitatif, baik dengan eksperimental maupun non eksperimental.
Penelitian pendidikan, baik pada bidang ilmu, praktik dan evaluasi pendidikan, dipilahkan dalam tiga kelompok yakni: (a)
Penelitian Kurikulum dan Pembelajaran, (b) Penelitian Bimbingan dan Konseling,
dan (c) Penelitian Manajemen Pendidikan (Nana, 2005).
Permasalahan pendidikan yang dapat dikaji
melalui penelitian, sangatlah luas. Mulai dari
filsafat pendidikan, politik dan kebijakan pendidikan, ekonomi
pendidikan, psikologi pendidikan, teknologi pendidikan, manajemen, bimbingan
dan konseling, kurikulum, pembelajaran, dan lain-lain. Melihat luasnya kajian
di bidang pendidikan itu, maka penelitian yang dilakukan guru dalam
pengembangan profesinya, seharusnya dibatasi, hanya pada permasalahan yang terkait dengan keilmuan dan praktek
proses belajar mengajar (proses pembelajaran).
Hal itu sesuai dengan tujuan pengembangan profesi guru yakni “dalam
rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan ketrampilan untuk
peningkatan mutu baik bagi proses belajar mengajar ...”
Sehingga makna penelitian di bidang
pendidikan, dalam konteks pengembangan profesi guru seharusnya diartikan dalam
lingkup yang lebih terbatas, yakni pada
permasalahan yang berkaitan dengan pembelajaran, dan lebih khusus lagi pada permasalahan
proses belajar-mengajar yang dilakukan
guru dalam usahanya meningkatkan mutu profesionalismenya.
Penelitian yang dilakukan guru dalam
pengembangan profesi seyogyanya berada pada permasalahan teknologi
pendidikan/pembelajaran. Menurut Miarso (1993) teknologi pendidikan
(educational technology) didefinisikan sebagai: teori dan praktik dalam desain, pengembangan, pemanfaatan,
pengelolaan, penilaian dan penelitian
proses, sumber dan system untuk belajar.
Istilah teknologi pendidikan saat
ini dipersempit menjadi teknologi pembelajaran (instructional technology) yang
lebih berfokus kepada pembelajaran yang merupakan bagian dari kegiatan pendidikan. Menggunakan
definisi tersebut, penelitian di bidang
Teknologi Pembelajaran berfokus pada proses, sumber maupun sistem yang
berkaitan dengan belajar atau pembelajaran.
Dalam kaitan dengan proses pembelajaran,
ciri khas dari penelitian teknologi pembelajaran adalah adanya kajian yang
berhubungan dengan penerapan rancangan, sajian dan evaluasi pembelajaran yang
ditujukan untuk mencapai hasil belajar tertentu, pada suatu tujuan, karakteristik siswa, lingkungan dan ataupun kondisi pembelajaran
spesifik.
Penelitian tentang pengaruh
karakteristik siswa terhadap
hasil belajar, yang tidak ada
hubungannya dengan proses pembelajaran,
lebih berada pada kawasan penelitian psikologi pendidikan daripada
penelitian pembelajaran. Permasalahan tersebut lebih sesuai dilakukan oleh guru
Bimbingan dan Konseling, daripada guru kelas maupun guru mata pelajaran.
Demikian pula penelitian tentang
pengaruh manajemen persekolahan terhadap prestasi belajar siswa, lebih tepat
berada pada kawasan manajemen pendidikan yang dilakukan oleh Kepala Sekolah,
ataupun Pengawas Sekolah.
Menurut Suhardjono (1990) kegiatan
pembelajaran yang umum dilakukan oleh seorang guru adalah (a) merancang pembelajarannya yang meliputi
rancangan penataan isi, rancangan
strategi pembelajaran termasuk rancangan pengembangan dan pemanfaatan media, rancangan evaluasi dan
lain-lain, (b) menyajikan atau menyampaikan materi pelajaran, termasuk di
dalamnya pemilihan dan penggunaan model
pembelajaran tertentu sesuai tujuan, penggunaan media, dan pengelolaan kelas, serta (c) melakukan
evaluasi baik proses maupun hasil pembelajaran.
Ketiga kegaiatan itu, harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar
diperoleh hasil belajar yang sesuai dengan tujuannya, dan dalam waktu yang
telah ditetapkan. Dalam pelaksanaannya,
terdapat banyak faktor yang mempengaruhi
hasil pembelajaran tersebut.
Ada faktor yang dapat diubah (seperti: cara
mengajar, mutu rancangan, model evaluasi, dll) ada pula faktor yang harus
diterima apa adanya (seperti: latar belakang siswa, gaji, lingkungan sekolah,
dll).
Faktor pengaruh hasil belajar yang “tidak
dapat” diubah oleh guru sebagai tenaga pengajar Faktor
pengaruh hasil belajar yang “dapat” diubah oleh guru
Tujuan dan karakterisik bidang mata pelajaran,
Latar belakang siswa (umur, jenis kelamin,
sikap, IQ, SQ, keadaaan social dan ekonominya, dan lain-lain)
Lingkungan di luar kelas, sarana dan
prasarana pendukung pembelajaran dan lain Kualitas
rancangan
Kualitas penyajian materi pelajaran
termasuk pengelolaan kelas
Kualitas evaluasi baik proses maupun hasil
pembelajaran
Sesuai dengan tujuannya, terdapat jenis penelitian pembelajaran yang bertujuan untuk
(a) mendiskripsikan sesuatu proses, sumber atau sistem yang
berkaiatan dengan proses pembelajaran, misalnya mendiskripsikan penggunaan
model pembelajaraan kooperatif pada materi pembelajaran tertentu di suatu
sistem pembelajaran tertentu, termasuk menganalisis faktor-faktor pendukung dan penghambatnya,
(b) menerapkan
atau mengembangkan suatu strategi pembelajaran tertentu yang telah teruji
manfaatnya guna mendapatkan penyempurnaan tindakan-tindakan yang seharusnya
dilakukan dalam proses pelaksanaan, agar tujuan yang diharapkan dapat dicapai secara optimal, misalnya dengan
melakukan penelitian tindakan kelas (PTK), dan
(c) menguji
atau memverifikasi suatu tindakan pembelajaran, misalnya menguji apakah
penerapan model pembelajaran yang satu lebih baik dari yang lain, melalui
penelitian eksperimen.
2.
Penelitian pada Kegiatan Pengembangan
Profesi Guru
2.1.
Hubungan Penelitian dengan KTI Guru
Pada uraian terdahulu dijelaskan bahwa permasalahan di bidang pendidikan
demikian luasnya. Agar tujuan kegiatan pengembangan profesi guru dapat
tercapai, maka penelitian yang dilakukan
guru, berbeda dengan yang dilakukan oleh kepala sekolah, pengawas, ataupun guru
bimbingan dan konseling.
Penelitian guru dalam kegiatan pengembangan
profesinya, hendaknya berupa kegiatan yang terkait dengan proses belajar
mengajarnya. Karena tentunya, kegiatan
itu dimaksudkan untuk meningkatkan
mutu, baik proses maupun produk
pembelajaran. Laporan penelitian dalam bidang pembelajaran yang berupa Karya
Tulis Ilmiah merupakan salah satu bentuk laporan dari kegiatan pengembangan
profesi guru.
Berdasarkan aturan yang berlaku (lihat:
Lampiran I dari Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor:
84/1993 Tanggal 24 Desember 1993 tentang Rincian Kegiatan Guru dan Angka
Kreditnya) macam karya tulis/karya
ilmiah tersebut dapat berupa :
1. Karya
(tulis) ilmiah hasil penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di
bidang pendidikan.
2. Karya
tulis atau makalah yang berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan
sendiri dalam bidang pendidikan.
3. Tulisan
ilmiah populer di bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui
media massa.
4. Prasaran
yang berupa tinjauan, gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam
pertemuan ilmiiah.
5. Buku
pelajaran atau modul
6. Diktat
pelajaran
7. Karya
penerjemahan buku pelajaran/ karya ilmiah yang
bermanfaat bagi pendidikan.
Ketujuh macam karya tulis di atas,
kesemuanya adalah Karya Tulis Ilmiah. Dengan demikian semua karya tulis itu harus disusun memakai langkah sesuai dengan metode
(berpikir) ilmiah. Ciri khusus metode ilmiah adalah adanya (a) permasalahan,
(b) konsep teori, (c) fakta empirik, dan (d) analisis permasalahan berdasarkan
pada teori dan fakta empirik dalam pengambilan kesimpulan.
Karya tulis yang dibuat dengan tidak
menggunakan metode keilmuan, misalnya
puisi, prosa, atau karya tulis lain yang sejenis, tetap mendapat penghargaan angka kredit melalui kelompok “menciptakan karya seni”.
Hubungan
antara macam kegiatan ilmiah yang dilakukan guru, dengan macam KTI yang
dihasilkannya sesuai dengan Lampiran I dari Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara, Nomor 84/1993 Tanggal 24 Desember 1993 tentang Rincian
Kegiatan Guru dan Angka Kreditnya, adalah sebagai berikut:
Macam kegiatan ilmiah yang dilakukan guru
dalam kegiatan pengembangan profesinya Bentuk
KTI sebagai hasil dari kegiatan ilmiahnya, dipublikasikan dalam bentuk Angka kredit
Melakukan penelitian, pengkajian, survey
atau evaluasi di bidang pendidikan Buku yang diterbitkan secara nasional 12,5
Artikel
ilmiah dalam majalah ilmiah yang diakui oleh depertemen yang bersangkutan 6
Buku
yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah 8
Makalah
yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah 4
Melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah hasil
gagasan sendiri dalam bidang pendidikan Buku yang diterbitkan secara nasional 8
Artikel
ilmiah dalam majalah ilmiah yang diakui oleh depertemen yang bersangkutan 4
Buku
yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah 7
Makalah
yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah 3,5
Melakukan penelitian, pengkajian, survey
atau evaluasi di bidang pendidikan, dan atau melakukan tinjauan atau ulasan
ilmiah hasil gagasan sendiri dalam
bidang pendidikan Tulisan Ilmiah
Populer yang disebarluaskan melalui media massa 2
Makalah
sebagai prasaran yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah 2,5
Menulis
buku, modul, diktat atau
melakukan penerjemahan buku pelajaran atau karya ilmiah yang bermanfaat bagi
pendidikan Buku pelajaran atau
modul yang bertaraf nasional 5
Buku
pelajaran atau modul yang bertaraf
propinsi 3
Diktat
pelajaran 1
Karya
terjemahan 2,5
Dari tabel di atas tampak bahwa macam
kegiatan pengembangan profesi
dalam pembuatan KTI terpilah dalam
tiga kelompok: (1) Melakukan penelitian,
pengkajian, survey atau evaluasi , (2) Melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah,
dan (3) Menulis buku, modul, diktat atau melakukan penerjemahan.
Dari
tiga kelompok kegiatan tersebut, kegiatan ketiga yakni “menulis buku,
modul, diktat atau melakukan penerjemahan” umumnya sudah dipahami
maknanya. Yang sering menjadi pertanyaan
adalah perbedaan dan persamaan di antara macam kegiatan pertama dengan kegiatan
kedua.
Seringkali ditanyakan apa beda antara kegiatan “melakukan
penelitian” dengan “melakukan tinjuan ilmiah”. Bahkan ada yang menafsirkan
kegiatan pertama sebagai kegiatan penelitian, dan kegiatan kedua sebagai
kegaitan non-penelitian. Produk dari
kedua kegiatan tersebut juga mendapat angka kredir yang tidak sama. Besar angka kredit dari kegiatan penelitian sedikit lebih tinggi dari kegiatan hasil
tinjuan ilmiah.
Dalam buku “Pedoman Penyusunan KTI di
Bidang Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru”, Suhardjono, dkk.
(1996) dalam usaha mempermudah
pemahaman, mengelompokkan KTI menjadi:
(1) Laporan hasil kegiatan ilmiah yang
merupakan KTI hasil penelitian,
pengkajian, survey atau evaluasi, (2) Tulisan ilmiah berupa KTI hasil tinjauan
atau ulasan ilmiah, serta (3) Buku yang berupa KTI buku, diktat dan karya
terjemahan.
2.2. Perbedaan
dan persamaan antara antara kegiatan
(1) melakukan penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi dan
(2) melakukan tinjauan atau ulasan ilmiah
Melakukan
penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi
di bidang pendidikan Melakukan
tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan
Persamaan Keduanya
merupakan kegiatan ilmiah yang dilakukan guru dalam kegiatan pengembangan
profesinya sebagai guru.
Kedua
kegiatan menggunakan metode (berpikir)
ilmiah yakni mengungkapkan adanya (a)
permasalahan, (b) konsep teori, (c) fakta empirik, dan (d) analisis
permasalahan berdasarkan pada teori dan fakta empirik dalam pengambilan
kesimpulan.
Kedua
kegiatan berfokus pada permasalahan yang erat terkait dengan tugas dan tanggung
jawab guru yaitu dalam usaha peningkatan mutu dan hasil proses belajar mengajar. Permasalahan pendidikan yang dikaji difokuskan pada bidang pembelajaran.
Keduanya
memberikan keluaran berbentuk KTI yang APIK (Asli, Perlu, Ilmiah, dan
Konsisten)
Produk
KTI yang dihasilkan sama yaitu
berupa buku, artikel pada jurnal,
dan makalah, namun angka kreditnya
berbeda,
Perbedaan Melakukan
penelitian, pengkajian, survey atau evaluasi
di bidang pendidikan Melakukan
tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam bidang pendidikan
Guru
melakukan kegiatan yang menampak, diketahui serta diikuti oleh siswa dalam
kegiatan pembelajarannya. Guru
melakukan kegiatan yang tidak secara langsung diikuti oleh siswa dalam kegiatan
pembelajarannya.
Tujuan
kegiatan: menguji hipotesis,
mengkaji kemanfaatan suatu tindakan,
mengkaji hubungan atau perbedaan dari
permasalahan bidang pembelajaran yang sesuai dengan tugas dan tanggungjawabnya
sebagai guru. Tujuan kegiatan: mendeskripsikan dan memberikan tinjauan
serta ulasan dari permasalahan bidang pembelajaran yang sesuai dengan tugas dan
tanggungjawabnya sebagai guru.
Kegiatannya
umumnya berupa penelitian eksperimen, penelitian tindakan kelas, studi kasus,
evaluasi, atau bentuk penelitian yang lain.
Sering disebut sebagai kegiatan “penelitian” Kegiatan umumnya berupa penelitian deskriptif, studi kasus,
evaluasi, atau bentuk penelitian yang
lain.
Sering disebut sebagai kegiatan “non-penelitian” (meskipun
sebenarnya kurang begitu tepat)
Kegiatanya
memberikan pengaruh pada praktek pembelajaran yang dilakukan. Kegiatanya tidak memberikan pengaruh
langsung pada praktek pembelajaran yang
dilakukan
Angka
kredit KTI yang dihasilkan (buku, artikel ilmiah, atau makalah) sedikit lebih tinggi Angka kredit KTI yang dihasilkan (buku, artikel
ilmiah, atau makalah) sedikit lebih
rendah.
Dari tabel
tersebut perlu digarisbawahi perbedaan
utama dari kedua kegiatan, yakni
(1) tujuan
yang berbeda, yakni yang satu untuk menguji hipotesis, mengkaji kemanfaatan suatu tindakan, mengkaji hubungan
atau perbedaan dari permasalahan bidang
pembelajaran, sedangkan yang lain bertujuan
untuk mendeskripsikan dan memberikan tinjauan serta ulasan dari
permasalahan bidang pembelajaran.
(2) manfaat
yang berbeda, yakni pada kegiatan yang berupa tinjauan / gagasan dampak
kegiatannya tidak langsung dapat diketahui, diikuti, atau dirasakan oleh siswa,
sekolah, atau oleh komponen pembelajaran yang lain.
Sedangkan
persamaan pentingnya adalah,
1. keduanya
merupakan kegiatan kegiatan ilmiah,
sehingga pada KTInya harus tertulis adanya (a) permasalahan, (b) konsep teori, (c) fakta
empirik, dan (d) analisis permasalahan berdasarkan pada teori dan fakta empirik
dalam pengambilan kesimpulan.
2. keduanya
merupakan kegiatan pengembangan profesi guru, maka permasalahan yang dikaji
harus dibatasi dan disesuakani dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai guru
di kelas atau sekolah di mana ia bertugas.
3. Keduanya
dapat dilakukan melalui kegiatan penelitian dengan metode dan jenis penelitian
yang berbeda.
Pertanyaan berikutnya adalah, metode
dan jenis penelitian apa yang umum
dipakai dalam kegiatan pengembangan profesi guru?
Metode penelitian merupakan
rangkaian cara dalam pelaksanaan
penelitian. Termasuk dalam metode penelitian adalah rancangan
atau prosedur penelitian. Dikenal tiga
kelompok metode penelitian yakni
(1) metode eksperimen, (2) deskriptif (non eksperimen) dan (3) penelitian
tindakan.
Uraian lebih terperinci tentang
masing-masing metode penelitian tersebut, disajikan pada bab-bab berikut.
3.
Macam KTI, kerangka isi, bukti fisik dan angka kreditnya
3.1.
KTI laporan Penelitian Eksperimen
Penelitian (dengan metode) eksperimen mempunyai ciri khusus yakni adanya perlakuan
atau tindakan terhadap suatu variabel guna mengetahui bagaimana dampak tindakan
itu pada variabel yang lain. Sesuai
dengan cara pelaksanaannya, terdapat berbagai jenis penelitian eksperimen,
seperti: eksperimen murni yang umumnya dilakukan di laboratorium, penelitian
eksperimen kuasi yang umum dilakukan guru di kelasnya, dan lain-lain.
Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang akibat dari adanya suatu treatment
atau perlakuan. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetes suatu hipotesis
dengan ciri khusus yaitu (a) adanya variabel bebas yang dimanipulasi, (b)
adanya pengendalian atau pengontrolan
terhadap semua variabel lain kecuali variabel bebas yang dimanipulasi, dan (c) adanya
pengamatan dan pengukuran terhadap
variabel terikat sebagai akibat dari tindakan manipulasi variabel bebas
Penelitian eksperimen yang dilakukan guru
dalam proses pembelajaran umumnya bertujuan
untuk menguji pengaruh beberapa
perlakuan dalam perancangan, penyajian atau evaluasi pembelajaran (sebagai
variabel bebas) dengan hasil belajar siswa (sebagai variabel tergantung). Penelitian bertujuan menguji hipotesis yang berkaitan dengan ada tidaknya perbedaan
antar variabel bebas terhadap variabel tergantung.
Penelitian eksperimen jenis ini umunya
dilengkapi dengan adanya variabel moderator yang berupa variabel dalam diri
siswa. Untuk kemudian dikaji ada
tidaknya hubungan, dan interaksi di antara variabel. Sebagai contoh, riumusan masalah dalam jenis
penelitian ini adalah sebagai berikutL
• Adakah
perbedaan skor matematika akibat berbedanya metode mengajar yang dipakai?
• Adakah
hubungan yang signifikan antara sikap siswa terhadap metode menhajar dengan skor matematikanya?
• Adakah
interaksi antara metode mengajar, sikap dan skor matematika?
Definisi :
Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi atau data
sebagai akibat dari adanya suatu
perlakuan. Perlakuan ini dapat berupa penerapan rancangan pembelajaran,
strategi mengajar atau sistem evaluasi hasil belajar yang baru.
Penelitian eksperimen yang dilakukan di
kelas bertujuan untuk menguji suatu hipotesis. Misalnya untuk menguji apakah
terdapat perbedaan hasil belajar antara suatu metode pembelajaran yang baru
dengan metode pembelajaran yang selama ini dilakukan.
Penelitian eksperimen mempunyai ciri khusus
yaitu,
• adanya
variabel bebas yang dimanipulasi,
• adanya
pengendalian atau pengontrolan terhadap
semua variabel lain kecuali variabel
bebas yang dimanipulasi,
• adanya
pengamatan dan pengukuran terhadap
variabel terikat sebagai akibat dari tindakan manipulasi variabel bebas.
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan
masalah penelitian eksperimen di bidang pembelajaran,
Judul penelitian Rumusan masalah
Keunggulan strategi sajian pembelajaran konsep berdasarkan
metode A terhadap metode B pada
pembelajaran konsep pada mata pelajaran X, di kelas Y di sekolah Z Apakah strategi pembelajaran konsep
berdasarkan metode A lebih unggul dari metode B
dalam pemerolehan mengingat konsep
pada mata pelajaran X, di kelas Y di sekolah Z?
Apakah strategi pembelajaran konsep
berdasarkan metode A lebih unggul dari metode B dalam pemerolehan menggunakan konsep
pada mata pelajaran X, di kelas Y di sekolah Z?
Dan seterusnya..
Kerangka Isi Tulis Umumnya KTI laporan hasil penelitian
eksperimen ini mempunyai kerangka bagian isi
sebagai berikut:
Bagian Awal
yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari
kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis; (c) pernyataan dari perpustakaan yang
menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya, (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat
dan ditandatangi oleh si penulis, (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada
: daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta (g)
abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa
bab yakni:
• Bab
Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah (terutama
penjelasan mengapa perlakuan hal yang akan di eksperimenkan itu, dipilih untuk dikaji), Perumusan Masalah
(bagian penting dari penelitian ekseperimen adalah kejelasan rumusan
masalah), Tujuan dan Kemanfaatan Hasil
Penelitian
• Bab
Kajian / Tinjauan Pustaka yang
menguraikan kajian teori dan pustaka yang
berkaitan dengan variabel-variabel yang dikaji, dan ditujukan untuk
menetapkan hipotesis penelitian.
• Bab
Metode Penelitian yang menjelaskan tentang prosedur pelaksanaan penelitian
(terutama uraian tentang sampel, prosedur pelaksanaan perlakuan, prosedur
pelaksanaan eksperimen, prosedur observasi dan evaluasi, serta hasil penelitian).
• Bab Hasil penelitian dan pembahasan memuat
diskripsi setting obyek penelitian, data hasil penelitian baik data kuantitatif
maupun kualitatif, pengujian hipotesis, dan pembahasan,
• Bab
Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang mumnya terdiri dari
sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi
laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah
(a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, (b) contoh-contoh hasil
kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c)
dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar
hadir, dan lain-lain.
Bukti fisik dan besaran angka kredit
Makalah asli yang ditulis
sesuai dengan kerangka isi, telah mendapat persetujuan yang berupa tanda
tangan kepala sekolah dan cap sekolah,
menyertakan keterangan dari perpustakaan yang ditandatangani oleh
petugas perpustakaan bahwa makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan,
serta pernyataan keaslian tulisan yang
ditandatangani oleh si penulis yang
berisi pernyataan bahwa karya yang
dibuatnya merupakan hasil karya asli si penulis.
Besaran angka kredit untuk setiap makalah
adalah 4 (empat).
3.2.
KTI laporan Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas, merupakan
penelitian tindakan yang umum dilakukan guru
guna memperbaiki mutu praktik
pembelajaran di kelasnya. PTK
berfokus pada kelas atau pada proses belajar-mengajar yang
terjadi di kelas, dan tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam
kelas.
Tujuan utama PTK adalah untuk memecahkan
permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak
saja bertujuan untuk memecahkan masalah, tetapi sekaligus mencari jawaban
ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan.
Secara lebih rinci, tujuan PTK antara lain :
• Meningkatkan
mutu isi, masukan, proses, dan hasil pendidikan dan pembelajaran di sekolah.
• Membantu
guru dan tenaga kependidikan lainnya
mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan luar kelas.
• Meningkatkan
sikap profesional pendidik dan tenaga kependidikan.
• Menumbuh-kembangkan
budaya akademik di lingkungan sekolah sehingga tercipta sikap proaktif di dalam
melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan
(sustainable).
Ciri khusus dari PTK adalah adanya tindakan
(action) yang nyata. Tindakan itu dilakukan pada situasi alami (bukan dalam
laboratorium) dan ditujukan untuk
memecahkan permasalahan-permasalahan praktis. Tindakan tersebut adalah
merupakan sesuatu kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu. Pada
penelitian tindakan, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangkaian siklus kegiatan.
Sesuai dengan prinsip bahwa ada tindakan
yang dirancang sebelumnya maka objek penelitian tindakan kelas harus merupakan
sesuatu yang aktif dan dapat dikenai aktivitas. Di samping itu PTK, karena
menggunakan kegiatan nyata di kelas, menuntut etika, antara lain: (a) tidak
boleh mengganggu tugas proses
pembelajaran dan tugas mengajar guru. (b) jangan terlalu menyita banyak waktu
(dalam pengambilan data, dll). (c)
masalah yang dikaji harus merupakan
masalah yang benar-benar ada dan dihadapi oleh guru., (d) dilaksanakan
dengan selalu memegang etika kerja
(minta ijin, membuat laporan, dll)
PTK terdiri rangkaian empat kegiatan yang
dilakukan dalam siklus berulang. Empat kegiatan utama yang ada pada setiap
siklus adalah (a) perencanaan, (b) tindakan, (c) pengamatan, dan (d) refleksi
yang dapat digambarkan sebagai berikut:
Pelaksanaan PTK dimulai dengan siklus yang
pertama yang terdiri dari empat kegiatan. Apabila sudah diketahui letak
keberhasilan dan hambatan dari tindakan yang dilaksanakan pada siklus pertama
tersebut, guru (bersama peneliti, bila PTKnya
tidak dilakukan sendiri oleh guru) menentukan rancangan untuk siklus
kedua. Kegiatan pada siklus kedua dapat berupa kegiatan yang sama dengan
kegiatan sebelumnya bila ditujukan untuk mengulangi kesuksesan , atau untuk
meyakinkan atau menguatkan hasil. Tapi umumnya kegiatan yang dilakukan pada
siklus kedua mempunyai berbagai tambahan perbaikan dari tindakan terdahulu yang
tentu saja ditujukan untuk memperbaiki berbagai hambatan atau kesulitan yang
ditemukan dalam siklus pertama.
Dengan menyusun rancangan untuk siklus
kedua, maka guru dapat melanjutkan dengan tahap kegiatan-kegiatan seperti yang
terjadi dalam siklus pertama.Jika sudah selesai dengan siklus kedua dan guru
belum merasa puas, dapat melanjutkan dengan siklus ketiga, yang cara dan
tahapannya sama dengan siklus terdahulu.
Definisi :
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
adalah penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan
memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus
pada proses belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dilakukan pada
situasi alami.
Tindakan tersebut merupakan suatu kegiatan
yang sengaja dirancang untuk dilakukan oleh siswa dengan tujuan tertentu. Oleh
karena tujuan PTK adalah memperbaiki mutu pembelajaran, maka kegiatan yang
dilakukan haruslah berupa tindakan yang diyakini lebih baik dari
kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan. Dengan kata lain, tindakan yang
diberikan kepada siswa harus terlihat kreatif dan inovatif.
Hal yang khusus pada tindakan tersebut
adalah adanya hal yang berbeda dari yang biasa dilakukan guru dalam praktik
pembelajaran sebelumnya, karena yang sudah dilakukan dipandang belum memberikan
hasil yang memuaskan.
Untuk mengetahui keberhasilan tindakan
tersebut maka harus dilakukan secara berulang-ulang, agar diperoleh keyakinan
akan keampuhan dari tindakan. Jika
dibandingkan dengan eksperimen adalah demikian. Eksperimen melihat bagaimana
efektivitas perlakukan, sedangkan PTK melihat keterlaksanaan dan kelancaran
proses tindakan. Oleh karena itu yang dipentingkan dalam PTK adalah proses,
sedangkan hasil tindakan merupakan konsekuensi logis dari ampuhnya tindakan.
Pengulangan langkah dari setiap awal sampai akhir seperti itu disebut
siklus. Untuk KTI guru, PTK sedikitnya dilaksanakan dua siklus.
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan
masalah penelitian tindakan kelas di bidang pembelajaran,
No Judul
penelitian Rumusan masalah
1 Meningkatkan
kemampuan siswa dalam menyampaikan pendapat secara lisan melalui diskusi
kelompok pada mata pelajaran X, di kelas Y, pada sekolah Z. Bagaimana kelancaran langkah pembelajaran diskusi, meliputi kelancaran
pembentukan kelompok, mengajukan pendapat, menanggapi pendapat, sampai
mengambil kesimpulan?
Bagaimana situasi belajar kelompok
meliputi ketertiban, ketenangan, keseriusan diskusi,
dll.
Bagaimana keaktifan siswa dalam
berpartisipasi, semangat siswa me- nanggapi dan mempertahankan pendapat,
kelancaran berbicara?
Bagaimana kemampuan siswa dalam
menyampaikan pendapat?
Kendala-kendala apa yang dijumpai
dalam penerapan PBL dan bagaimana mengatasinya, dst?
Kerangka Isi Laporan
Umumnya KTI PTK ini mempunyai kerangka isi
sebagai berikut:
Bagian Awal
yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari
kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis; (c) pernyataan dari perpustakaan yang
menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya, (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat
dan ditandatangi oleh penulis, (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada
: daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta (g)
abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa
bab yakni:
• Bab
I Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan dilakukan,
Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian (terutama: potensi untuk memperbaiki
atau meningkatkan kualitas isi, proses, masukan, atau hasil pembelajaran
dan/atau pendidikan).
• Bab
II Kajian / Tinjauan Pustaka yang
berisi uraian tentang kajian teori dan
pustaka yang menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian
tindakan (khususnya kajian teori yang berkaitan dengan macam tindakan yang akan
dilakukan), proses tindakan, ketepatan atau kesesuainan tindakan dengan
ciri-ciri kejiwaan siswa, dan lain-lain.
• Bab
III Metode Penelitian atau Metodologi Penelitian yang menjelaskan tentang
prosedur penelitian (terutama: prosedur diagnosis masalah, penjelasan rinci
tentang perencanaan dan pelaksanaan tindakan, prosedur pelaksanaan tindakan, prosedur observasi dan evaluasi,
prosedur refleksi , serta hasil penelitian). Yang harus ada dan dikemukakan
secara jelas dalam bagian ini adalah langkah-langkah tindakan secara rinci,
terutama langkah yang harus dilakukan oleh siswa, bukan menjelaskan langkah
guru yang biasa seperti membuat persiapan, menyiapkan alat, dan
seterusnya.
• Bab
IV Hasil penelitian dan pembahasan serta
mengemukakan gambaran tentang pelaksanaan tindakan, dimulai dari setting atau
pengaturan siswa, penjelasan umum jalannya pembelajaran diikuti penjelasan
siklus demi siklus. Akhir dari bab ini adalah pembahasan, yaitu pendapat
peneliti tentang plus minus tindakan serta kemungkinannya untuk diterapkan lagi
untuk memperoleh gambaran model tindakan ini sebagai metode mengajar yang dipandang
kreatif dan inovatif, sehingga dapat memberikan hasil pembelajaran yang
maksimal
• Bab
V Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang pada umumnya terdiri
dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk
menunjang isi laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah
(a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar
pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen
baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain
seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.
Bukti fisik dan besaran angka kredit
Makalah asli yang ditulis
sesuai dengan kerangka isi, telah mendapat persetujuan yang berupa tanda
tangan kepala sekolah dan cap sekolah,
menyertakan keterangan dari perpustakaan yang ditandatangani oleh
petugas perpustakaan bahwa makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan,
serta pernyataan keaslian tulisan yang
ditandatangani oleh penulis yang berisi
pernyataan bahwa karya yang dibuatnya
merupakan hasil karya asli penulis.
Besaran angka kredit untuk setiap makalah
adalah 4 (empat).
3.3. KTI laporan Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif bertujuan
mendeskripsikan fakta sebagaimana adanya (tanpa perlakuan) terdiri dari (a) survey, (b) studi kasus, (c)
penelitian hubungan-korelasional, (d)
penelitian pembandingan-komparatif, (e)
penelitian evaluasi (e) penelitian pengembangan, dan lain-lain.
Berdasar pada tujuannya, metode penelitian
deskriptif yang umum dilakukan guru dalam pengembangan pro fesinya adalah
sebagai berikut....
Tujuan
penelitian Keterangan
Survei
bertujuan mengukur sesuatu apa adanya
tanpa bertanya mengapa keadaan tersebut seperti itu.
Hasil
survey umumnya dipakai sebagai masukan data dalam pembuatan KTI yang
berupa tinjuaan atau gagasan ilmiah. Tidak
banyak guru melakukan survey sebagai KTI dalam kegiatan pengembangan
profesinya.
Survey dimulai dengan menjabarkan teori
untuk menetapkan variabel , kriteria dan indikator variabel-variabel yang akan
disurvey. Selanjutnya dilakukan
pengumpulan, analisis dan simpulan dari data yang didapat.
Studi kasus yang merupakan kajian secara intensif tentang
keadaan yang spesifik, terbatas dan kecil.
Hasil
studi kasus umunya merupakan
bagian dari KTI yang berupa tinjauan atau gagasan ilmiah. Misalnya studi kasus tentang gagalnya penerapan suatu metode
pembelajaran baru di kelasnya. Berdasar kajian teori ditetapkan kriteria dan indikator variabel-variabel
terkait. Selanjutnya menggunakan indikator variabel itu, dilakukan pengumpulan
dan analisis data untuk menjawab permasalahan. Analisis dilakukan berdasar
teori dan data yang diperoleh.
Studi korelasi, penelitian ini bertujuan mengetahui sejauh mana variasi-variasi pada satu atau lebih
faktor, saling berhubungan ditinjau
berdasarkan koefisien korelasinya.
Pada studi korelasi hal pokok yang harus
menjadi perhatian adalah (1) adanya
kerangka teori yang menunjang ada tidaknya hubungan di antara variabel, (2)
keterandalan instrumen pengukuran yang digunakan, dan (3) jumlah sampel yang
dianalisis.
Penelitian
jenis ini relatif sering dilakukan oleh guru.
Misalnya seorang guru menerapkan metode baru dalam proses
pembelajarannya, ia ingin mengetahui
apakah sikap siswa terhadap metode baru
tersebut berkorelasi dengan hasil belajar.
Hal yang ingin dikaji sebenarnya adalah pengaruh dari penerapan metode
pembelajaran.
Kesalahan umum pada penelitian ini guru
tidak dikaitkan dengan tindakan/ kegiatan pembelajaran. Ia hanya
mengkorelasikan variabel-variabel dalam diri siswa dengan hasil belajar, atau
antara hasil belajar mata pelajaran dan satu dengan yang lainnya. Penelitian
semacam itu kurang memberikan manfaat terhadap peningkatan mutu pembelajaran.
Studi pembandingan atau penelitian
komparatif bertujuan untuk melihat ada
tidaknya perbedaan variabel-varibel
tertentu melalui pembandingan antara
satu keadaan dengan keadaan yang lain.
Misalnya
ingin diketahui adakah perbedaan hasil belajar akibat berbedanya metode yang
dipakai dalam proses pembelajaran.
Pada penelitian deskriptif, data diperoleh
secara ekspos fakto, bukan dari afanya suatu perlakuan. Bila data diperoleh
akibat adanya perlakukan maka kegiatan
ini termasuk dalam jenis penelitian eksperimen.
Studi evaluasi, bertujuan memperoleh
informasi ilmiah guna pengambilan keputusan.
Studi evaluasi sangat sering dipakai
sebagai KTI yang berupa tinjauan atau
gagasan ilmiah.
Misalnya
adanya kebijakan baru dalam tindakan pembelajaran, yang ingin dievaluasi. Pertama dilakukan kajian teori dipakai untuk
menetapkan kriteria guna evaluasi.
Selanjutnya fakta dikumpulkan dan dipakai
untuk menguji kesenjangan antara kriteria teoritik dengan keadaan nyata dari
hal dievaluasi.
Studi pengembangan, bertujuan menghasilkan
produk dalam upaya pemecahan masalah.
Hasil studi ini adalah produk pengembangan
misalnya buku, modul, rancangan
program, dan lain-lain
Sebagai
kegiatan ilmiah kegiatan ini juga disertai dengan kajian teori dipakai untuk
menetapkan kriteria dalam pengembangan. Studi pengembangan mempunyai ciri khas
yaitu adanya uraian yang mendalam tentang pelaksanaan kegiatan pengembangan
yang dilakukan apakah berupa pembuatan
perancangan, desain, pembuatan alat, dan lain-lain. Semua kegiatan dilakukan berdasarkan pada
kriteria-kriteria yang telah ditapkan berdasar teori. Selanjutnya pada studi
ini dilakukan uji kesesuaian hasil pengembangan dengan kriteria teoritik.
Definisi : Penelitian deskriptif merupakan
paparan (diskripsi) informasi tentang suatu gejala, peristiwa, kejadian
sebagaimana adanya.
Dalam konteks kegiatan pengembangan
profesi, penelitian ini mengkaji dan memaparkan sesuatu yang terkait dengan
kegiatan yang dilakukan guru yang bersangkutan dalam upayanya mengembangan
profesinya sebagai guru.
Kegiatan tersebut berkaitan dengan tugas pokok
guru yakni menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran,
mengevaluasi hasil pembelajaran, menganalisis hasil evaluasi pembelajaran,
menyusun program perbaikan dan pengayaan terhadap peserta didik serta
mengembangkan profesi yang menjadi tanggung jawabnya.
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan
masalah penelitian diskriptif di bidang pembelajaran .
No Judul
penelitian Rumusan masalah
1 Penerapan
KBK pada pembelajaran sejarah pada siswa kelas II, di SMP X, sekolah Y, Bagaimana macam kegiatan guru dalam pembelajaran yang
menupakan penerapan KBK pada pembelajaran Sejarah.
Bagaimana macam kegiatan siswa yang
merupakan penerapan KBK
Apa saja dan mengapa faktor
penghambat dan pendukung dalam pelaksanaan KBK
Kerangka Isi Tulis Umumnya KTI
laporan hasil penelitian deskriptif mempunyai kerangka bagian isi sebagai berikut:
Bagian Awal
yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari
kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis; (c) pernyataan dari perpustakaan yang
menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya, (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat
dan ditandatangi oleh si penulis, (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada
: daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta (g)
abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa
bab yakni:
• Bab
Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah mengapa masalah
tersebut diteliti dan disertai data yang berkaitan dengan permasalahannya.
Perumusan Masalah (Hal-hal yang ingin
diketahui jawabannya atau ingin dijelaskan secara rinci melalui kajian
diskriptif), Tujuan dan Kemanfaatan
Hasil Penelitian
• Bab
Kajian / Tinjauan Pustaka yang
menguraikan kajian teori dan pustaka yang
berkaitan dengan variabel-variabel yang berkaitan atau kegiatan-kegiatan
dalam proses pembelajaran yang telah dilakukan,
• Bab
Metode Penelitian yang menjelaskan tentang populasi dan sample penelitian,
metode pengumpulan data, instrumen penelitian dan cara analisis penelitian.
• Bab
Hasil dan pembahasan menguraikan tentang gambaran sasaran penelitian, diskripsi
hasil penelitian, dan analisis serta pembahasannya, serta
• Bab
Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang mumnya terdiri dari
sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi
laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah
(a) semua instrumen yang digunakan dalam penelitian, (b) contoh-contoh hasil
kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c)
dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar
hadir, dan lain-lain.
Bukti fisik dan besaran angka kredit
Makalah asli yang ditulis
sesuai dengan kerangka isi, telah mendapat persetujuan yang berupa tanda
tangan kepala sekolah dan cap sekolah,
menyertakan keterangan dari perpustakaan yang ditandatangani oleh
petugas perpustakaan bahwa makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan,
serta pernyataan keaslian tulisan yang
ditandatangani oleh si penulis yang
berisi pernyataan bahwa karya yang
dibuatnya merupakan hasil karya asli si penulis.
Besaran angka kredit untuk setiap makalah
adalah 4 (empat)
3.4.
KTI berupa gagasan/ tinjauan ilmiah
Definisi :
KTI yang berupa gagasan ilmiah adalah tulisan yang berisi paparan
ide/gagasan penulis dalam upaya mengatasi berbagai masalah pendidikan formal
dan pembelajaran dihadapi pada satuan pendidikan penulis.
Misalnya seorang guru mempunyai gagasan inovatif untuk meningkatkan
disiplin siswa dengan menggunakan metode X.
Maka ia memaparkan gagasan tersebut
dengan menggunakan kerangka berpikir keilmuan. Yaitu, secara teori
mengapa metode X mampu meningkatkan disiplin siswa. Ia juga mengutarakan gagasannya tentang
bagaimana menerapkan metode X tersebut dan bagaimana
kendala-kedala yang akan dihadapi sesuai dengan fakta yang nyata terjadi di
lapangan.
Dengan demikian, paparan gagasan ini dapat
pula disebut sebagai suatu rancangan tindakan yang ditujukan untuk peningkatan
mutu pembajalaran di kelas atau sekolahnya. Bilamana gagasan tersebut
dilaksanakan dapat menjadi kegiatan penelitian.
Berikut disajikan contoh judul dan rumusan
masalah dari KTI yang berisi gagasan
ilmiah di bidang pembelajaran .
Judul Rumusan
masalah
Menerapkan metode X dalam upaya
meningkatkan disiplin siswa, dalam kegiatan belajar di kelas Y, sekolah Z
Upaya memanfaakan perpustakaan sekolah
sebagai sumber belajar yang efektif di SMA
• Bagaimana kemungkinan penerapan
metode X agar dapat secara optimal meningkatkan
disiplin siswa, dalam kegiatan X, di kelas Y, sekolah Z
• Rancangan
langkah-langkah yang dilakukan dalam penerapan metode X
• Kemungkinan
kendala-kendala yang dijumpai dan antisipasi cara pemecahannya dalam penerapan
metode X
• Dan
lain-lain
• Bagaimana
siswa menggunakan perpustakaan sebagai sumber belajar
• Bagaimana
cara memanfaatkan perpustakaan sekolah sebagai sumber belajar
Kerangka Isi Tulis Umumnya KTI
yang berisi laporan kegiatan atau gagasan / tinjuan ilmiah mempunyai
kerangka bagian isi sebagai berikut:
Bagian Awal
yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari kepala
sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis; (c) pernyataan dari perpustakaan yang
menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya, (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat
dan ditandatangi oleh si penulis, (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada
: daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta (g)
abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa
bab yakni:
• Bab
Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah (terutama
penjelasan permasalahan yang dihadapinya, dan apa serta mengapa ide /gagasan
yang ingin dikemukaan si penulis dalam upaya pemecahan masalah), Tujuan dan
Kemanfaatan pengungkapan gagasan tersebut.
• Bab
Kajian / Tinjauan Pustaka yang
mengurai-kan kajian teori dan pustaka yang
berkaitan dengan berbagai uraian
konsep atau tindakan-tindakan yang merupakan inti dari gagasan dalam upaya
pemecahan masalah yang dihadapi.
•
Bab Diskusi yang menjelaskan kemungkinan-kemungkinan pemecahan masalah dengan
diterapkannya ide/gagasan si penulis dengan keadaan nyata atau fakta-fakta yang
ada di lapangan.
• Bab
Simpulan dan Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang mumnya terdiri dari
sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk menunjang isi
laporan.
Lampiran utama yang harus disertakan adalah
dokumen penunjang atau bukti tentang fakta-fakta yang diungkapkan pada bab
Uraian Fakta.
Bukti fisik dan besaran angka kredit
Makalah asli yang ditulis
sesuai dengan kerangka isi, telah mendapat persetujuan yang berupa tanda
tangan kepala sekolah dan cap sekolah,
menyertakan keterangan dari perpustakaan yang ditandatangani oleh
petugas perpustakaan bahwa makalah tersebut telah disimpan di perpustakaan,
serta pernyataan keaslian tulisan yang
ditandatangani oleh si penulis yang
berisi pernyataan bahwa karya yang
dibuatnya merupakan hasil karya asli si penulis.
Besaran angka kredit untuk setiap makalah
adalah 3,5 (tiga setengah)
KTI
yang berupa prasaran yang disajikan pada
forum ilmiah
Definisi :
Prasaran yang disajikan pada forum ilmiah adalah makalah tertulis yang
merupakan pelengkap atau pendukung sajian lisan dari si penulis dalam
pelaksanaan presentasi dalam forum
ilmiah.
Dalam konteks kegiatan pengembangan
profesi, maka isi atau materi yang disajikan dalam pertemuan ilmiah
tersebut harus tetap sesuai dengan
makna pengembangan profesi yaitu untuk
meningkatkan mutu kegiatan proses belajar mengajar dalam rangka menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan formal dan kebudayaan.
Dengan demikian hasil dari kegiatan
penelitian tindakan kelas, penelitian ekseperimen, penelitian diskriptif, atau
laporan kegiatan nyata, serta gagasan dalam upaya meningkatkan mutu kegiatan
proses belajar mengajar di kelas / sekolahnya
dapat merupakan materi yang
disajikan pada forum ilmiah.
Berikut disajikan contoh judul dan
permasalaah dari KTI yang berupa makalah
yang disajikan pada pertemuan ilmiah.
Judul Permasalahan
Penerapan KBK pada pembelajaran sejarah
pada siswa kelas II, di SMP X, sekolah
Y,
Makalah disajikan pada seminar propinsi
tingkat propinsi. • Memaparkan hasil penelitian / hasil
kegiatan nyata yang dilakukan guru yang bersangkutan dalam penerapan KBK di
kelasnya.
Kerangka Isi Tulis Biasanya pelaksanaan pertemuan ilmiah telah
mempunyai pedoman/format penulisan makalah yang harus akan dipergunakan pada
pertumuan ilmiahnya . Pada umumnya
pedoman / format penulisan makalah terdiri dari
bagian isi sebagai berikut:
Bagian Awal
yang berisi judul, nama di
penulis makalah, keterangan pada kegiatan apa prasaran ilmiah tersebut
disajikan, kapan, dimana dan siapa penyelenggaranya.
Bagian Isi
suatu prasaran dalam pertemuan ilmiah sangat beragam. Tetapi
umumnya suatu makalah tersebut terdiri
dari (a) pengantar yang berisi ringkasan, atau ungkapan latar belakang, atau
uraian yang mengantarkan pembacanya kepada permasalahan utama, (b) paparan
masalah uatama, dan (c) penutup yang berupa ringkasan, atau uraian hal-hal yang
penting, atau saran tindak lanjut, serta
(d) dilengkapi dengan daftar bacaan.
Catatan :
(a) jumlah
halaman makalah untuk prasaran ilmiah
yang diketik pada kertas ukuran A4, spasi satu, umumnya antara 10 – 20
halaman. Namun jumlah halaman sangat tergantung pada alokasi waktu dan luasnya
hal yang dipermasalahkan.
(b) sangat
disarankan juga menyertakan diskripsi singkat tentang data diri pemulis pada
bagian akhir malakah. .
Bukti fisik dan besaran angka kredit
Makalah asli atau foto copy telah mendapat
persetujuan dan disyahkan dari kepala
sekolah, mencantumkan keterangan dari panitia penyelenggara kegiatan ilmiah
yang menyatakan bahwa makalah tersebut telah dipresentasikan (dapat pula berupa
fotocopy piagam keikutsertaan sebagai pembicara, atau surat undangan dari
pantia, atau bukti keikutsertaan yang lain), menyertakan pernyataan yang
ditandatangani oleh si penulis
menyatakan bahwa prasanan yang ditulisnya merupakan hasil karya asli dan
benar-benar telah dipresentasikan pada pertemuan ilmiah di jenjang tertentu.
Besaran angka kredit untuk setiap makalah
yang berupa prasaran ilmiah adalah 2,5 (dua setengah)
Menyusun dan menilai Karya Tulis
Ilmiah yang berupa
artikel ilmiah, prasaran dan tulisan ilmiah
populer
1. Apa yang Dimaksud dengan Kegiatan
Pengembangan Profesi Guru?
Kegiatan pengembangan profesi guru adalah
kegiatan guru dalam rangka pengamalan ilmu dan pengetahuan, teknologi dan
ketrampilan untuk peningkatan mutu baik
bagi proses belajar mengajar dan profesionalisme tenaga kependidikan lainnya
maupun dalam rangka menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi pendidikan dan
kebudayaan (berdasar definsi pada Kepmendidbud No. 025/0/1995). Terdapat lima macam kegiatan pengembangan
profesi yang dapat dilakukan guru yaitu, (1) membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI),
(2) menemukan Teknologi Tepat Guna, (3) membuat alat peraga/bimbingan, (4)
menciptakan karya seni, dan (5) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
2. Apa yang Dimaksud dengan Karya Tulis
Ilmiah?
Karya Tulis Ilmiah (selanjutnya disingkat
KTI) pada dasarnya merupakan laporan tertulis tentang (hasil) suatu kegiatan
ilmiah. Karena kegiatan ilmiah itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI) juga
beragam. Ada yang berbentuk laporan
penelitian, tulisan ilmiah populer, buku, diktat dan lain-lain. KTI juga berbeda bentuk
penyajiannya sehubungan dengan berbedanya tujuan penulisan serta media yang menerbitkannya. .
Bila seorang guru menulis KTI (dengan
benar) maka kepadanya diberikan penghargaan, berupa angka kredit yang dapat
dipakai untuk memenuhi persyaratan dalam usulan kenaikan pangkat/jabatannya.
Besarnya angka kredit KTI berbeda-beda tergantung pada macam dan lingkup
publikasinya. Berdasar aturan yang berlaku, KTI yang berangka kredit tertinggi
(12,5 angka kredit) adalah KTI
hasil penelitian perorangan yang dipublikasi dalam bentuk buku, yang terendah bernilai 1 angka kredit, untuk KTI yang berupa diktat.
Macam KTI pada kegiatan pengembangan
profesi guru, terdiri dari 7 (tujuh) macam, yang dapat dirinci sebagai berikut:
No Macam
KTI Macam publikasinya Angka kredit
1 KTI
hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi Berupa buku yang diedarkan secara nasional 12,5
Berupa
tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas 6,0
Berupa
buku yang tidak diedarkan secara nasional 6,0
Berupa
makalah 4,0
2 KTI
yang merupakan tinjuan atau gagasan sendiri dalam bidang pendidikan Berupa buku yang diedarkan secara
nasional 8,0
Berupa
tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas 4,0
Berupa
buku yang tidak diedarkan secara nasional 7,0
Berupa
makalah 3,5
3 KTI
yang berupa tulisan ilmiah popular yang
disebarkan melalui media masa Berupa
tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada
media masa 2,0
4 KTI
yang berupa tinjuan, gagasan, atau ulasan ilmiah yang disampaikan sebagai
prasaran dalam pertemuan ilmiah Berupa
makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah 2,5
5 KTI
yang berupa buku pelajaran Berupa
buku yang bertaraf nasional 5
Berupa
buku yang bertaraf propinsi 3
6 KTI
yang berupa diktat pelajaran Berupa
diktat yang digunakan di sekolahnya 1
7 KTI
yang berupa karya terjemahan Berupa
karya terjemahan buku pelajaran/ karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan 2.5
Dari tabel di atas juga terlihat bahwa KTI
yang berupa laporan hasil penelitian dapat dipakai sebagai salah satu macam
kegiatan pengembangan profesi tenaga pendidik. Bahkan, akhir-akhir ini kegiatan
membuat KTI yang berupa laporan hasil penelitian, menunjukan jumlah yang
semakin meningkat.
3. Mengapa KTI Hasil Penelitian Makin
Diminati?
Salah satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini,
cenderung banyak dilakukan oleh para guru
adalah KTI hasil penelitian
perorangan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah.
KTI jenis ini mempunyai nilai angka kredit
4 (empat). KTI yang berupa laporan hasil penelitian tersebut cenderung
diminati dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi guru, di
antaranya karena:
1. Para
guru makin memahami bahwa salah satu tujuan kegiatan pengembangan profesi,
adalah dilakukannya kegiatan nyata di kelasnya yang ditujukan untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajarannya. Bagi sebagian besar guru, melakukan
kegiatan seperti itu, sudah terbiasa dilakukan
2. Kegiatan
tersebut, harus dilaksanakan dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah, karena
hanya dengan cara itulah, mereka akan mendapat jawaban yang benar secara
keilmuan terhadap apa yang ingin dikajinya.
3. Apabila
kegiatan tersebut dilakukan di kelasnya, maka kegiatan tersebut dapat berupa penelitian eksperimen, atau penelitian
tindakan yang semakin layak untuk menjadi prioritas kegiatan. Kegiatan nyata
dalam proses pembelajaran, dapat berupa tindakan untuk “menguji atau menerapkan” hal-hal “baru”
dalam praktik pembelajarannya. Saat ini, berbagai inovasi baru dalam
pembelajaran, memerlukan verifikasi maupun penerapan dalam
proses pembelajaran.
4. Apakah yang Dimaksud dengan Penelitian?
Penelitian (riset, research) merupakan
penyelidikan suatu masalah secara
sistematis, kritis, ilmiah, dan lebih formal. Penelitian merupakan kegiatan
yang dilakukan dengan menggunakan logika proses berpikir eksplisit (artinya
setiap langkahnya dilakukan secara
terbuka sehingga dapat dikaji kembali
baik oleh yang bersangkutan maupun oleh orang lain) dan informasinya
dikumpulkan secara sistematis dan
obyektif.
Penelitian bertujuan untuk menemukan, mengembangkan, atau menguji
kebenaran suatu pengetahuan suatu pengetahuan yang memiliki kemampuan deskripsi
dan/atau prediksi, dan yang dilakukan
dengan langkah yang sistematis, kritis,dan ilmiah.
Hasil pengetahuan yang diperoleh melalui
kegiatan penelitian mempunyai sifat khusus, yaitu bersifat keilmuan, dan bila terkumpul secara sistematis
membentuk khazanah pengetahuan yang disebut ilmu, yang kemudian mampu
memberikan berbagai dampak bagi hidup dan kehidupan manusia.
Kerja penelitian umumnya terdiri dari beberapa langkah utama, yaitu :
• melakukan
kajian terhadap permasalahan,
• melakukan
kajian teoritik dari permasalahan untuk kemudian secara deduksi dirumuskan
menjadi hipotesis dari masalah yang dihadapi,
• mengumpukan
data empirik guna pengujian hipotesis,
• mengadakan
uji hipotesis, dan
• menarik kesimpulan.
5. Bagaimana Penelitian di Bidang Pembelajaran?
Penelitian di bidang pembelajaran ditandai adanya permasalahan tentang hal-hal yang
bekaitan dengan
proses-mengajar-belajar. Ciri khas dari penelitian pembelajaran adalah
adanya kajian yang berhubungan dengan penerapan rancangan, sajian dan evaluasi
pembelajaran yang ditujukan untuk mencapai hasil belajar tertentu, pada
suatu tujuan, karakteristik siswa,
lingkungan dan atapun kondisi
pembelajaran spesifik.
Melalui kegiatan pengembangan profesi,
diharapkan para guru dapat menyelesaikan masalah melalui kegiatan nyata di kelasnya yang ditujukan untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajarannya yang dilaksanakan secara profesional.
Hanya dengan cara itu, maka mereka akan dalam mengembangan profesinya. Kiranya,
itulah hakikat tujuan dari kegiatan pengembangan profesi.
Fokus masalah penelitian pembelajaran
adalah pada hal-hal yang dapat dilakukan guru dalam praktik pembelajaran, yaitu
dalam proses pembelajaran yang dapat berupa rancangan, sajian maupun evaluasi
yang dikaitkan dengan hasil belajar dan faktor pengaruh yang lain.
Dengan kata lain, penelitian di bidang
pembelajaran ditandai adanya
permasalahan kajian tentang
hal-hal yang bekaitan dengan proses-mengajar-belajar.
6. Apa Penelitian Pembelajaran yang
Dilakukan di Kelas?
Berbagai kegiatan pengembangan profesi yang
dapat dilakukan guru dengan melibatkan
para siswanya, antara lain adalah dengan
melakukan penelitian di kelasnya. Ada
dua macam penelitian yang dapat dilakukan di dalam kelas, yaitu: (a)
penelitian eksperimen, dan (b) penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian eksperimen atau PTK, lebih
diharapkan dilakukan guru dalam upayanya menulis KTI karena:
• KTI
tersebut merupakan laporan dari kegiatan
nyata yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya
– (ini tentunya berbeda dengan KTI yang berupa laporan penelitian korelasi,
penelitian diskriptif, ataupun ungkapan
gagasan, yang umumnya tidak memberikan dampak langsung pada proses pembelajaran
di kelasnya), dan
• Dengan
melakukan kegiatan penelitian tersebut, maka para guru telah melakukan salah
satu tugasnya dalam kegiatan pengembangan profesionnya.
Terdapat beberapa macam penelitian, antara
lain, penelitian diskriptif yang merupakan
paparan (diskripsi) informasi tentang suatu gejala, peristiwa, kejadian
sebagaimana adanya. Berbeda dengan
penelitian eksperimen pada penelitian
diskriptif tidak diadakan perlakuan. Penelitian ini mengkaji dan memaparkan
sesuatu keadaan sebagaimana adanya.
Penelitian eksperimen dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi atau data tentang akibat dari adanya suatu treatment
atau perlakuan. Penelitian eksperimen dilakukan untuk mengetes suatu hipotesis
dengan ciri khusus :
(a) adanya
variabel bebas yang dimanipulasi,
(b) adanya
pengendalian atau pengontrolan terhadap
semua variabel lain kecuali variabel
bebas yang dimanipulasi,
(c) adanya
pengamatan dan pengukuran terhadap
variabel terikat sebagai akibat dari tindakan manipulasi variabel bebas.
Di samping kedua macam penelitian tersebut,
ada pula yang dinamakan penelitian tindakan (action research). Penelitian
Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian tindakan (action research) yang
dilakukan dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran di kelasnya. PTK berfokus
pada kelas atau pada proses
belajar-mengajar yang terjadi di kelas, dan
bukan pada input kelas (silabus,
materi,dll) ataupun output (hasil belajar). PTK
harus tertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam kelas.
7. Bagaimana macam KTI yang berasal dari
Laporan Penelitian?
Berdasar definsi pada Kepmendidbud No.
025/0/1995, makalah hasil penelitian adalah suatu karya tulis yang disusun oleh
seseorang atau kelompok orang yang membahas suatu pokok bahasan yang merupakan
hasil penelitian. Dengan demikian, KTI
ini merupakan laporan hasil dari suatu
kegiatan penelitian yang telah dilakukan.
Laporan hasil penelitian tersebut dapat
disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
No Macam
bentuk publikasi laporan hasil penelitian Angka
kredit
1 Berupa
buku yang diedarkan secara nasional. Buku
yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional yang ditulis berdasar hasil penelitian yang dilakukan oleh guru,
masih sangat terbatas jumlahnya. Sangat jarang guru mengirimkan KTI dalam
bentuk ini. 12,5
2 Berupa
tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah (jurnal) yang diakui oleh Depdiknas. Masing-masing jurnal ilmiah umumnya mempunyai
persyaratan dan tata cara penulisan artikel
hasil penelitian yang spesifik dan berlaku untuk jurnal yang
bersangkutan. KTI yang diajukan guru dalam bentuk publikasi ini, akhir-akhir
ini semakin meningkat jumlahnya. 6,0
3 Berupa
buku yang tidak diedarkan secara nasional.
Buku yang ditulis berdasar hasil penelitian yang dilakukan oleh guru,
yang tidak diederkan secara nasional juga masih sangat terbatas jumlahnya. 6,0
4 Berupa
makalah yang disimpan di perpustakaan.
Inilah bentuk laporan hasil
penelitian yang paling banyak diajukan
sebagai Karya Tulis Ilmiah oleh para guru. 4,0
5 Berupa
tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada
media masa. Meskipun cukup banyak tulisan ilmiah popular diajukan
sebagai KTI, namun yang merupakan laporan hasil penelitian, sangat terbatas
jumlahnya. 2,0
6 Berupa
makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah. Meskipun cukup
banyak makalah berupa prasasran diajukan
sebagai KTI, namun yang merupakan makalah prasaran berdasarkan laporan hasil penelitian, sangat terbatas
jumlahnya. 2,5
Selanjutnya, tulisan ini akan lebih memberikan fokus bahasan pada KTI
hasil penelitian yang dipublikasikan dalam bentuk
(1) Artikel
ilmiah yang dipublikasikan melalui
jurnal (dengan angka kredit 6),
(2) Prasaran
pada pertemuan ilmiah (angka kredit 2.5)
(3) Tulisan
ilmiah populer yang tersaji di media masa (angka kredit 2)
8. Artikel ilmiah yang dipublikasikan melalui jurnal (dengan
angka kredit 6)
KTI yang dapat dimuat di Jurnal Ilmiah dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama
KTI yang berupa laporan hasil penelitian, dan kedua berupa KTI non-hasil
penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan
ilmiah).
Masing-masing jurnal mempunyai tatacara
penulisannya sendiri-sendiri. Ada perbedaan di antara satu jurnal dengan jurnal
yang lain. Misalnya, tentang ukuran dan macam huruf, jumlah halaman maksimum
yang diperbolehkan, kerangka dan tatacara penulisan, bahkan juga cara
pengirimannya naskah (ada yang harus mengirimkan dalam bentuk disket berikut
printoutnya) dll.
Berikut contoh sistematika penulisan pada
Jurnal Teknologi Pendidikan (PPS IKIP Malang, ISSN 0854-7599). Setiap karangan
harus disertai (a) abstrak, (b)
kata-kata kunci, (c) identitas pengarang, (d) pendahuluan yang berisi latar belakang dan tujuan atau
ruang lingkup tulisan dan (e) daftar
pustaka. Hasil penelitian disajikan
dengan sistematika sebagai berikut (a)
judul, (b)nama pengarang, (c) anstrak, (d) kata-kata kunci, (e)
pendahuluan berisi pembahasan
kepustakaan dan tujuan penelitian, (f)
metode, (g) pembahasan, (i) kesimpulan
dan saran, dan (h) daftar pustaka.
Dengan demikian Isi dan sistematika
KTI laporan hasil penelitian yang
diajukan untuk dimuat di jurnal,
sedikitnya terdiri dari :
Judul penelitian
Bab I Permasalahan
/ Pendahuluan
Latar belakang masalah / Perumusan masalah
Tujuan dan Manfaat
Bab II Landasan Teori
Bab III
Metode Penelitian
Bab IV
Hasil dan Analisis Hasil
Bab V
Kesimpulan dan Saran
Judul penelitian menyatakan secara jelas
namun sesingkat mungkin permasalahan
yang akan diteliti, upayakan variabel penelitian tercantum pada judul tersebut.
Upayakan pula agar dengan membaca judul
itu, pembaca akan tertarik untuk membaca lebih jauh isi usulan penelitian.
Bagian terpenting pada KTI hasil penelitian
adalah ungkapan permasalahan (khususnya rumusan masalahnya). Rumusan
masalah adalah pertanyaan-pertanyaan
yang jawabannya ingin dikaji melalui
penelitian. Latar Belakang Masalah merupakan penjelasan mengapa sesuatu itu dipermasalahkan. Alasan itu diperlukan untuk mengetahui sejauh
mana tingkat urgensi, tujuan dan manfaat dari penelitian yang diajukan. KTI
hasil penelitian harus pula menuliskan
tujuan dan manfaat yang diperoleh dari
hasil penelitian yang telah dilakukan.
Secara singkat hasil penelitian juga perlu
mencantumkan pembahasan teori dari hal yang dipermasalahkan dan hipotesis yang
dapat ditarik dari teori tersebut, serta akan diuji berdasar fakta empirik.
Uraian tentang metode penelitian, yang terdiri dari cara pengumpulan, hasil
yang diperoleh serta analisis data juga harus dituliskan dengan singkat.
Akhirnya perlu disajikan diskusi singkat, yang kemudian mengasilkan beberapa
kesimpulan serta (bila ada) pengajuan saran.
Hal yang tidak mudah dalam menulis KTI
hasil penelitian untuk jurnal adalah keterbatasan halaman. Umumnya jumlah halaman dari satu artikel yang
dimuat di jurnal antara 5 – 10 halaman (untuk ukuran kertas A4, font 12, spasi
dua). Karena itu kemampuan untuk memadatkan laporan, agar isinya tetap
terkomunikasikan dan terjaga, dengan tetap enak dibaca dan mampu menarik minat,
menjadi kemampuan yang memerlukan latihan.
9. Prasaran pada pertemuan ilmiah (angka
kredit 2.5)
Setiap kali diundang untuk memberikan
prasaran pada pertemuan ilmiah, maka KTI yang berupa makalah (yang berisi
prasaran tertulis) selalu dibuat sebagai penunjang sajian lisan.
Isi prasaran yang dapat disajikan pada
pertemuan ilmiah banyak macamnya. Namun karena kegiatan mengikuti kegiatan
ilmiah (sebagai pemrasaran) masih dalam ruang lingkup untuk peningkatan
pengembangan profesi guru, maka topik atau hal dipermasalahkan tentunya berada
pada kawasan pembelajaran / keguruan.
Dengan demikian, seharusnya hanya prasaran
ilmiah yang isinya berkaitan dengan
kegiatan peningkatan profesi guru dan tersaji dengan kerangka pemikiran ilmiah
(sebagai ciri KTI) sajalah yang dapat memenuhi syarat untuk diberi nilai.
Karena itu hal yang umumnya diharapkan
disajikan pada pertemuan ilmiah dapat berupa
laporan hasil penelitian ataupun berupa sajian pemikiran non-hasil
penelitian (seperti misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan
ilmiah). Apapun isi yang disajikan, sebagai tulisan ilmiah, makalah yang
disajikan pada pertemuan ilmiah seharusnya
harus tetap mencerminkan pola urutan kegiatan berpikir keilmuan yaitu
adanya sajian tentang (1) hal yang dipermasalahkan, (2) kerangka teori, atau
konsep-konsep teoritik –bukan pernyataan emosional si penulis, atau paparan
konsep non ilmiah, dari hal yang dipermasalahkan, (3) fakta-fakta yang terjadi
sehubungan dengan hal dipermasalahkan, dan (4) analisis, bahasan, kesimpulan
dan saran.
Masing-masing pantia pertemuan ilmiah
(panitia seminar, lokakarya, simpusium, dll) umumnya mepersyaratkan tatacara
penulisan makalahnya sendiri-sendiri. Ada perbedaan di antara panitia pengarah
yang satu dengan yang lainnya, misalnya, tentang ukuran dan macam huruf, jumlah
halaman maksimum yang diperbolehkan, kerangka dan tatacara penulisan, bahkan
juga cara pengirimannya naskah (ada yang harus mengirimkan dalam bentuk disket
berikut printoutnya) dll.
Apabila makalah prasaran tersebut merupakan
hasil penelitian, umumnya menggunakan sistematika sebagaimana KTI yang diajukan untuk dimuat di jurnal sebagai
berikut (1) Judul , (2)
Bab I Permasalahan /
Pendahuluan (terdiri dari uraian tentang
Latar belakang masalah / Perumusan masalah , Tujuan dan Manfaat, (3) Bab II Landasan Teori, (4) Bab III Metode Penelitian, (5) Bab IV Hasil dan Analisis Hasil, (6) Bab V Kesimpulan dan Saran serta dilengkapi dengan daftar pustaka.
10. Tulisan ilmiah populer yang tersaji di
media masa (angka kredit 2)
Berbeda dengan KTI yang disajikan melalui
jurnal ilmiah, KTI yang disajikan melalui koran, atau media massa yang lain
yang lebih populis, umum disebut sebagai Karya Tulis Ilmiah Populer. Kata populer
menjadi ciri khusus. Itu menandai
bahwa meskipun isi sajiannya adalah masalah ilmiah, tetapi dikemas, ditulis sedemikian rupa sehingga dapat dimengerti
dengan mudah oleh pembacanya yang sebagian besar terdiri dari masyarakat umum
(untuk membedakan dengan pembaca jurnal yang terdiri dari kelompok masyarakat
keilmuan tertentu).
KTI
populer, juga dapat dipilah menjadi dua kelompok. Pertama berupa laporan
hasil kajian penelitian, dan kedua berupa KTI non-hasil penelitian (seperti
misalnya paparan gagasan keilmuan, ulasan atau tinjauan ilmiah).
Apapun isi yang disajikan, sebagai tulisan
ilmiah harus tetap mencerminkan pola urutan kegiatan berpikir keilmuan yaitu
adanya sajian tentang (1) hal yang dipermasalahkan, (2) kerangka teori, atau
konsep-konsep teoritik –bukan pernyataan emosional si penulis, atau paparan
konsep non ilmiah, dari hal yang dipermasalahkan, (3) fakta-fakta yang terjadi
sehubungan dengan hal dipermasalahkan, dan (4) analisis, bahasan, kesimpulan
dan saran.
Perlu diingat, bahwa karena KTI ini
bertujuan untuk peningkatan pengembangan profesi guru, maka topik atau hal
dipermasalahkan tentunya berada pada kawasan pembelajaran / keguruan, Dengan
demikian, hanya KTI Populer yang berkaitan dengan kegiatan peningkatan profesi
guru dan tersaji dengan mencerminkan kerangka pemikiran ilmiah (sebagai ciri
KTI) sajalah yang dapat memenuhi syarat untuk diberi nilai.
Penulisan KTI populer tentu saja berbeda
dengan sajian untuk artikel jurnal. Bahasa yang dipakai tentunya lebih populis,
mudah dimengerti, menarik, jelas dan kompak. Tidak diperlukan dalam KTI populer
sajian seperti penulisan : abstrak,
kata-kata kunci, daftar pustaka, catatan kaki, penjelasan referensi, dan
lain-lain.
Penutup
• Salah
satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini,
cenderung banyak dilakukan oleh para guru adalah KTI hasil penelitian perorangan KTI hasil
penelitian cenderung sangat diminati dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan
profesi,
• Laporan hasil penelitian, dapat dipakai sebagai KTI
guru dalam pengembangan profesi dalam berbagai bentuk seperti dalam bentuk
makalah, artikel di jurnal imliah, tulisan ilmiah popular, atau makalah pada
pertemuan ilmiah.
• Yang
dapat dinilai adalah KTI yang
“APIK,” yaitu yang A sli, P erlu, permasalahan yang dikaji pada
penelitian itu memang mempunyai manfaat. Bukan hal yang mengada-ada, atau
memasalahkan sesuatu yang tidak perlu lagi dipermasalahkan, I lmiah, penelitian
harus berbentuk, berisi, dan dilakukan sesuai dengan kebenaran ilmiah. Dan K
onsisten, bila penulisnya seorang guru, maka penelitian haruslah berada pada
bidang kelimuan yang sesuai dengan kemampuan guru tersebut.
Tanya Jawab di sekitar
Karya Tulis Ilmiah
dalam kegiatan pengembangan profesi guru.
Bab I
Pengembangan Profesi dan KTI
1.1.
Bagaimana kaitan KTI dengan
pengembangan profesi guru?
Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara nomor 84/1993 penetapan Jabatan Fungsional Guru dan Angka
Kreditnya, serta Keputusan bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan Kepala
BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun 1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan
Fungsional Guru dan Angka Kreditnya, pada prinsipnya bertujuan untuk membina
karier kepangkatan dan profesionalisme guru
Pada aturan tersebut, di antaranya
dinyatakan bahwa untuk keperluan kenaikan pangkat/jabatan Guru Pembina
/Golongan IVa ke atas, diwajibkan adanya angka kredit yang harus diperoleh dari
Kegiatan Pengembangan Profesi.
Melalui sistem angka kredit itu,
diharapkan dapat diberikan penghargaan secara lebih adil dan lebih
professional terhadap pangkat guru, yang merupakan pengakuan profesi dan
kemudian akan meningkatkan pula tingkat kesejahteraannya.
Pengembangan profesi terdiri dari 5 (lima) macam kegiatan, yaitu: (1) menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI), (2)
menemukan Teknologi Tepat Guna, (3) membuat alat peraga/bimbingan,(4)
menciptakan karya seni dan (5) mengikuti kegiatan pengembangan kurikulum.
Sehingga membuat Karya Tulis Ilmiah (KTI)
merupakan salah satu macam kegiatan yang dapat dilakukan guru dalam
pengembangan profesinya.
1.2. Apakah KTI satu-satunya kegiatan pengembangan profesi guru?
Tidak. Berbeda dengan anggapan umum,
menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) BUKAN merupakan satu-satunya kegiatan pengembangan profesi guru.
Namun, dengan berbagai alasan, antara lain karena belum jelasnya petunjuk
operasional pelaksanaan dan penilaian dari kegiatan selain menyusun KTI, maka
pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi sebagian terbesar dilakukan melalui KTI.
1.3. Apa yang dimaksud dengan Karya Tulis
Ilmiah (KTI)?
KTI adalah
laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah
itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI) juga beragam bentuknya. Ada yang
berbentuk laporan penelitian, tulisan
ilmiah populer, buku, diktat dan
lain-lain.
KTI pada kegiatan pengembangan profesi
guru, terdiri dari 7 (tujuh) macam, dengan rincian sebagai berikut:
No Macam
KTI Macam publikasinya Angka kredit
1 KTI
hasil penelitian, pengkajian, survei dan atau evaluasi Berupa buku yang diedarkan secara nasional 12,5
Berupa
tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas 6,0
Berupa
buku yang tidak diedarkan secara nasional 6,0
Berupa
makalah 4,0
2 KTI
yang merupakan tinjuan atau gagasan sendiri dalam bidang pendidikan Berupa buku yang diedarkan secara
nasional 8,0
Berupa
tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah yang diakui oleh Depdiknas 4,0
Berupa
buku yang tidak diedarkan secara nasional 7,0
Berupa
makalah 3,5
3 KTI
yang berupa tulisan ilmiah popular yang
disebarkan melalui media masa Berupa
tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada
media masa 2,0
4 KTI
yang berupa tinjuan, gagasan, atau ulasan ilmiah yang disampaikan sebagai
prasaran dalam pertemuan ilmiah Berupa
makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah 2,5
5 KTI
yang berupa buku pelajaran Berupa
buku yang bertaraf nasional 5
Berupa
buku yang bertaraf propinsi 3
6 KTI
yang berupa diktat pelajaran Berupa
diktat yang digunakan di sekolahnya 1
7 KTI
yang berupa karya terjemahan Berupa
karya terjemahan buku pelajaran/ karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan 2.5
Meskipun berbeda macam dan besaran angka
kreditnya, semua KTI (sebagai tulisan yang bersifat ilmiah) mempunyai kesamaan, yaitu:
• hal
yang dipermasalahkan berada pada kawasan pengetahuan keilmuan
• kebenaran
isinya mengacu kepada kebenaran ilmiah
• kerangka
sajiannya mencerminan penerapan metode
ilmiah
• tampilan
fisiknya sesuai dengan tata cara
penulisan karya ilmiah
Salah satu bentuk KTI yang cenderung banyak dilakukan adalah KTI hasil penelitian perorangan (mandiri)
yang tidak dipublikasikan tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah
(angka kredit 4).
1.4. Bagaimana hubungan KTI dengan
Penelitian?
Penelitian merupakan kegiatan ilmiah.
Sehingga, laporan hasil penelitian juga merupakan Karya Tulis Ilmiah.
Bahkan,
KTI yang merupakan laporan hasil penelitian, merupakan bagian penting dari macam KTI yang
dapat dibuat oleh guru, widyaiswara maupun pengawas, sebagaimana tampak pada tabel
berikut.
guru widyaiswara pengawas
• KTI
hasil penelitian
• KTI
tinjauan/ulasan ilmiah
• Tulisan Ilmiah Populer
• Prasaran
disampaikan dalam pertemuan ilmiah
• Buku
• Diktat
• Karya
terjemahan • KTI hasil penelitian
• KTI
tinjauan/ulasan ilmiah
• Tulisan Ilmiah Populer
• Prasaran
disampaikan dalam pertemuan ilmiah
• Buku
• Karya
terjemahan
• Orasi
ilmiah sesuai dengan bidang yang diajarkan • KTI hasil penelitian
• KTI
tinjauan/ulasan ilmiah
• Tulisan Ilmiah Populer
• Prasaran
disampaikan dalam pertemuan ilmiah
1.5. Mengapa KTI Penelitian Diminati?
Salah satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini,
cenderung banyak dilakukan oleh para guru
adalah KTI hasil penelitian perorangan yang tidak dipublikasikan, tetapi
didokumentasikan di perpustakaan sekolah
dalam bentuk makalah. KTI jenis ini mempunyai nilai angka kredit 4 (empat).
KTI yang berupa laporan hasil penelitian
tersebut cenderung diminati di antaranya
karena:
1. Para
guru makin memahami bahwa salah satu tujuan kegiatan pengembangan profesi,
adalah dilakukannya kegiatan nyata di kelasnya yang ditujukan untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil pembelajarannya. Bagi sebagian besar guru, melakukan
kegiatan seperti itu, sudah terbiasa dilakukan
2. Kegiatan
tersebut, harus dilaksanakan dengan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah, karena
hanya dengan cara itulah, mereka akan mendapat jawaban yang benar secara
keilmuan terhadap apa yang ingin dikajinya.
3. Apabila
kegiatan tersebut dilakukan di kelasnya, maka kegiatan tersebut dapat
berupa penelitian tindakan yang semakin
layak untuk menjadi prioritas kegiatan. Kegiatan nyata dalam proses
pembelajaran, dapat berupa tindakan untuk
“menerapkan” hal-hal “baru” dalam praktik pembelajarannya. Berbagai
inovasi baru dalam pembelajaran, memerlukan verifikasi maupun penerapan dalam
proses pembelajaran.
1.6. Mengapa PTK Disarankan Sebagai
Pengembangan Profesi ?
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), disarankan
dilakukan guru dalam upaya menulis KTI
karena:
• KTI
tersebut merupakan laporan dari kegiatan
nyata yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajarannya – (ini tentunya berbeda dengan KTI yang berupa laporan
penelitian korelasi, penelitian diskriptif, ataupun ungkapan gagasan, yang umumnya tidak
memberikan dampak langsung pada proses pembelajaran di kelasnya), dan
• Dengan
melakukan kegiatan penelitian tersebut, maka para guru telah melakukan salah
satu tugasnya dalam kegiatan pengembangan profesionalnya.
Laporan PTK yang apabila dilakukan dengan
baik dan benar akan mendapat penghargaan berupa angka kredit. Selanjutnya angka
kredit tersebut dapat dipakai untuk melengkapi persyaratan kenaikan golongan
kepangkatannya.
1.7. Apa macam KTI Laporan Penelitian?
Laporan hasil penelitian tersebut dapat
disajikan dalam berbagai bentuk, antara lain:
No Macam
bentuk publikasi laporan hasil penelitian Angka
kredit
1 Berupa
buku yang diedarkan secara nasional.
Buku yang diterbitkan dan diedarkan secara nasional yang ditulis
berdasar hasil penelitian yang dilakukan
oleh guru, masih sangat terbatas jumlahnya. Sangat jarang guru mengirimkan KTI
dalam bentuk ini. 12,5
2 Berupa
tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada majalah ilmiah (jurnal) yang diakui oleh Depdiknas. Masing-masing jurnal ilmiah umumnya mempunyai
persyaratan dan tata cara penulisan artikel
hasil penelitian yang spesifik dan berlaku untuk jurnal yang
bersangkutan. KTI yang diajukan guru dalam bentuk publikasi ini, akhir-akhir
ini semakin meningkat jumlahnya. 6,0
3 Berupa
buku yang tidak diedarkan secara nasional.
Buku yang ditulis berdasar hasil penelitian yang dilakukan oleh guru,
yang tidak diederkan secara nasional juga masih sangat terbatas jumlahnya. 6,0
4 Berupa
makalah yang disimpan di perpustakaan.
Inilah bentuk laporan hasil
penelitian yang paling banyak diajukan
sebagai Karya Tulis Ilmiah oleh para guru. 4,0
5 Berupa
tulisan (artikel ilmiah) yang dimuat pada
media masa. Meskipun cukup banyak tulisan ilmiah popular diajukan
sebagai KTI, namun yang merupakan laporan hasil penelitian, sangat terbatas
jumlahnya. 2,0
6 Berupa
makalah dari prasaran yang disampaikan pada pertemuan ilmiah. Meskipun cukup
banyak makalah berupa prasasran diajukan
sebagai KTI, namun yang merupakan makalah prasaran berdasarkan laporan hasil penelitian, sangat terbatas
jumlahnya. 2,5
Dari 6 (enam) macam KTI hasil
penelitian di atas, KTI yang paling banyak dibuat oleh guru
adalah yang berupa makalah yang disimpan
di perpustakaan (dengan angka kredit 4).
1.8. Adakah permasalahan dalam pengumpulan angka kredit?
Paling tidak terdapat dua fakta dalam pengumpulan angka kredit, yaitu :
(a) Pengumpulan
angka kredit untuk kenaikan dari golongan IIIa sampai dengan golongan
IVa, relatif lancar. Pada jenjang tersebut, angka kredit yang
wajib dikumpulkan hanya dari tiga macam bidang kegiatan guru, yakni
(1) pendidikan, (2) proses pembelajaran, dan (3) penunjang proses
pembelajaran.
Angka kredit dari bidang pengembangan
profesi, belum merupakan persyaratan wajib.
Akibat “longgarnya” proses kenaikan pangkat
itu, tujuan pemberian penghargaan secara
lebih adil dan lebih profesional terhadap peningkatan karir kurang dapat dicapai secara optimal.
Longgarnya seleksi peningkatan karir, juga
menyulitkan untuk membedakan antara mereka yang berpretasi dan kurang atau
tidak berprestasi.
Lama kerja lebih memberikan urunan yang
siginifikan pada kenaikan pangkat. Kebijakan itu seolah-olah berupa kenaikan
pangkat yang mengacu pada lamanya waktu
kerja, dan kurang mampu memberikan evaluasi pada kinerja profesional.
(b) Permasalahan
kedua, berbeda dan bahkan bertolak belakang dengan keadaan di atas. Proses kenaikan dari golongan IVa ke atas relatif berjalan “lambat”
Pada kenaikan pangkat golongan IVa ke atas
tersebut, diwajibkan adanya pengumpulan
angka kredit dari unsur Kegiatan
Pengembangan Profesi.
Angka kredit kegiatan pengembangan profesi –berdasar
aturan yang berlaku saat ini— dapat
diperoleh melalui kegiatan :
1. menyusun
Karya Tulis Ilmiah (KTI),
2. menemukan
Teknologi Tepat Guna,
3. membuat
alat peraga/bimbingan,
4. menciptakan
karya seni dan
5. mengikuti
kegiatan pengembangan kurikulum.
Sementara itu, tidak sedikit guru dan
pengawas yang “merasa” kurang mampu melaksanakan kegiatan pengembangan
profesinya (= yang dalam hal ini membuat KTI) sehingga menjadikan mereka
enggan, tidak mau, dan bahkan apatis terhadap pengusulan kenaikan
golongannya. Terlebih lagi dengan adanya
pendapat bahwa kenaikan pangkat/golongannya belum memberikan peningkatkan
kesejahteraan yang signifikannya,
Akibat dari hal di atas menjadikan permasalahan
(a) Banyak
guru yang telah lama berada di golongan IVa, dan mereka sangat ingin segera naik pangkat. Baik mereka yang
memenuhi persyaratan, ataupun tidak.
Baik yang berprestasi, maupun tidak.
(b) Dirasakan
kewajiban pengumpulan angka kredit dari Kegiatan Pengembangan Profesi memberatkan dan membuat proses kenaikkan
pangkat TIDAK LAGI selancar proses kenaikkan pangkat sebelumnya.
(c) proses
kenaikan pangkat sebelumnya – dari golongan IIIa ke IVa yang “relatif lancar”,
menjadikan “kesulitan” memperoleh angka kredit dari kegiatan pengembangan
profesi, sebagai “hambatan yang
merisaukan
(d) Masih
sangat banyak guru yang membutuhkan
peningkatan kemampuan dan kemauannya
agar dapat melakukan kegiatan Pengembangan Profesi dengan baik dan
benar.
(e) Adanya
berbagai isu negatif berkaitan dengan kenaikka ke pangkat IVb ke atas, seperti
misalnya : ada kuota penjatahan, perlu
melalui jalan samping, dan lain-lain.
(f) Banyak
guru yang telah mencoba mengumpulkan angka kredit pengembangan profesi, dan
yang terbanyak melalui KTI, tetapi KTI nya tidak memenuhi syarat dan TIDAK
dapat diberi nilai.
Bab II
Menilai KTI
2.1. Mengapa banyak KTI belum memenuhi
syarat?
Berdasar pengalaman dalam proses penilaian,
terdapat hal-hal sebagai berikut...
(a) Tidak
sedikit dari KTI yang diajukan, merupakan JIPLAKAN, KTI orang lain yang dinyatakan sebagai
karyanya, atau bahkan KTI yang DIBUATKAN oleh orang lain
KTI jenis ini umumnya diambil (dijiplak)
dari skripsi, tesis atau laporan penelitian orang lain. Indikasi tentang hal
tersebut seringkali dapat dengan mudah terdeteksi, misalnya dari data yang
tidak konsisten, tulisan yang tidak sama, dan lain-lain. Namun sering juga
sangat sulit diketahui, meskipun ada “rasa” yang menyatakan bahwa KTI tersebut
bukan karya sendiri (misalnya: KTI itu sangat berbeda kualitasnya dengan KTI
yang lain dari guru yang sama, atau sangat akademik, dan lain-lain)
KTI jenis ini juga ditandai dari sangat
miripnya satu KTI dengan KTI yang lain, baik yang diajukan oleh guru yang
bersangkutan, atau oleh guru-guru lain di daerah sekitarnya. Umumnya KTI ini
mempunyai kesamaan pada kata pengantar,
daftar isi, abstrak, teori, daftar pustaka yang
sama baik font, ukuran huruf, kata-demi-kata, kalimat dan
lain-lain. Dari pengalaman telah dapat
terdeteksi daerah-daerah tertentu yang menggunakan biro jasa pembuatan KTI
(b) Banyak
pula KTI yang berisi uraian hal-hal yang terlalu umum. KTI yang tidak berkaitan
dengan permasalahan atau kegiatan nyata yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.
Mengapa demikian? Karena KTI semacam itulah
yang paling mudah ditiru, dipakai kembali oleh orang lain dengan cara mengganti
nama penulisnya.
Contoh KTI yang berjudul Membangun karakter
bangsa melalui kegiatan ekstra kurikuler. KTI ini sama sekali tidak memaparkan hal spesifik
yang berkaitan dengan permasalahan yang ada di sekolah atau kelasnya. Sehingga meskipun
KTI berada dalam bidang pendidikan, dan tidak ada yang salah dari apa yang
dituliskan, tetapi bagaimana dapat diketahui bahwa KTI tersebut adalah karya
guru yang bersangkutan.
KTI yang berjudul Peranan perpustakaan
dalam meningkatkan prestasi belajar siswa, juga sangat sering dibuat oleh guru.
KTI di atas tidak menjelaskan permasalahan
spesifik yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab guru. Jadi, meskipun
KTI berada dalam bidang pendidikan tetapi (a) apa manfaat KTI tersebut dalam
upaya peningkatan profesi guru?, (b) bagaimana dapat diketahui bahwa KTI
tersebut adalah karya guru yang
bersangkutan?
2.2. Bagaimana kriteria KTI yang dapat dinilai?
KTI dapat dinilai apabila telah memenuhi
kriteria dan persyaratan yang ditetapkan. Di samping memakai berbagai kriteria
penulisan karya tulis ilmiah yang umum dipergunakan, terdapat beberapa kriteria
dan persyaratan yang khusus yang digunakan untuk menilai KTI dalam pengembangan
profesi guru (untuk itu lihat peraturan dan pedoman yang telah dikeluarkan oleh
Diknas, yang berkaitan dengan hal ini)
KTI dalam kegiatan pengembangan profesi
juga harus memenuhi kriteria “APIK,”
yang artinya adalah
A sli, penelitian harus merupakan
karya asli penyusunnya, bukan merupakan plagiat,
jiplakan, atau disusun dengan niat dan prosedur yang tidak jujur. Syarat utama karya ilmiah adalah kejujuran.
KTI yang tidak “asli “ dapat terlihat
antara lain melalui,
terdapat bagian-bagian tulisan, atau petunjuk
lain yang menunjukkan
bahwa KTI itu dirubah di sana-sini dan
digunakan sebagai KTI nya (seperti misalnya:
bentuk ketikan yang tidak sama, tempelan nama, terdapat petunjuk adanya lokasi dan subyek yang tidak
konsisten, terdapat tanggal pembuatan
yang tidak sesuai, terdapat berbagai data yang tidak konsisten, tidak akurat
waktu pelaksanaan pembuatan KTI
yang kurang masuk akal (misalnya pembuatan KTI yang terlalu banyak dalam kurun
waktu tertentu)
adanya kesamaan yang sangat mencolok pada isi,
format, gaya penulisan dengan KTI yang lain, baik yang dibuat oleh guru yang bersangkutan
atau dengan KTI lain dari daerah tertentu (umumnya dengan sampul yang sama,
kata pengantar yang sama, teori yang sama, daftar
pustaka yang sama, yang berbeda hanya pada subyek mata pelajaran, dan data yang
tampak sekedarnya)
adanya keTIDAKsamaan yang sangat mencolok pada isi,
format, gaya penulisan di anatara KTI
yang dibuat oleh seorang guru (misalnya yang satu sangat sederhana, yang satu sangat tebal, sangat akademik setara tesis
atau bahkan desertasi)
tidak melampirkan dokumen kegiatan guna
menunjukkan bahwa KTI tersebut benar-benar dilakukan sendiri, misalnya pada
laporan hasil penelitian tidak melampirkan (a) semua
instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b)
contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru
maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto
kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.
P erlu, permasalahan yang dikaji
pada kegiatan pengembangan profesi tentunya harus memang diperlukan, mempunyai
manfaat. Bukan hal yang mengada-ada, atau memasalahkan sesuatu yang tidak perlu
untuk dipermasalahkan. Contoh dari KTI yang tidak perlu
antara lain…
masalah yang dikaji terlalu luas,
tidak langsung berhubungan dengan permasalahan yang berkaitan dengan upaya
pengembangan profesi guru di kelasnya (misalnya KTI yang berjudul (a) Kemampuan
professional guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran,
(b) Peranan guru dalam melestarikan Pancasila, dan (c) Teknologi Informasi
dalam dunia pendidikan).
masalah yang ditulis tidak menunjukan adanya kegiatan nyata penulis
dalam peningkatan / pengembangan
profesinya sebagai guru, permasalahan yang ditulis, sangat
mirip dengan KTI yang telah ada sebelumnya, telah jelas jawabannya,
kurang jelas manfaatnya dan merupakan hal mengulang-ulang (misalnya KTI yang
berjudul: (a) Hubungan status orangtua siswa dengan prestasi belajar, (b)
Korelasi nilai IPA dengan nilai Pendidikan Pancasila, dan (c) Hubungan antara
Motivasi Berprestasi dengan nilai Bahasa Indonesia.)
Isi tulisan tidak termasuk
pada macam KTI yang memenuhi syarat untuk dapat dinilai,
misalnya pada KTI yang berjudul (a) rela berkorban
untuk tanah air, (b) sejarah kerajaan Sunda Melinda, (c) Agar PEMILU berjalan
Jurdil,
I lmiah, penelitian harus berbentuk,
berisi, dan dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah kebenaran ilmiah. Penelitian
harus benar, baik teorinya, faktanya maupun analisis
yang digunakannya. KTI yang tidak ilmiah antara lain ditandai dengan
masalah yang dituliskan berada di
luar permasalahan keilmuan khususnya permasalahan pembelajaran spesifik yang
berkaitan dengan sekolah atau kelasnya
latar belakang masalah tidak jelas sehingga tidak dapat menunjukkan pentingnya
hal yang dibahas dan hubungan masalah
tersebut dengan upayanya untuk mengembangkan profesinya sebagai guru (misalnya
tidak ada fakta spesifik yang berkaitan dengan masalah di sekolah atau
kelasnya)
rumusan masalah tidak jelas
sehingga kurang dapat diketahui apa sebenarnya yang akan diungkapkan pada
KTInya
kebenarannya tidak terdukung oleh
kebenaran teori, kebenaran fakta dan
kebenaran analisisnya
landasan teori perlu perluas dan
disesuaikan dengan permasalahan yang dibahas
bila KTInya merupakan laporan hasil
penelitian, tampak dari metode
penelitian, sampling, data, analisis hasil yang tidak / kurang benar.
Bila KTInya berupa laporan PTK
tidak jelas apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan
yang dilakukan, juga tidak jelas
bagaimana peran hasil evaluasi dan refleksi pada penentuan siklus-siklus
berikutnya.
kesimpulan tidak/belum menjawab
permasalahan yang diajukan
K onsisten, penelitian harus
disusun sesuai dengan kemampuan penyusunnya. Bila
penulisnya seorang guru, maka penelitian haruslah berada pada bidang kelimuan
yang sesuai dengan kemampuan guru tersebut. Penelitian di bidang pembelajaran yang semestinya dilakukan
guru adalah yang bertujuan dengan upaya peningkatan mutu hasil pembelajaran
dari siswanya, di kelas atau di
sekolahnya.
masalah yang dikaji tidak sesuai dengan tugas si penulis sebagai
guru
masalah yang dikaji tidak sesuai latar belakang keahlian
atau tugas pokok penulisnya
masalah yang dikaji tidak berkaitan dengan upaya penulis untuk mengembangkan profesinya
sebagai guru (misalnya masalah tersebut tidak mengkaji
permasalahan di bidang pendidikan
yang bertujuan untuk meningkatkan mutu siswa di kelasnya yang sesuai dengan
bidang tugasnya).
2.3. Bagaimana contoh alasan dan saran
dalam menilai KTI?
Berikut disajikan contoh alasan dan saran
dalam menilai KTI yang belum memenuhi
syarat dan karena itu tidak dapat diberi nilai.
No Kriteria
Penolakan Hal terdapat pada KTI
... Alasan penolakan dan
saran
1 KTI
tidak ASLi (a) Pada KTI terdapat indikasi yang menunjukan bahwa KTI
tersebut tidak asli, seperti data yang tidak konsisten, lokasi, nama sekolah,
dan data yang dipalsukan, lampiran yang tidak sesuai, dan lain-lain
(b) Dalam
satu tahun, seorang guru mengajukan lebih dari dua buah KTI hasil penelitian.
Adalah kurang wajar bila seorang guru mampu membuat KTI hasil penelitian dalam
jumlah yang terlalu banyak dalam satu tahun (Apabila setiap semester dilakukan
satu penelitian, maka dalam setahun,
dihasilkan maksimal dua KTI hasil penelitian)
(c) Beberapa
KTI dari guru yang sama, sangat berbeda kualitasnya. Misalnya satu KTI
berkualitas setara tesis, sedang KTI lain yang,
mempunyai kualitas yang sangat
jauh berbeda. Tidak wajar apabila kualitas KTI dari guru yang sama, mempunyai
mutu yang sangat jauh berbeda.
(d) KTI
yang dinyatakan dibuat dalam waktu yang berbeda (misalnya tahun-tahun yang
berbeda) mempunyai kesamaan mencolok satu dengan yang lain. Kesamaan itu misalnya tampak pada kata
pengantar, tanggal pengesahan, tanggal pembuatan, foto pelaksanaan yang sama,
dan data lain yang menunjukkan ketidak wajaran.
Terdapat
indikasi yang menunjukan KTI ini diragukan keasliannya, yaitu
(a) adanya
berbagai data yang tidak konsisten
(b) dalam
waktu relatif singkat membuat begitu banyak karya ilmiah
(c) adanya perbedaan mutu KTI yang mencolok dari karya
seorang guru
(d) adanya
kesamaan yang mencolok dari KTI yang dibuat pada waktu yang berbeda.
Disarankan untuk membuat KTI baru, karya
sendiri, dalam bidang pendidikan yang
berfokus pada “laporan” kegiatan nyata
yang bertsangkutan. Misalnya
berupa laporan penelitian tindakan kelas, atau diktat, buku, karya
terjemahan, dan lain-lain.
2
KTI tidak ASLi KTI yang diajukan sangat mirip skipsi, tesis atau desertasi
orang lain.
Hal ini tampak dari sajian isi, format
kelengkapan kepustakaan, kedalaman teori dan terutama permasalahan penelitian
sangat mirip dengan skripsi, tesis atau desertasi.
Contoh judul:
Pengaruh model pembelajaran melalui seting
belajar kooperatif terhadap pemahaman konseptual dan algoritmik matematika
realistik pada mahasiswa prodi sosial.
(jumlah halaman 182, dengan 43 kepustakaan)
Terdapat
indikasi KTI ini tidak asli. KTI yang diajukan sangat mirip skripsi, tesis atau
desertasi atau KTI orang lain.
Disarankan untuk membuat KTI baru dalam
bidang pendidikan yang berfokus pada
“laporan” kegiatan nyata yang bertsangkutan.
Misalnya berupa laporan penelitian
tindakan kelas, atau diktat, buku, karya terjemahan, dan lain-lain.
3 KTI
tidak ASLi Beberapa KTI (yang umumnya
berasal dari daerah yang sama) sangat mirip. Kemiripan yang mencolok tersebut tampak pada pengantar, abstrak,
teori, daftar pustaka, yang tertulis
sama baik bentuk dan ukuran huruf, kata-demi-kata, kalimat dan lain-lain.
Fakta di lapangan menunjuk-kan adanya biro
jasa yang bersedia “membuatkan” KTI bagi para guru. Terdapat indikasi KTI ini tidak asli. KTI yang diajukan
sangat mirip dengan KTI lain dari daerah yang sama. Kemiripan yang
mencolok tersebut tampak pada kata
pengantar, daftar isi, abstrak, teori, daftar pustaka, dan berbagai data yang
lain.
Disarankan untuk membuat KTI baru, karya
sendiri, dalam bidang pendidikan yang berfokus pada “laporan” kegiatan
nyata yang bertsangkutan. Misalnya berupa laporan penelitian tindakan kelas,
atau diktat, buku, karya terjemahan, dan lain-lain.
Bila KTI tersebut berupa laporan penelitian
maka sistematika paling tidak memuat :
(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan
tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah
melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil
Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka
yang berisi uraian tentang kajian
teori dan pustaka; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang
prosedur penelitian; (Bab IV) Hasil
penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.
Laporan penelitian harus pula melampirkan (a) semua instrumen yang
digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil
kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c)
dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar
hadir, dan lain-lain.
4 KTI
tidak PERLU Isi KTI berupa diskripsi atau
paparan tentang hal yang terlalu luas/
terlalu umum
Tidak ada keterkaitannya dengan
permasalahan yang ada di sekolah/ kelasnya. Tidak ada hal yang berkaitan dengan
kegiatan ybs sebagai guru di kelasnya.
Umumnya
berupa kumpulan berbagai pendapat
orang lain.
Contoh judul:
Membangun karakter bangsa melalui
kegiatan ekstra kurikuler
Dalam rangka HUT PGRI guru
bertanggungjawab untuk meningkatkan mutu pendidikan Indonesia
Motivasi guru dalam kegiatan
olahraga
Peranan perpustakaan dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa
Hubungan antara kondisi sosial
ekonomi orangtua siswa dengan prestasi belajarnya. KTI belum memenuhi persyaratan, hal yang dipermasalahkan terlalu umum, telah jelas jawabannya dan
tidak terkait dengan kegiatan nyata yang bersangkutan dalam kegiatan
pengembangan profesinya sebagai guru.
Disarankan membuat KTI baru yang berupa
“laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan, misalnya laporan penelitian
tindakan kelas.
Bila KTI dimaksudkan sebagai tinjauan
ilmiah tetap harus memasalahkan hal-hal
yang berkaitan dengan tugas-tugas mengajarnya dengan menyertakan fakta-fakta masalah yang terjadi di kelasnya.
Kemudian diuraikan bagaimana upaya yang bersangkutan mengurangi atau memecahkan masalah
berkaitan dengan teori yang ada. Sistematika karya tulis ilmiah yang
berupa tinjauan ilmiah paling tidak memuat :
1. Pendahuluan
yang terdiri dari (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan
dan manfaat penulisan
2. Kajian
teori yang berkaitan dengan permasalahan yang dikaji dan sajian fakta-fakta
yang terkait dengan pelaksanaan tugas yang bersangkutan di kelas/ sekolahnya
3. Tinjauan
atau ulasan tentang bagaimana memecahkan masalah atau mengurangi masalah yang
berupa gagasan yang bersangkutan berdasar teori dan fakta yang ada.
4. Kesimpulan
dan saran
5 KTI
tidak PERLU Isi KTI berupa laporan
penelitian di luar bidang pendidikan / pembelajaran.
Lebih merupakan penelitian bidang studi.
Contoh judul:
Pengaruh jumlah faktor air semen
pada kekuatan tekan beton.
Analisis kesalahan siswa dalam
mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif
Suatu tinjauan tentang
pelaksanaan pembelajaran sejarah KTI
belum memenuhi persyaratan, hal yang dipermasalahkan berupa pembahasan isi/materi pelajaran dan
tidak terkait dengan kegiatan nyata yang bersangkutan dalam kegiatan
pengembangan profesinya sebagai guru dalam praktik pembelajaran.
Disarankan membuat KTI baru yang berupa
“laporan” kegiatan nyata yang bersangkutan, misalnya laporan penelitian
tindakan kelas.
Bila KTI dimaksudkan sebagai tinjauan
ilmiah tetap harus memasalahkan hal-hal
yang berkaitan dengan tugas-tugas mengajarnya dengan menyertakan fakta-fakta masalah yang terjadi di kelasnya.
Kemudian diuraikan bagaimana upaya yang bersangkutan mengurangi atau
memecahkan masalah berkaitan dengan teori yang ada.
6 KTI
tidak Ilmiah Isi KTI
menunjukan hal-hal berikut:
masalah yang dituliskan berada di
luar permasalahan keilmuan khususnya permasalahan pembelajaran spesifik yang
berkaitan dengan sekolah atau kelasnya
latar belakang masalah tidak jelas
sehingga tidak dapat menunjukkan pentingnya hal
yang dibahas dan hubungan masalah
tersebut dengan upayanya untuk mengembangkan profesinya sebagai guru (misalnya
tidak ada fakta spesifik yang berkaitan dengan masalah di sekolah atau
kelasnya)
rumusan masalah tidak jelas sehingga kurang dapat diketahui apa sebenarnya yang akan
diungkapkan pada KTInya
kebenarannya tidak terdukung oleh
kebenaran teori, kebenaran fakta dan
kebenaran analisisnya
bila KTInya merupakan laporan hasil
penelitian, tampak dari metode penelitian, sampling, data, analisis hasil yang tidak / kurang benar.
Bila KTInya berupa laporan PTK
tidak jelas apa, bagaimana dan mengapa kegiatan tindakan yang dilakukan, juga tidak jelas bagaimana peran hasil
evaluasi dan refleksi pada penentuan siklus-siklus
berikutnya.
kesimpulan tidak/belum menjawab
permasalahan yang diajukan
KTI
belum memenuhi persyaratan sebagai karya tulis ilmiah. Hal itu terlihat dari :
(a) masalah yang dituliskan berada di luar permasalahan keilmuan, (b) latar
belakang tidak jelas dan rumusan masalah tidak jelas, (c) kerangka teori tidak
sesuai, (d) metode penelitian tidak benar.
Untuk itu buat KTI baru, atau perbaiki KTi
ini dengan mengacu pada hal-hal berikut:
Bila KTI tersebut berupa laporan penelitian
maka sistematika paling tidak memuat :
(Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan
tentang Latar Belakang Masalah, Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah
melalui rencana tindakan yang akan dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil
Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan Pustaka
yang berisi uraian tentang kajian
teori dan pustaka; (Bab III) Metode Penelitian yang menjelaskan tentang
prosedur penelitian; (Bab IV) Hasil
penelitian; dan (Bab V) Simpulan dan Saran-Saran.
Laporan penelitian harus pula melampirkan (a) semua instrumen yang
digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil
kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c)
dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar
hadir, dan lain-lain.
Bila dimaksudkan sebagai tinjauan ilmiah paling tidak memuat : (a)
Pendahuluan yang terdiri dari latar
belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan dan manfaat penulisan, (b) Kajian teori yang berkaitan dengan
permasalahan yang dikaji dan sajian fakta-fakta yang terkait dengan pelaksanaan
tugas yang bersangkutan di kelas/ sekolahnya, (c) Tinjauan atau ulasan tentang
bagaimana memecahkan masalah atau mengurangi masalah yang berupa gagasan yang
bersangkutan berdasar teori dan fakta yang ada, dan (d) Kesimpulan dan saran
7 KTI
tidak Kon-sisten Isi KTI tidak berkaitan dengan tugas guru dalam tugas
pembelajarannya.
masalah yang dikaji tidak sesuai dengan tugas si penulis sebagai
guru
masalah yang dikaji tidak sesuai latar belakang keahlian
atau tugas pokok penulisnya
masalah yang dikaji tidak berkaitan
dengan upaya penulis untuk mengembangkan profesinya
sebagai guru
Contoh judul:
Pengaruh komunikasi kepala
sekolah terhadap peningkatan semangat kerja guru
KTI
belum memenuhi persyaratan karena hal yang dipermasalahkan tidak sesuai dengan
tidak sesuai dengan tugas si penulis sebagai guru, atau tidak sesuai latar
belakang keahlian atau tugas pokoknya.
Disarankan untuk membuat KTI baru, karya
sendiri, dalam bidang pendidikan yang
berfokus pada “laporan” kegiatan nyata
yang bertsangkutan. Misalnya
berupa laporan penelitian tindakan kelas, atau diktat, buku, karya
terjemahan, dan lain-lain.
Berikut disajikan contoh alasan dan saran
dalam menilai KTI yang BILA DIPERBAIKI akan mendapat nilai
No Kriteria
Penolakan Hal terdapat pada KTI ... Alasan penolakan dan saran
1 KTI
belum melampirkan kelengkapan data Secara
keseluruhan KTI tersebut telah cukup baik, tetapi tidak melampirkan kelengkapan
(umumnya pada laporan hasil penelitian), sehingga timbul keraguan, apakah KTI
tersebut memang karya sendiri atau bukan. KTI
ini cukup baik. Namun, segera lampirkan (a) semua instrumen yang digunakan
dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b) contoh-contoh hasil kerja
dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru maupun siswa, (c) dokumen
pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto kegiatan, daftar hadir, dan
lain-lain.
2 KTI
yang perlu tambahan pengesahan Secara
keseluruhan KTI tersebut telah cukup baik, namun belum ada persetujuan dari
kepala sekolah atau yang lain KTI ini
cukup baik. Namun, segera dilengkapi dengan persetujuan. Pengesahan sesuai
dengan pedoman. Terutama pengesahan dari kepala sekolah.
3 KTI
yang perlu tambahan-tambahan lain KTI
yang dinyatakan sebagai prasaran tetapi tidak dilengkapi dengan bukti-bukti
seperti (a) pernyataan dari penyelenggara seminar, (b) pigama –bila ada, (c)
daftar hadir dan lain-lain. KTI
ini cukup baik. Namun, sebagai prasaran dalam kegiatan ilmiah hendaknya segera
dilengkapi dengan bukti-bukti seperti (a) pernyataan dari penyelenggara
seminar, (b) pigama –bila ada, (c) daftar hadir dan lain-lain.
4 Lainnya....
2.4. Adakah contoh judul KTI yang dapat dinilai?
Berikut disajikan contoh Judul KTI yang
memenuhi kegiatan pengembangan profesi
dan memenuhi syarat dan dapat diberi nilai.
No Judul Intisari isi Dapat dinilai sebagai
1 Pengaruh
penggunaan alat peraga gambar terhadap nilai sejarah pada siswa kelas III, sem
1. SMP X. Mengkaji perbedaan
prestasi siswa dengan penggunaan dua model pembelajaran sejarah (alat peraga
gambar dan bagan vs media tertulis)
untuk topik tertentu pada pelajaran sejarah.
Penelitian eksperimen di kelas, yang
melibatkan 4 kelas, dengan jumlah siswa 132 dibagi secara random dalam dua
kelompok. Dilakukan selama 5 kali pertemuan.
KTI ini melampirkan secara lengkap semua
instrumen, contoh isian responden, foto-foto kegiatan, dan dokumen penelitian
yang lain. Makalah hasil
penelitian dengan nilai 4
2 Peningkatan
hasil belajar matematika melalui model belajar kelompok kooperatif , di kelas
VI, SD. Penelitian tindakan
kelas dengan bentuk tindakannya berupa
penerapan pembelajaran matematika melalui model belajar kelompok kooperarif.
Bentuk tindakannya dirinci dengan sangat
jelas, demikian pula cara dan hasil pengumpulan data yang digunakan untuk
evaluasi dan refleksi.
PTK dilakukan dalam 2 siklus selama 4
bulan. Dilampirkan secara lengkap semua instrumen, contoh isian responden,
foto-foto kegiatan, dan dokumen penelitian yang lain. Makalah hasil penelitian
dengan nilai 4
3 Kesesuaian
antara minat dengan pilihan program keterampilan Penelitian desriptif di sekolahnya tentang bagaimana
hubungan antara minat siswa dengan berbagai program keterampilan yang
ditawarkan.
Data-data faktual dari permasalahan yang
ada disajikan secara lengkap.
KTI ini ditulis oleh guru Bimbingan dan
Konseling dan melampirkan secara lengkap semua instrumen, contoh isian
responden, foto-foto kegiatan, dan dokumen penelitian yang lain.
Makalah
hasil penelitian dengan nilai 4
4 Peningkatan
hasil belajar Biologi dengan menggunakan Media Kartu Bergambar pada topik X, di
kelas Y, dstnya..
Penelitian
tindakan kelas, dengan jabaran macam tindakan yang sangat rinci dengan dukungan
teori. Terdiri dari 2 siklus melibatkan seluruh kelas untuk satu catur wulan.
Tulisan ini dimuat di Jurnal Pendidikan
satu Perguruan Tertentu yang berkualitas dan terakreditasi. Makalah hasil penelitian yang dimuat
di jurnal dengan nilai 6
5 Pengaruh
review terhadap daya serap siswa pada pelajaran Kimia di SMU X, kelas…
Tinjauan
ilmiah tentang pratik pembelajaran dengan menggunakan review di setiap akhir
bahasan yang selama ini telah dilakukan di kelasnya.
Data tentang hal dipermasalkan dilampirkan
dengan jelas dan lengkap.
Gagasan pemecahan masalah yang diajukan
penulis tersaji dengan jelas. Makalah
hasil tinjuan dengan nilai 3,5
6 Perbandingan
teknik meniru model dengan teknik organisasi dalam pembelajaran menulis
karangan di SMP …. Prasaran
pada kegiatan ilmiah di tingkat kabupaten yang menjelaskan pengalamannya dalam
pembelajaran dengan disertai data dan persamasalah nyata yang terjadi di
kelasnya.
Bukti bahwa makalah tersebut telah
diseminarkan pada forum tertentu dilampiran dengan disertai bukti-bukti yang
valid. Prasaran di pertemuan ilmiah nilai 2,0
2.5. Apa benar, banyak KTI ditolak karena tidak asli?
Tujuan kegiatan pengembangan profesi tentu
TIDAK untuk menjadikan guru yang TIDAK
JUJUR.
Karena itu, semua KTI yang menunjukkan
hasil kerja yang tidak jujur seharusnya
ditolak dan tidak diberi nilai, dan bahkan bila perlu yang bersangkutan dikenai
sangsi.
Tujuan kegiatan pengembangan juga
dimaksudkan agar guru MELAKUKAN SECARA NYATA sesuatu kegiatan (seberapa
sederhana atau kecilnya kegiatan) di kelasnya yang ditujukan untuk meningkatkan
mutu proses dan hasil belajar.
Sehingga KTI yang diajukan harus mampu
menunjukkan adanya karya nyata tersebut. KTI yang jelas-jelas tidak menunjukkan
kegiatan semacam itu tidak dapat diberi nilai.
Dalam praktik sering dijumpai KTI yang merupakan JIPLAKAN, KTI orang lain yang dinyatakan sebagai
karyanya, atau bahkan KTI yang DIBUATKAN oleh orang lain (institusi; biro
jasa).
KTI yang tidak asli, seringkali mudah
terdeteksi, misalnya dari data yang tidak konsisten, tulisan yang tidak sama,
dan lain-lain. Beberapa kasus KTI tidak asli yang pernah terjadi adalah sebagai
berikut.
No Hal yang pernah terjadi...
1 Pada
KTI terdapat indikasi yang menunjukan bahwa KTI tersebut tidak asli, seperti
data yang tidak konsisten, lokasi, nama sekolah, dan data yang dipalsukan,
lampiran yang tidak sesuai, dan lain-lain
2 Beberapa
KTI dari guru yang sama, sangat berbeda kualitasnya. Misalnya satu KTI
berkualitas setara tesis, sedang KTI lain yang,
mempunyai kualitas yang sangat
jauh berbeda.
Tidak wajar apabila kualitas KTI dari guru
yang sama, mempunyai mutu yang sangat jauh berbeda.
3 Dalam
satu tahun, seorang guru mengajukan lebih dari dua buah KTI hasil penelitian.
Kurang wajar bila seorang guru mampu
membuat KTI hasil penelitian dalam jumlah yang terlalu banyak dalam satu tahun
(Apabila setiap semester dilakukan satu penelitian, maka dalam setahun, dihasilkan maksimal dua KTI hasil penelitian)
4 KTI
yang dinyatakan dibuat dalam waktu yang berbeda (misalnya tahun-tahun yang
berbeda) mempunyai kesamaan mencolok satu dengan yang lain.
Kesamaan itu misalnya tampak pada kata
pengantar, tanggal pengesahan, tanggal pembuatan, foto pelaksanaan yang sama,
dan data lain yang menunjukkan ketidak wajaran.
5 KTI
yang diajukan sangat mirip skipsi, tesis atau desertasi orang lain.
Hal ini tampak dari sajian isi, format
kelengkapan kepustakaan, kedalaman teori dan terutama permasalahan penelitian
sangat mirip dengan skripsi, tesis atau desertasi.
6 Beberapa
KTI (yang umumnya berasal dari daerah yang sama) sangat mirip. Kemiripan yang
mencolok tersebut tampak pada pengantar,
abstrak, teori, daftar pustaka, yang
tertulis sama baik bentuk dan ukuran huruf, kata-demi-kata, kalimat dan
lain-lain.
Fakta di lapangan menunjukkan adanya biro
jasa yang bersedia “membuatkan” KTI bagi para guru.
2.6. Apa benar, banyak KTI diterima karena
berupa laporan PTK?
Tidak sepenuhnya benar. Sebagaimana
dijelaskan sebelumnya terdapat tujuh
macam KTI, mulai dari KTI hasil penelitian sampai dengan KTI terjemahan. Apapun
macam KTInya apabila telah dibuat dengan baik dan benar, maka dapat diberi
nilai.
Namun, akhir-akhir ini KTI yang paling
banyak dibuat oleh guru adalah KTI hasil penelitian, terutama hasil Penelitian
Tindakan Kelas (PTK).
Memang, KTI yang dibuat berdasar hasil PTK
disarankan untuk dilakukan guru dalam upaya menulis KTI karena (a) KTI tersebut merupakan
laporan dari kegiatan nyata yang
dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu pembelajarannya –
(ini tentunya berbeda dengan KTI yang berupa laporan penelitian korelasi,
penelitian diskriptif, ataupun ungkapan
gagasan, yang umumnya tidak memberikan dampak langsung pada proses pembelajaran
di kelasnya), dan (b) dengan melakukan kegiatan penelitian tersebut, maka para
guru telah melakukan salah satu tugasnya dalam kegiatan pengembangan profesionalnya.
Umumnya KTI yang berupa laporan PTK
menggunakan kerangka isi sebagai berikut:
Bagian Awal
yang terdiri dari: (a) halaman judul; (b) lembaran persetujuan dan pernyataan dari
kepala sekolah yang menyatakan keaslian tulisan dari si penulis; (c) pernyataan dari perpustakaan yang
menyatakan bahwa makalah tersebut telah disimpan diperpustakannya, (d) pernyataan keaslian tulisan yang dibuat
dan ditandatangi oleh penulis, (e) kata pengantar; (f) daftar isi, (bila ada
: daftar label, daftar gambar dan daftar lampiran), serta (g)
abstrak atau ringkasan.
Bagian Isi umumnya terdiri dari beberapa
bab yakni: (Bab I) Pendahuluan yang menjelaskan tentang Latar Belakang Masalah,
Perumusan Masalah dan Cara Pemecahan Masalah melalui rencana tindakan yang akan
dilakukan, Tujuan dan Kemanfaatan Hasil Penelitian; (Bab II) Kajian / Tinjauan
Pustaka yang berisi uraian tentang kajian teori dan pustaka yang
menumbuhkan gagasan yang mendasari usulan rancangan penelitian tindakan; (Bab
III) Metode Penelitian atau Metodologi Penelitian yang menjelaskan tentang
prosedur penelitian; (Bab IV) Hasil
penelitian dan pembahasan serta mengemukakan gambaran tentang pelaksanaan
tindakan, dimulai dari setting atau pengaturan siswa, penjelasan umum jalannya
pembelajaran diikuti penjelasan siklus demi siklus; dan (Bab V) Simpulan dan
Saran-Saran.
Bagian Penunjang yang pada umumnya terdiri
dari sajian daftar pustaka dan lampiran-lampiran yang diperlukan untuk
menunjang isi laporan. Lampiran utama yang harus disertakan adalah (a) semua
instrumen yang digunakan dalam penelitian, terutama lembar pengamatan, b)
contoh-contoh hasil kerja dalam pengisian/ pengerjaan instrumen baik oleh guru
maupun siswa, (c) dokumen pelaksanaan penelitian yang lain seperti foto-foto
kegiatan, daftar hadir, dan lain-lain.
Hanya laporan PTK yang baik dan benar
sajalah yang dapat diberi nilai. Untuk itu berikut disajikan contoh format
Penilaian PTK
No Komponen Indikator
1. Format keseluruhan Kelengkapan materi : Bagian awal, bagian isi penelitian,
dan bagian pendukung
2. Bab I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang masalah Kejelasan alasan dilengkapi data yg
relevan
B.
Penjelasan tindakan Kejelasan tindakan
spesifik yang dilakukan
C.
Rumusan masalah Kejelasan rumusan
masalah
D.
Tujuan penelitian Kejelasan tujuan
dan manfaat penelitian
3. BAB
II KAJIAN PUSTAKA
A. Cakupan teori Uraian teori yang berkaitan dengan permasalahan
dan tindakan yang dilakukan.
C.
Kerangka berpikir Kejelasan alur
pikir dalam menarik hipotesis
4.
BAB III METODE PENELITIAN Kejelasan tentang subjek tindakan
Kejelasan
mengenai apa dan bagaimana tindakan dilakukan (minimal dua siklus)
Kejelasan
langkah tindakan yang dilakukan guru dan siswa
Kejelasan
pelaksanaan refleksi
5. BAB
IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kejelasan
pelaksanaan proses tindakan tiap siklus
Sajian
data tentang aspek perubahan pada proses pengamatan tiap siklus
Kejelasan
kegiatan refleksi
6. BAB
V KESIMPULAN DAN SARAN Kejelasan kesimpulan dan saran
7. Bagian
Pendukung Kesesuaian pustaka
Kelengkapan
lampiran (adanya instrumen, contoh hasil kerja siswa, foto kegiatan, daftar
presensi, dan dokumen kegiatan yang lain)
Apabila KTI tersebut merupakan laporan
hasil penelitian (misalnya laporan PTK) maka
cirri khususnya adalah sebagai berikut:
Ciri khusus KTI yang berupa laporan PTK
KTI ini merupakan laporan hasil penelitian
tindakan kelas .
Untuk dapat membuat laporan penelitian, si
penulis terlebih dahulu harus melakukan penelitian.
Kegiatan penelitian yang dilakukan guru
adalah di bidang pembelajaran yang diasuhnya dan dilakukan di kelasnya.
Tujuan utama kegiatan PTK yang
dilakukan adalah untuk pengembangan
profesi dalam meningkatkan mutu pembelajarannya.
2.7.
Bagaimana agar KTI yang baik dan benar,
bertambah?
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, terdapat permasalahan sehubungan proses
kenaikan dari golongan IVa ke atas
yang relatif berjalan “lambat”. Pada kenaikan
pangkat golongan IVa ke atas diwajibkan adanya
pengumpulan angka kredit dari
unsur Kegiatan Pengembangan Profesi.
Sementara itu, tidak sedikit guru yang
“merasa” kurang mampu melaksanakan kegiatan pengembangan profesinya (= yang
dalam hal ini membuat KTI) sehingga menjadikan mereka enggan, tidak mau, dan
bahkan apatis terhadap pengusulan kenaikan golongannya. Terlebih lagi dengan adanya pendapat bahwa
kenaikan pangkat/golongannya belum memberikan peningkatkan kesejahteraan yang
signifikannya,
Akibat dari hal di atas menjadikan permasalahan (a) Banyak
guru yang telah lama berada di golongan IVa, dan sangat ingin
segera naik pangkat. Baik mereka yang memenuhi persyaratan, ataupun tidak. Baik yang berprestasi, maupun tidak, dan (b) Banyak
guru yang telah mencoba mengumpulkan angka kredit pengembangan profesi, dan
yang terbanyak melalui KTI, tetapi KTI nya tidak memenuhi syarat dan TIDAK
dapat diberi nilai.
Persoalannya adalah: Bagaimana guru lebih
mau dan lebih mampu membuat KTI, agar jumlah KTI yang baik dan benar dapat bertambah. Beberapa cara dapat
dilakukan, antara lain :
(1) Perbanyak
sosialisasi tentang makna dan tujuan Kegiatan Pengembangan Profesi dan
hubungannya dengan kriteria KTI yang dapat dinilai
(2) Perbanyak
pelatihan tentang bagaimana menyusun KTI
terutama kepada mereka yang sudah memenuhi syarat untuk itu
(3) Revisi
dan perbaiki Pedoman Penulisan (yang dibuat tahun 1996) untuk dapat menjadi
pedoman yang lebih praktis dan mudah dipahami, perbanyak dan sebarkan
(4) Buat
dan sebarkan berbagai buku pedoman penulisan yang dapat membantu guru dalam
menulis KTInya
(5) Perbaiki
aturan dan kebijakan tentang kenaikkan pangkat guru dari IIIa ke IVa agar tidak
terjadi anggapan bahwa “naik pangkat begitu mudahnya dan tidak perlu upaya
serta prestasi”
(6) Perbaiki
aturan dan kebijakan tentang kenaikkan pangkat guru dari IVa ke atas agar tidak
terjadi anggapan bahwa “naik pangkat begitu susahnya, dan membawa frustasi”
Bab
III Pertanyaan yang sering muncul
pada pelatihan KTI
3.1. Saat
ini jumlah guru dalam golongan IVa
sangat banyak, kenaikkan ke golongan IVb ke atas, sangat lambat. Mengapa tidak dilakukan
seperti kenaikan pangkat dari III a ke IVa yang relatif lancar?
Tujuan kegiatan pengembangan profesi guru adalah untuk
meningkatkan mutu guru agar mereka lebih profesional dalam pelaksanaan tugas
dan tanggung jawabnya.
Kegiatan tersebut bertujuan bukan untuk mempercepat atau memperlambat
kenaikan pangkat/golongan, tetapi untuk memperbanyak guru yang makin
profesional. Selanjutnya sebagai penghargaan kepada guru yang mampu
meningkatkan mutu profesionalnya, diberikan penghargaan, di antaranya dengan kenaikan pangkat/golongannya.
Sangat TIDAK adil dan TIDAK professional
jika penghargaan kenaikan pangkat/golongan diberikan “secara otomatis” kepada
semua guru (baik yang berprestasi maupun yang tidak), atau hanya berdasar
kepada masa kerjanya.
Berbagai informasi menyatakan bahwa
kenaikan pangkat/jabatan guru dari golongan IIIa ke IVa, relatif “lancar”,
sehingga saat ini cukup banyak guru telah menduduki golongan IVa, baik mereka
yang professional maupun tidak. Hal tersebut dapat saja menggembirakan. Tetapi
juga sekaligus “menyedihkan” bila kenaikan pangkat/golongan itu tidak dilakukan
dengan seleksi yang mampu menunjukkan realita mutu guru yang sesuai dengan pangkat/golongan yang
disandangnya.
3.2. Apakah
untuk memperoleh angka kredit pengembangan profesi harus dengan cara membuat
KTI?
Tidak. Berbeda dengan anggapan umum,
menyusun Karya Tulis Ilmiah (KTI) BUKAN merupakan satu-satunya kegiatan pengembangan profesi guru.
Namun, dengan berbagai alasan, antara lain karena belum jelasnya petunjuk
operasional pelaksanaan dan penilaian dari kegiatan selain menyusun KTI, maka
pelaksanaan kegiatan pengembangan profesi sebagian terbesar dilakukan melalui KTI.
3.3. Berapa
jumlah halaman KTI agar dapat dinilai?
Tidak hubungan antara banyaknya jumlah
halaman dengan mutu KTInya.
Umumnya KTI hasil penelitian PTK yang
disajikan dalam bentuk makalah berkisar antara
40 – 60 halaman, belum termasuk lampiran-lampirannya.
3.4.
Apa masalah utama yang terjadi dalam penyusunan KTI?
Terdapat beberapa permasalahan dalam
praktik pelaksanaan dan pembuatan laporan kegiatan pengembangan profesi guru.
Pertama banyaknya laporan kegiatan (yang
umumnya berupa Karya Tulis Ilmiah) yang
“keasliannya” diragukan, KTI tersebut
diduga bukan karya si penulis.
Kedua,
banyaknya KTI yang tidak ada
manfaatnya, sekedar ungkapan gagasan
yang dangkal, terlalu umum, dan tidak jelas menunjukkan kegiatan apa yang telah
dilakukan guru dalam usahanya dalam pengembangan profesinya sebagai guru. \
3.5 Apakah
KTI yang mempermasalahkan tentang materi isi ajaran, mengkaji ada tidaknya
hubungan antara latar belakang siswa dengan prestasi belajarnya, tidak memenuhi
syarat untuk dinilai?
Sebagai penelitian di bidang pendidikan
penelitian tersebut boleh-boleh saja. Namun dalam konteks kegiatan pengembangan
profesi guru, maka guru diharapkan melakukan kegiatan inovatif dalam
peningkatan / pengembangan profesinya sebagai guru.
Dalam hal ini upaya memperbaiki rancangan,
sajian dan evaluasi pembelajaran sangat disarankan sebagai bentuk kegiatan
nyata guru dalam kegiatan pengembangan profesi.
Dengan konteks itu KTI yang
mempermasalahkan tentang materi isi ajaran, mengkaji ada tidaknya hubungan
antara latar belakang siswa dengan prestasi belajarnya, tidak memenuhi syarat
untuk dinilai.
3.6 Apakah
KTI laporan hasil penelitian harus berupa makalah?
Tidak. Suatu kegiatan pengembangan profesi
guru, seperti misalnya melakukan PTK, maka laporan hasil penelitiannya dapat
disajikan dalam berbagai bentuk.
Dapat berupa makalah yang disimpan di
perpustakaan, atau dalam bentuk artikel yang dimuat di jurnal ilmiah atau
tulisan ilmiah popular atau sebagai makalah yang merupakan prasaran dalam
pertemuan ilmiah
3.7 Apa
yang paling sering menjadi alasan penolakan KTI yang berasal dari laporan hasil
penelitian PTK?
Alasan yang paling sering dijumpai dalam
menolak laporan PTK adalah:
(a) penjelasan
apa dan bagaimana tindakan yang dilakukan kurang terjabar dengan jelas dan
rinci
(b) penjelasan
tentang bagaimana menilai keberhasilan atau menilai ketercapaian dari tindakan
tidak jelas
(c) tidak
melampirkan semua intrumen yang digunakan dalam pelaksanaan tindakan, dan
sangat disarankan untuk melampirkan pula contoh isian kuisener, tes, kegiatan
siswa, isian observasi guru, daftar hadir, foto-foto kegiatan dan dokumen yang
lain
3.8. Mengapa
banyak KTI yang dikirim untuk dinilai, belum berhasil memperoleh angka kredit?
Prosentase KTI yang tidak memenuhi syarat
untuk memperoleh angka kredit masih sangat tinggi, hal ini terutama disebabkan
oleh
Tidak sedikit KTI yang diajukan
oleh guru bukan karya sendiri, namun menyalin dari karya orang lain (yang
umumnya skripsi, tesis orang lain), atau bahkan KTI tersebut dibuatkan oleh orang/institusi lain.
Cukup banyak KTI yang
mempermasalahkan hal-hal yang mengada-ada, tidak perlu dan membahas masalah
yang terlalu luas serta tidak berkaitan dengan kegiatan pengembangan profesi
yang bersangkutan sebagai guru. Penelitian yang
mempermasalahkan hubungan antara latar belakang siswa dengan prestasi
belajarnya, pengaruh latar belakang orang tua, manfaat perpustakaan merupakan
contoh KTI yang tidak perlu.
Meskipun tidak terlalu banyak,
beberapa KTI ditolak karena tidak mengikuti kaidah
keilmuan, seperti rumusan masalah tidak jelas, kerangka teori sangat
menyimpang, metode penelitian yang salah, data yang tidak sesuai, dan
kesimpulan yang tidak terkait dengan rumusan masalah.
Ada pula KTI yang ditolak karena
kurang konsisten antara tugasnya dangan apa yang
ditulisnya.
Rangkuman
KTI adalah
laporan tertulis tentang (hasil) kegiatan ilmiah. Karena kegiatan ilmiah
itu banyak macamnya, maka laporan kegiatan ilmiah (= KTI) juga beragam bentuknya. Ada yang
berbentuk laporan penelitian, tulisan
ilmiah populer, buku, diktat dan
lain-lain.
Salah satu bentuk KTI yang akhir-akhir ini,
cenderung banyak dilakukan oleh para guru adalah KTI hasil penelitian
perorangan yang tidak dipublikasikan, tetapi didokumentasikan di perpustakaan sekolah dalam bentuk makalah.
KTI jenis ini mempunyai nilai angka kredit
4 (empat).
Penelitian Tindakan Kelas (PTK), disarankan
dilakukan guru karena KTI tersebut
merupakan laporan dari kegiatan nyata
yang dilakukan para guru di kelasnya dalam upaya meningkatkan mutu
pembelajarannya.
Di lapangan, terdapat KTI yang merupakan JIPLAKAN, KTI orang lain yang dinyatakan sebagai
karyanya, atau bahkan KTI yang DIBUATKAN oleh orang lain. Banyak pula KTI yang
berisi uraian hal-hal yang terlalu umum dan tidak berkaitan dengan permasalahan
atau kegiatan nyata yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pengembangan profesinya.
Agar guru lebih mau dan lebih mampu membuat
KTI, agar jumlah KTI yang baik dan benar
dapat bertambah dapat dilakukan
(a) Perbanyak sosialisasi tentang makna dan tujuan Kegiatan Pengembangan
Profesi dan hubungannya dengan kriteria KTI yang dapat dinilai, (b) Perbanyak
pelatihan tentang bagaimana menyusun KTI
terutama kepada mereka yang sudah memenuhi syarat untuk itu, (c) Revisi
dan perbaiki Pedoman Penulisan untuk
dapat menjadi pedoman yang lebih praktis dan mudah dipahami, perbanyak dan
sebarkan, (d) Buat dan sebarkan berbagai buku pedoman penulisan yang dapat
membantu guru dalam menulis KTInya.
Daftar kepustakaan
------, Keputusan Menteri Negera
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor
84/1993 tentang Jabatan
Fungsional Guru dan Angka kreditnya
------, Keputusan bersama Menteri
Pendidikan dan kebudayaan dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993, nomor 25 tahun
1993 tentang Petunjuk Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya.
------, Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 025/0/1995
Kemmis and McTaggart (1994) The Action
Research Planner, Dekain University
Nana Syaodih Sukmadinata, (2006). Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.
Nawawi, Hadari (1983) Metode Penelitian
Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Soejono dan Abdurrahman (1999). Metode
Penelitian: Suatu Pemikiran dan Penerapan. Jakarta: Rineka Cipta
Sudarwan Danim, (2002). Menjadi Peneliti
Kualitatif. Bandung: Pustaka setia.
Suhardjono, A. Azis Hoesein, dkk (1995). Pedoman penyusunan KTI do Bidang
Pendidikan dan Angka Kredit Pengembangan Profesi Guru. Degutentis, Jakarta :
Diknas
Suhardjono (2003) Penelitian Tindakan
Kelas. Makalah pada Diklat Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsional Guru,
Direktorat Tenaga Kependidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional
Suhardjono, (2004), 50 Pertanyaan dan
Jawaban di sekitar MENYUSUN USULAN PENELITIAN makalah pada Lokakarya dan
Penataran Penelitian Jurusan Sipil Fakultas
Teknik Universitas Widya Gama
Malang, Sabtu 14 Agustus 2004
Suhardjono (2006) Metodologi Penelitian di
Bidang Teknik Pengairan. Buku Ajar Jurusan Teknikm Pengairan Fakultas Teknik
Universitas Brawijaya.
Suharsimi, Arikunto (1998), Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
Suharsimi, Arikunto, (2002), Penelitian
Tindakan Kelas, Makalah pada Pendidikan
dan Pelatihan (TOT) Pengembangan Profesi bagi Jabatan Fungsionla Guru, 11-20
Juli 2002 di Balai penataran Guru (BPG) Semarang,
Sukidin dan Mundir, (2005), Metode
Penelitian : Membimbing dan Mengantar Kesuksesan Anda dalam Dunia Penelitian.
Surabaya: Insan Cendekia.
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
Suriasumantri, Jujun S. (ed) (1981). Ilmu dalam Prespektif. Jakarta: Gramedia.
Kepustakaan
Suharsimi, Suhardjono dan Supardi (2006)
Penelitian Tindakan Kelas. Naskah buku dalam proses penerbitan.
Suhardjono (1990). Sebuah Pengantar
Tentang: Fislafat Ilmu dan Hakekat Penelitian Makalah disampaikan pada
Penataran Metodologi Penelitian Ilmiah angkatan ke IV, Pusat Penelitian
Universitas Brawijaya Malang. Tanggal 17-22 September 1990.
Suhardjono, (2005), Laporan Penelitian
Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada pelatihan
peningkatan mutu guru di LPMP Makasar,
Maret 2005
Suhardjono (2006), Laporan Penelitian
sebagai KTI, makalah pada pelatihan peningkatan mutu guru dalam pengembangan
profesi di Pusdiklat Diknas Sawangan, Jakarta, Februari
2006
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
Kepustakaan
Suhardjono, Azis Hoesein, dkk. (1996).
Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah di Bidang Pendidikan dan Angka Kredit
Pengembangan Profesi Widyaiswara. Jakarta : Depdikbud, Dikdasmen.
Suhardjono, (2005), Laporan Penelitian
Eksperimen dan Penelitian Tindakan Kelas sebagai KTI, makalah pada pelatihan
peningkatan mutu guru di Makasar, Jakarta tahun 2005
Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi
(2006) Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta : Bumi Aksara
Suriasumantri, Jujun S. (1984). Filsafat
Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Sinar Harapan
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENDAHULUAN
Penelitian tindakan sudah sering dilakukan
oleh para peneliti, namun hasilnya kurang dirasakan dampaknya dalam usaha
meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Hal ini terutama disebabkan karena
penelitian pendidik yang dilakukan oleh lembaga penelitian permasalahan yang
diangkat kurang mengangkat kondisi nyata yang terjadi di sekolah, kurang
berkaitan langsung dengan sumber masalahnya, mereka kurang memahami, kurang
melakukan identifikasi masalah yang ada dan dirasakan sehari-hari oleh para
pendidik di depan kelas. Disamping itu penyebarluasan hasil penelitian kepada
guru (praktisi) sangat jarang dan memakan waktu yang sangat lama. Para pendidik
sangat berharap ada masukan dari hasil penelitian yang mampu membantu mengatasi
masalah pembelajaran di kelas. Namun belum terwujud, bahkan pendidik sendiri
kemampuan meneliti masih rendah. Rendahnya kemampuan para pelaksana pendidikan
di lapangan sangat berpengaruh positif terhadap upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.
Salah satu strategi untuk meningkatkan
kualitas pendidikan adalah dengan memberikan kesempatan kepada para pendidik
atau tenaga kependidikan untuk menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan
lainnya secara profesional dan kolaboratif lewat penelitian tindakan. Upaya
peningkatan kompetensi'pendidik tenaga kependidikan, untuk menyelesaikan
masalah-masalah pembelajaran akan memberi dampak positif dan ganda. Pertama,
kemampuan dalam mengatasi dan penyelesaikan masalah pembelajaran akan semakin
meningkat, kedua, penyelesaian masalah pembelajaran melalui sebuah investasi
akan dapat meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, saranaJprasarana, dan
hasil belajar, ketiga, peningkatan kedua kemampuan tersebut akan bernuansa pada
peningkatan kualitas lulusan.
PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Saat ini PTK sedang berkembang dengan
pesatnya di negara-negara maju seperti Inggris, Amerika, Australia, Canada.
Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini manaruh perhatian yang cukup
besar terhadap PTK, mengapa demikian ? Karena jenis penelitian ini mampu
menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat
pada siswa. Bahkan McNiff (1992 : 1) dalam bukunya yang berjudul Action
Research Principles and Practice memandang PTK sebagai bentuk penelitian yang
reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri kurikulum, pengembangan sekolah,
meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.
Dalam PTK pendidik dapat melihat sendiri
terhadap praktek pembelajaran atau bersamaan guru lain yang ia dapat melakukan
penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek interaksinya dalam proses
pembelajaran. Dalam PTK guru secara refektif dapat menganalisis mensintesis
terhadap apa yang telah dilakukan di kelas. Pendek kata, dengan melakukan
penelitian tindakan, akan dapat memperbaiki praktek-praktek pembelajaran
sehingga menjadi lebih efektif.
Haruslah pendidik mengobankan proses
pembelajaran demi melakukan PTK? Jawabnya tentu tidak. Justru dengan melakukan
PTK akan dapat meningkatkan kualitas proses dan produk pembelajarannya.
Penelitian tindakan kelas tidak harus membebani pekerjaan pendidikan dalam,
kesehariannya. Jika dilakukan secara kolaboratif yang bertujuan memperbaiki
proses pembelajaran tidak akan mempengaruhi materi pelajaran. Oleh sebab itu
pendidik tidak perlu takut terganggu dalam mencapai target kurikulumnya jika
akan melaksanakan PTK.
Penelitian tindakan kelas juga dapat
menjembatani kesenjangan antara teori dan praktek pendidikan. Hal ini terjadi
karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri, di kelas sendiri, dengan
melibatkan siswanya sendiri melalui sebuah tindakan-tindakan yang direncakan,
dilaksanakan, dan di evaluasi. Dengan demikian diperoleh umpan balik yang
sistematik mengenai apa yang selama ini dilakukan dalam kegiatan belajar
mengajar. Disamping itu dapat dibuktikan suatu teori belajar mengajar untuk
diterapkan dengan baik di kelas yang ia tekuni. Jika sekiranya ada teori yang
tidak cocok dengan kondisi di kelasnya, melalui PTK pendidik dapat
mengadaptasikan teori lain untuk kepentingan proses dan atau produk belajar
yang lebih efektif, optimal, fungsional. Selanjutnya
PTK, dilihat, dirasakan dan dihayati kemudian muncul pertanyaan apakah
praktek-praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan memiliki efektivitas
yang tinggi. Jika dengan penghayatannya itu dapat disimpulkan bahwa praktek-praktek
pembelajaran tertentu seperti : pemberian pekerjaan rumah kepada siswa yang
terlalu banyak, umpan balik yang bersifat verbal terhadap kegiatan di kelas
efektif, cara bertanya pendidik kepada siswa di kelas tidak mampu merangsang
siswa untuk berfikir dan sebaliknya maka dapat dirumuskan secara tentatif
tindakan tertentu untuk memperbaiki keadaan tersebut dengan melalui prosedur
PTK.
PTK terkait dengan persoalan praktek
pembelajaran sehari-hari yang dihadapi oleh para guru. Sebagai contoh, jika pendidik
menghadapi persoalan rendahnya minat baca siswa, jika pendidik ini sangat
menghambat rendahnya minat baca siswa, sehingga konsisi ini sangat menghambat
pencapaian tujuan kurikuler. Dengan penelitian tindakan kelas dapat dicoba
berbagai tindakan yang berupa program pembelajaran tertentu, seperti mencoba
cerita-cerita lokal, menggunakan buku yang memiliki cerita lucu, dan
sebagainya. Dari program pembelajaran yang dirancang sebagai bentuk PTK
akhirnya guru dapat memperbaiki persoalan rendahnya minat baca siswanya.
Sebaliknya jika sebenarnya siswa telah memiliki minat baca yang tinggi, akan
tetapi tidak dapat memanf'aatkan bahan bacaan secara tepat, guru juga dapat
melakukan PTK untuk mencari dan memilih secara tepat terhadap kesalahan siswa
dalam memanfaatkan bahan bacaan yang kurang fungsional.
Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa
penelitian tindakan sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif
partisipasif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan
perbaikan-perbaikan terhadap sistem, cara kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi.
Daur ulang dalam penelitian tindakan
diawali dengan perencanaan tindakan (Planning), penerapan tindakan (action),
mengobservasi, mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and
evaluation), melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan
atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Beberapa hal yang perlu dipahami tentang
penelitian tindakan kelas.
1. PTK
adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan dengan melakukan
perubahan terhadapnya dan pembelajaran sebagai konsekuensi terjadinya
perubahan.
2. PTK
adalah partisipatori, melibatkan orang yang melakukan kegiatan untuk
meningkatkan praktiknya sendiri.
3. PTK
dikembangkan melalui suatu self-reflective spiral; a spiral of cycles of
plunning, acting, observing, reflecting.. the re planning.
4. PTK
adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama bergabung untuk mengkaji
praktek dan mengembangkan pemahaman tentang makna tindakan.
5. PTK
menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berparsipasi dan berkolaborasi dalam
seluruh tahapan PTK.
6. PTK
adalah proses belajar yang sistematik, dalam proses tersebut menggunakan
kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan.
7. PTK
memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktek mereka (Guru).
8. PTK
memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktek untuk mengkaji secara sismatik
bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis tindakan).
9. PTK
memungkinkan kita untuk memberikan rasional justifikasi tentang pekerjaan kita
terhadap orang lain dan membuat orang menjadi kritis dalam analisis. (Mc
Taggart, 1997).
TUJUAN DAN MANFAAT PTK
Apa tujuan kita melakukan perbaikan praktek
pembelajaran? Saat ini perkembangan masyarakat dan pendidikan begitu cepat.
Akibatnya tuntutan terhadap layanan pendidikan yang harus dilakukan oleh
pendidik juga meningkat, penelitian tindakan merupakan salah satu cara yang
strategis bagi pendidik untuk meningkatkan dan atau memperbaiki layanan
pendidikan bagi pendidik dalam kontek pembelajaran di kelas. Bahkan Nc Niff
(1992) menegaskan bahwa dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan
kelas adalah untuk perbaikan. Kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki
konteks dengan proses pembelajaran. Jika tujuan utama penelitian tindakan kelas
adalah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam
menangani proses belajar mengajar, bagaimana tujuan itu dapat dicapai? Tujuan
itu dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan
berbagai persoalan pembelajaran. Oleh karena itu fokus penelitian tindakan
kelas adalah terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh
pendidik, kemudian dicobakan dan kemudian dievaluasi apakah tindakan-tindakan
alternatif itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang
sedang dihadapi oleh pendidik.
Jika perbaikan dan peningkatan layanan
profesional tenaga kependidikan dalam konteks pembelajaran dapat terwujud
berkat diadakannya penelitian tindakan kelas, ada tujuan penyerta yang juga
dicapai sekaligus dalam kegiatan pendidikan itu. Tujuan penyerta apa itu?.
Tujuan penyerta yang dapat dicapai ialah berupa terjadinya proses latihan dalam
jabatan dan penelitian layanan pembelajaran. Dengan demikian akan lebih banyak
berlatih mengaplikasikan berbagai tindakan alternatif sebagai upaya
meningkatkan layanan pembelajaran dari perolehan pengetahuan umum dalam bidang
pendidikan yang dapat diaplikasikan.
Penelitian yang menggunakan rancangan
penelitian tindakan kelas umumnya diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai
berikut :
a. Memperhatikan
dan rneningkatkan kualitas isi, masukan, proses dan hasil, pembelajaran
b. Menumbuh-kembangkan
budaya meneliti tenaga kependidikan agar lebih proaktif mencari solusi terhadap
permasalahan pembelajaran
c. Menumbuhkan
dan meningkatkan produktivitas meneliti para tenaga kependidikan, khususnya
mencari solusi masalah-masalah pembelajaran
d. Meningkatkan
kolaborasi antar pendidikan dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah
pembelajaran. .
Dengan kata lain guru akan lebih banyak
mendapatkan pengalaman tentang keterampilan praktek pembelajaran secara
reflektif dan bukan bertujuan untuk mendapatkan ilmu baru dari penelitian
tindakan yang dilakukan itu. Borg (1996) juga menyebut secara eksplisit bahwa
tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah pengembangan keterampilan yang
dihadapi oleh guru di kelasnya, dan bukannya bertujuan untuk pencapaian
pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.
Banyak manfaat yang dapat diraih dengan
dilakukannya penelitian tindakan kelas. Manfaat itu antara lain dapat dilihat
dlan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan atau pembelajaran di kelas
kemanfaatan yang terkait dengan komponen pembelajaran antar lain mencakup :
1. Inovasi
pembelajaran
2. Pengembangan
kurikulum di tingkat regional / nasional
3. Peningkatan
profesionalisme pendidikan
Dengan memahami dan kemudian mencoba
melaksanakan penelitian tindakan, diharapkan kemampuan pendidik dalam proses
pembelajaran makin meningkat kualitasnya dan sekaligus meningkatkan kualitas
pendidikan serta pendidik / tenaga kependidikan yang sekarang menjadi hambatan
utama.
KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Semua penelitian memang berupaya untuk
memecahkan suatu problema. Dilihat dari segi problema yang harus dipecahkan,
penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik penting yaitu bahwa problema
yang diangkat sehari-hari yang dihadapi oleh guru di kelas. PTK akan dapat
dilaksanakan jika pendidik sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang
terkait dengan proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas. Kemudian
dari persoalan itu pendidik menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk
dipecahkan secara profesional.
Jika pendidik merasa bahwa apa yang dia
praktekkan sehari-hari di kelas tidak bermasalah, PTK tidak diperlukan melihat
sendiri apa yang telah dilakukannya selama mengajar di kelas. Dapat terjadi
guru telah berbuat kekeliruan selama bertahun-tahun dalam proses belajar
mengajar namun tidak diketahui. Oleh sebab itu mereka meminta bantuan orang lain
untuk melihat apa yang selama ini dilakukan dalam proses belajar mengajar di
kelasnya.
Dalam konteks seperti itu seorang guru dan
guru lain/kepala sekolah dapat bersama berdiskusi untuk mencari dan merumuskan
persoalan di kelas. Dengan demikian guru beserta temannya dapat melakukan
penelitian tindakan kelas secara kolaboratif. Dari sini akan muncul kesadaran
terhadap kemungkinan adanya banyak masalah yang diperbuat selama melaksanakan
proses belajar mengajar. Jika seorang guru bersedia melakukan PTK secara
kolaboratif dengan guru lain, banyak manfaat dalam meningkatkan kariernya.
Karya tulis ilmiah semakin diperlukan oleh guru di masa depan. Penelitian
tindakan kelas secara kolaboratif akan mampu menawarkan peluang yang luas
terhadap terciptanya karya tulis sambil mengajar para pakar yang lebih
berbobot.
Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari
bentuk kegiatan penelitian itu sendiri. Penelitian tindakan kelas memiliki
karakteristik yang khas, yaitu adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk
memperbaiki proses belajar mengajar di kelas. Tanpa tindakan tertentu, suatu
penelitian juga dapat dilakukan di dalam kelas, yang kemudian sering disebut
dengan "Penelitian Kelas". Misalnya penelitian mengenai tingkat
seringnya siswa dalam membolos, sering berkelahi dan sebagainya, jika
penelitian ini dilakukan tanpa disertai tindakan-tindakan tertentu, maka jenis
penelitian yang dicontohkan hanya sekedar ingin tahu, tidak ingin memperbaiki
keadaan melalui tindakan-tindakan tertentu.
Sebaliknya jika dengan penelitian ini, guru
m.encoba berbagai tindakan mencegah terjadinya siswa membolos, sehingga proses
belajar mengajar berjalan dengan baik dan efektif, baru penelitian ini termasuk
dalam kategori penelitian tindakan kelas. Tindakan untuk mencegah tingginya
siswa membolos mungkin dapat berbentuk diciptakannya sistem presensi yang
dilakukan oleh siswa sendiri mungkin dapat berbentuk pengalihan pengawasan
secara kelompok oleh siswa sendiri. Mungkin dapat diciptakan sistem ulangan
harian pada hari-hari di mana siswa yang biasa melakukan tindakan membolos, dan
sebagainya.
Dengan PTK, kasus menunjukkan adanya
perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan secara positif. Dengan diadakan
tindakan tertentu harus membawa perubahan ke arah perbaikan. Bila dengan
tindakan justru membawa kelemahan penurunan atau perubahan negatif berarti hal
tersebut menyalahi prinsip PTK. Kriteria keberhasilan atas tindakan dapat
berbentuk kualitatif/kuantitatif. Penelitian PTK tidak untuk digeneralisasian
sebab hanya dilakukan di kelas tertentu dan waktu tertentu.
Di samping karakteristik tersebut ada
prinsip PTK yang perlu diperhatikan. Penelitian tindakan kelas memiliki tiga
ciri pokok, yaitu :1) inkuiri reflektif, 2) kolaboratif, dan 3) reflektif.
1) Inkuiri reflektif. Penelitian kelas
berangkat dari permasalahan pembelajaran riil yang sehari-hari dihadapi oleh
guru dan siswa. Jadi, kegiatan penelitian berdasarkan pada pelaksanaan tugas
(practice driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang
dihadapi (action driven). Masalah yang menjadi fokus adalah permasalahan yang
spesifik dan kontekstual, sehingga tidak terlalu merisaukan tentang
kerepresentatifan sampel dalam rangka generalisiasi. Tujuan penelitian tindakan
kelas bukanlah untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat diberlakukan secara
meluas. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki praktis secara
langsung, di sini dan sekarang (Raka Joni, 1998).
Penelitian tindakan kelas menggunakan
metodologi yang agak longgar, khususnya dalam kalibrasi instrumen penelitian.
Namun demikian, penelitian tindakan tetap menerapkan metodologi yang taat azas
(diciplined inquiri) dalam hal pengumpulan data yang menekankan pada obyektif
sehingga memungkinkan terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat (peer
review). Proses dan temuan penelitian tindakan kelas didokumentasikan secara
rinci dan cermat. Proses dan temuan dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan
refleksi sistematik dan mendalam (McNiff.1992:9). Penelitian tindakan kelas
dapat disimpulkan sebagai suatu inkuiri reflektif (sel-reflective-inquiry).
2) Kolaboratif. Upaya perbaikan proses dan
hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri oleh guru, tetapi la harus
berkolaborasi dengan guru lain atau pakar/ahli. Penelitian tindakan kelas
merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk mewujudkan perbaikan yang
diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basa ¬basi, tetapi harus tertampilkan
dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan penelitian tindakan kelas
tersebut (perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi-evaluasi, dan refleksi),
sampai dengan menyusun laporan hasil penelitian.
3) Reflektif. Penelitian tindakan kelas
memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang berkelanjutan. Berbeda dengan
pendekatan penelitian formal, yang sering mengutamakan pendekatan eksperimental,
penelitian tindakan kelas lebih menekankan pada proses refleksi terhadap proses
dan hasil penelitian secara terus menerus untuk mendzpatkan, penjelasan dan
justifikasi tentang kemajuan, peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan
sebagainya dari pelaksanaan sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan
memperbaiki proses tindakan pada siklus kegiatan lainnya.
PRINSIP-PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Hopkins (1993: 57-61) menyebutkan ada 6
prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan kelas.
1) Prinsip pertama bahwa tugas guru yang
utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk
itu, guru memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan
kualitas pembelajaran secara terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan
yang dipilih tidak/ kurang berhasil, maka la harus tetap berusaha mencari
alternatif lain. Guru harus menggunakan pertimbangan dan tanggungjawab
profesionalnya dalam mengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi
dalam pembelajaran. Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian
tindakan sebagai suatu upaya yang berkelanjutan secara siklus sampai terjadinya
peningkatan, atau "kesembuhan" sistem, proses, hasil, dan sebagainya.
2l
Prinsip kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari
pembelajaran, yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan
data. Tahapan-tahapan penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan
pembelajaran, yaitu : persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action),
observasi kegiatan pembelajaran (observation), evaluasi proses dan hzsil
pembelajaran (evaluation), dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran
(reflection). Prinsip kedua ini mengisyaratkan agar proses dan hasil
pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistemik dan terkendali menurut
kaidah ilmiah.
3) Prinsip
ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari
pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah
ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai masalah, pemilihan tindakan yang
sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang
tepat, penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan
analisis data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan
hasal tetap dipertahankan selama penelitian berlangsung. Prinsip ketiga ini
mempersyaratkan bahwa dalain menyelenggarakan penelitian tindakan agar tetap
menggunakan kaidah-kaidah ilmiah.
4) Prinsip keempat bahwa masalah yang
ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan
tanggungjawab profesional dan komitmen terhadap diagnosis msaalah bersandar
pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang
sesungguhnya. Bila pendiagnosisan masalah berdasar pada kajian akademik atau
kajian literatur semata, maka penelitian tersebut dipandang sudah melanggar
prinsip ke-otentikan masalah. Jadi masalah harus didiagnosis dari kancah
pembelajaran yang seungguhnya, bukan sesuatu yang dibayangkan akan terjadi
secara akademik.
5)
Prinsip kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki
dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal irii penting
karena upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat ditakukan sambil
lalu, tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaaii yang sungguh-sungguh. Oeh
karena itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam
(motivasi intrinsik), bukan sesuatu yang bersifat instrumental.
6)
Prinsip keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak
seharusnya dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas
pada tataran di luar kelas, misalnya : tataran sistem atau lembaga. Perspektif
yang lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya
peningkatan kualitas pendidikan.
PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
Salah satu isu yang menarik untuk dibahas
bagaimana langkah-langkah praktis pelaksanaan penelitian tindakan kelas
tersebut dapat dijabarkan. Oeh sebab itu, tulisan ini akan berfokus pada
kegiatan-kegiatan pokok seperti : (i) planning, (ii) acting, (iii) observing,
(iv) reflecting. Kegiatan-kegiatan ini disebut dengan satu siklus kegiatan
pemecahan masalah. Bila satu siklus belum menunjukkan tanda-tanda perbaikan
(peningkatan mutu), kegiatan riset dilanjutkan pada siklus kedua, dan.
seterusnya, sampai peneliti merasa puas.
Berikut ini adalah penjelasan dari
masing-masing langkah kegiatan
Planning (perencanaan)
Yang termasuk dalam kegiatan planning
adalah sebagai berikut : (i) Identifikasi masalah, (ii) identifikasi (analisis)
penyebab masalah dan (iii) pengembangan intervensi (action/solution).
Identifikasi masalah merupakan tahap
pertama dalam serangkaian tahap-¬tahap penelitian. Oleh sebab itu identifikasi
masalah merupakan tahap kualitas masalah yang diteliti. Masalah-masalah yang
asal-asalan (yang kurang teridentifikasi) dapat menyebabkan pemborosan energi, sebab riset
tidak membawa temuan yang bermanfaat. Sebagaimana disinggung oleh tulisan
sebelumnya, tidak semua masalah pendidikan dapat didekati dengan riset CAR.
Untuk itu, beberapa langkah berikut diikuti dengan seksama sebagai cara untuk
menemukan masalah yang dapat didekati dengan CAR :
(a) Masalah harus rill dan on-the job
problem oriented, artinya masalah tersebut di bawah kewenangan seorang guru
untuk memecahkan. Masalah itu juga datang dari pengamatan (pengalaman) seorang
guru sendiri sehari-¬hari, bukan datang dari pengamatan orang lain. Masalah itu
dilihat/diamati/dirasakan dalam pelaksanaan tugas mengajar sehari-hari. Sebagai
contoh : menurut data kelas (sekolah) ditemukan bahwa (i) seoagian besar siswa
(75%) tidak dapat menguasai keterampilan matematika dasar, (ii) mayoritas siswa
(> 85%) tidak berminat belajar bahasa inggris. Masalah-masalah yang nyata
(bukan imaginer), karena memang didukung dengan data-data empiris seperti data
kelas, data sekolah observasi, dan catatan-catatan harian.
(b) Masalah harus problematik (artinya
masalah tersebut perlu dipecahkan). Tidak semua masalah pendidikan
(pembelajaran) yang nyata (rill) adalah masalah-masalah yang problematik, sebab
: (i) pemecahan masalah tersebut kurang mendapat dukungan
literatur/sarana-prasarana/birokrasi, (ii) pemecahan masalah belum mendesak
dilaksanakan, dan (iii) ternyata guru tidak mempunyai wewenang penuh untuk
memecahkan. Sebagai contoh : mayoritas siswa tidak dapat membaca buku teks
bahasa Indonesia dapat merupakan masalah yang kurang problematik bagi seorang
guru biologi. Masalah ini lebih merupakan tanggung jawab (kewenangan) seorang
guru bahasa Indonesia.
(c) Masalah harus memberi manfaat yang
jelas, artinya pemecahan masalah tersebut akan memberi manfaat yang
jelas/nyata. Untuk itu; pilihlan masalah-masalah riset yang memiliki asas
manfaat secara jelas. Untuk apa, yang akan terjadi, bila masalah tersebut
dilontarkan beberapa pertanyaan sebagai berikut : (i) apa yang akan terjadi
bila masalah tersebut dipecahkan?, (ii) resiko apa yang paling jelek bila
masalah tersebut tidak segera dipecahkan, dan (iii) tujuan pendidikan yang mana
yang tidak tercapai, bila masalah tersebut tidak segera dipecahkan. Jawaban
terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat membimbing pada penemuan
masalah-masalah riset yang mendesak untuk dipecahkan.
(d) Masalah riset CAR harus feasible (dapat
dipecahkanlditangani). Bila dilihat dari sumber daya peneliti (waktu, dana,
minggu efektif semester, dukungan birokrasi, dan seterusnya) masalah tersebut
dapat dipecahkan.
Dengan kata lain, tidak semua riset yang
sudah riil problematik dan manfaatnya jelas, selalu feasible. Untuk itu, harus
dipilih masalah-masalah yang feasible dengan pertimbangan faktor-faktor
pendukung di atas. Perumusan masalah setelah teridentifikasi, dapat dirumuskan
ke dalam kalimat pernyataan sehingga tidak aspek-aspek (what, when, who, where,
why, how much).
Secara jelas, sebagai contoh :
(i) Sekurang-kurangnya
85% siswa kelas II SMP Negeri 4 Samarinda pada tahun ajaran 2002/2003 Semester
II tidak dapat membaca teks bahasa Inggris dengan lancar.
(ii) Mayoritas
(> 75%) siswa kelas III IPA 2 SMP Negeri 4 Samarinda tidak dapat menguasai
perubahan bentuk kata (kata sifat ke kata benda) dalam pelajaran menulis bahasa
Inggris tahun ajaran 2002/2003.
Identifikasi penyebab masalah (problem
causes) merupakan langkah kedua planning yang penting dilakukan. Setelah
mendapatkan masalah riil, problematik, bermanfaat dan feasible, langkah
selanjutnya adalah identifikasi penyebab masalah tersebut. Melalui
brainstorming (secara kolaboratif), analisis penyebab munculnya masalah dapat
dijabarkan dengan mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab masalah
tersebut, suatu tindakan (alternative soluting/action) dapat dikembangkan.
Untuk mematikan akar penyebab masalah tersebut, beberapa cara koleksi data
diterapkan, misalnya : (a) mengembangkan angket, (b) mewancarai siswa, dan (c)
melakukan observasi langsung di kelas.
Dari berbagai kemungkinan penyebab masalah
dicoba diidentifikasi dan dianalisis untuk menentukan penyebab yang paling
mungkin (the most probable cause) data-data (informasi) dikumpulkan lewat (i)
angket, (ii) wawancara mendalam, dan (ii) observasi kelas. Informasi-informasi
(data) tersebut kemudian dianalisis (secara kolaboratif) dan disimpulkan.
Ternyata melalui hasil kolaborasi dan analisis data, penyebab sesungguhnya
adalah kualitas B-M yang tidak kondusif (mendukung/mendorong) bagi siswa untuk
bahasa Inggris. Umumnya siswa menganggap bahwa akar penyebab masalah adalah
kualitas belajar mengajar yaitu :
- Proses
belajar mengajar satu arah
- Pelajaran
bahasa Inggris kurang membekali siswa
- Pelaksanaan
sistem pelajaran semester tidak berjalan dengan baik
Dari sinilah bentuk intervensi
(action/soluting) AR dapat dikembangkan secara lebih cepat. Pengembangan
intervensi (solution/action) merupakan langkah ke-3 dalam planning yang penting
juga untuk diperhatikan intervensi dikembangkan berdasarkan, akar penyebab
masalah itu. Intervensi yang dipilih haruslah yang terdukung oleh sumber daya
yang ada. Sebagai contoh : kalau akar penyebab adalah mutu proses B-M, melalui
kolaborasi saya mengembangkan berbagai kemungkinan (alternatif) rencana
tindakan (intervensi) seperti (i) menggunakan metode diskusi, (ii) peningkatan
program
orientasi sekolah, (iii) peningkatan mutu
pelajaran tugas semester, (iv) peningkatan mutu bimbingan penulisan karya tulis
(v) dst.... dst.... dari berbagai alternatif tersebut, disaring kembali berdasarkan
faktor-faktor pendukung yang ada, yaitu : (a) waktu, (b) biaya, (c) cost yang
lain, (d) dukungan saranalprasarana, (e) dukungan lembaga, (f) dst......
Pendek kata, untuk memutuskan intervensi
(action/solution) yang dikembangkan pada siklus pertama, peneliti berfikir
(kemudian berkolaborasi) tentang faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang ada.
Langkah ini disebut sebagai analisis medan kekuatan (Force Field Analysis),
artinya diputuskan intervensi yang terdukung oleh faktor-faktor kekuatan yang ada.
Setelah mempertimbangkan feasibility intervensi tersebut, diputuskan bentuk
intervensi yang paling mungkin dilakukan, sebagai contoh : supervisi riset yang
efektif. Inilah intervensi (action/solution) yang ditawarkan untuk siklus AR.
Acting
Action (intervensi) dilaksanakan untuk
memperbaiki masalah. Langkah-langkah praktis tindakan diuraikan. Apa yang
pertama kali dilakukan ? Bagaimana organisasi kelas? Siapa yang perlu menjadi
kolaborator? Siapa yang mengambil data? Pada saat pelaksanaan ini (acting),
guru harus mengambil peran dalam pemberdayaan siswa sehingga mereka menjadi
agen of change bagi diri dan kelas. Kelas diciptakan sebagai komunitas belajar
(learming community) daripada laboratorium tindakan. Jadi, cara-cara empiris
membagi kelas menjadi kelompok kontrol dan treatment harus dihindarkan.
Observating
Observating adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret sejauh mana efek tindakan telah mencapai
sasaran. Efek dari suatu intervensi (action terus dimonitor secara reflektif).
Data-data apa saja yang perlu dikumpulkan? Data kuantitatif tetang kemajuan
siswa (nilai) dan data kualitatif (minat / suasana kelas) perlu dikumpulkan.
Pendek kata, pada langkah ini, peneliti menguraikan jenis-jenis data yang dikumpulkan, cara pengumpulan data dan alat
koleksi data (angket/wawancara/observasi, dan lain-lain) tentang fenomena kelas
yang dibuat siswa dan guru meru infortnasi yang berharga.
Reflekting
Reflection adalah kegiatan mengulas secara
kritis (reflective) tentang perubahan yang terjadi (i) pada siswa, (ii) suasana
kelas, (iii) guru. Pada tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan
mengapa (why), bagaimana (how), dan sejauh mana (to what extent) intervensi
telah menghasilkan perubahan secara signifikan. Kolaborasi dengan rekan (termasuk
para ahli) akan memakan peran sentral dalam memutuskan "Judging the
value" (seberapa jauh action telah membawa perubahan : apa/dimana
perubahan terjadi, mengapa demikian apa kelebihan/kekurangan, langkah-langkah
penyempurnaan dan sebagainya). Berdasarkan hasil refleksi terebut maka
peneliti/penulis mencoba untuk mengatasi kekurangan/kelemahan yang terjadi
akibat tindakan yang telah dilakukan. Hal ini kalau ditemukan cara atau
strateginya maka diperlukan rencana untuk melaksanakan tindakan/siklus berikutnya.Dari
siklus ini diharapkan merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya, maka tahapan
pada siklus perlu direncanakan seperti pada siklus-siklus sebelumnya.
Akhir tindakan
Kalau penelitian sudah dianggap selesai
maka peneliti perlu menyusun laporan penelitian. Apa yang diltulis dalam
laporan penelitian? Yang perlu ditulis pada laporan setidaknya menyangkut aspek
yang berkaitan dengan: (1) setting yang memberi gambaran tentang kondisi
lapangan/kelas tempat penelitian dilakukan, disertai penjelasan adanya
perbedaan antara model pembelajaran yang biasa dilakukan dengan model yang
sedang dilaksanakan lewat penelitian tindakan kelas, (2) penjelasan hasil
pelaksanaan tiap siklus dengan data lengkap hasil pengamatan disertai hasil
refleksinya. Data yang disajikan merupakan potret dari semua kejadian selama
tindakan pada siklus tertentu berlangsung, dengan berbagai jenis metode dan
instrumen yang digunakan. Data dapat disampaikan dengan tabel/grafik disertai
diskripsi dan ulasan selengkap mungkin. (3) Sesudah semua siklus dijelaskan
baru dianalisis dengan memperhatikan dari hasil keseluruhan siklus. Langkah ini
yang sering dinamakan pembahasan. Pada bagian ini akan dapat diperolah gambaran
secara menyeluruh dengan diberikan data lengkap. Hasil pengamatan dari siklus
ke siklus dapat disusun kedalam grafik/tabel dengan diberikan ulasan terhadap
perubahan/perbaikan akibat tindakan yang dilakukan.
Untuk
itulah, disarankan peneliti
akan responsif terhadap perubahan yang berkembang di kelas. Perubahan-perubahan
yang terjadi pada diri murid dipotret (disajikan sebagai bukti), seperti :
• Hasil
belajar harian/tengah semester/ semester
• Perhatian
dan motivasi terhadap pelajaran
• Portofolio
(catatan-catatan tentang hasil prestasi murid)
• Perubahan
sikap (catatan-catatan tentang hasil / prestasi murid)
Demikian pula perubahan-perubahan yang
terjadi pada diri guru sebagai peneliti, seperti :
• Peningkatan
pengetahuan pengelolaan kelas. Kepercayaan diri
• Peningkatan
ketrampilan
• Pemahaman
terhadap berbagai model pembelajaran
• Kemampuan
mendeteksi perubahan akibat tindakan
Suasana perubahan pada atmosfer kelas juga
disajikan, seperti suasana kelas yang mendorong pembelajaran, penampilan kelas
menyajikan tayangan hasil siswa, suasana kelas yang lebih akrab (unhostile classroom
enviroment), perhatian siswa, sikap terhadap model pembelajaran yang baru
disampaikan dan seterusnya.
Apa yang terjadi bila dalam perjalanan
siklus 1 ke siklus 2, ke siklus 3 peneliti mungkin merasa puas dan mungkin
sadar identifikasi terhadap masalah akar penyebab (the most probable cause)
dirasakan kurang pas, peneliti dapat mengulangi lagi mencari penyebab dan
kemudian mengembangkan bentuk intervensi, sehingga pada siklus ke-4, 5 dan
seterusnya dengan intervensi yang dikembangkan berbeda. Yang penting bahwa
action reserch berorientasi pada improvement yang sering kali jalannya
berkelok-kelok, akan diakhiri kepuasan hasil kerjanya, dan mampu mengembangkan
proses pembelajaran di kelas, dan akan diikuti oleh peningkatan prestasi
belajar siswa. Karena itu perlu memperhatikan variabel yang diperkirakan
mempengaruhi prestasi belajar siswa, sebatas peneliti/guru mampu mendeteksi
serta menemukan data pendukungnya. Setiap tahun yang dihadapi para guru di
kelas selalu berubah, maka permasalahan yang dihadapi juga akan berbeda-beda.
Untuk itulah maka perlu selalu berusaha mencari cara/model untuk mengatasi
lewat kegiatan penelitian.
PROPOSAL PTK
Secara
sederhana, proposal penelitian tindakan kelas dapat dirumuskan sebagai berikut
:
1. JUDUL
Hendaknya dirumuskan secara singkat ,jelas,
dan sederhana.
2. LATAR
BELAKANG MASALAH
Penyebab terjadinya masalah (adanya
kesenjangan antara yang diharapkan dengan kenyataan).
3. IDENTIFIKASI
MASALAH
Identifikasi berdasarkan latar belakang
masalah.
4. PEMBATASAN
MASALAH
Batasan masalah yang akan diteliti sesuai
kemampuan, waktu, dan serta situasi dan kondisi yang ada.
5. PERUMUSAN
MASALAH
Merumuskan
masalah secara jelas dan operasional.
6. TUJUAN
PENELITIAN
Maksud dilaksanakannnya penelitian.
7. MANFAAT
PENELITIAN
Manfaat penelitian bagi guru, sekolah,
siswa, maupun orang lain.
8. KERANGKA
TEORITIK DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Landasan teori tentang objek penelitian,
kerangka berpikir, serta alternatif tindakan yang akan dilakukan untuk dapat
mengatasi masalah.
9. METODOLOGI
PENELITIAN
Lokasi penelitian
• Nama
sekolah
• Alamat
• Kelas
• Lingkungan
fisik dan sosial
Karakteristik subyek penelitian
• Komposisi
siswa
• Kemampuan
akademik
• Latar
belakang sosial ekonomi keluarga
• Motivasi
belajar
• Dll.
10. VARIABEL
YANG DI TELITI ANTARA LAIN:
o Variabel
input, yang terkait dengan siswa, guru, bahan pelajaran,sumber belajar,
lingkungan belajar,dsb.
o Variabel
proses, yang terkait dengan proses pembelajaran ,ketrampilan mengajar,
implementasi metode pengajaran, dsb.
o Variabel
output, seperti minat siswa, kemampuan siswa, hasil belajar siswa, dsb.
11. RANCANGAN
TINDAKAN
o Perencanaan
tindakan
Memuat
langkah-langkah persiapan/perencanaan tindakan antara lain
1. Membuat
skenario pembelajaran yang menarik, sesuai rencana tindakan yang akan
dilakukan.
2. Mempersiapkan
fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan seperti gambar-gambar, alat
peraga, dsb.
3. Mempersiapakan
instrumen penelitaian yang diperlukan, seperti format, pengamatan, kuisioner,
pedoman wawancara, tes prestasi dan sebagainya.
4. Melakukan
simulasi pelaksanaan tindakan untuk menguji keterlakasanaan rancangan, serta
mempertebal kepercayaan diri dalam pelaksanaan nantinya.
o Tindakan
Memuat langkah-langkah tindakan yang akan
dilakukan secara terperinci, termasuk kegiatan penilaiannya.
o Observasi
Berisi prosedur pengumpulan data baik pada
saat pelaksanaan tindakan dan terdapat komponen lain mendukungnya.
o Refleksi
Berisi prosedur analisis terhadap hasil
pemantauan/observasi dan refleksi berkenaan dengan proses dan dampak tindakan
perbaikan yang akan dilakukan.
12. PENGUMPULAN
DATA
o Jenis
data
Misal : format/lembar pengamatan, pedoman
wawancara, alat evaluasi/soal, check list.
o Teknik
pengumpulan data
Misal : observasi, wawancara, pre test dan
post test, mencatat dokumen.
13. TIM
PENELITI DAN TUGASNYA
14. INDIKATOR
KINERJA
Merupakan alat ukur untuk menentukan
tingkat keberhasilan dari tindakan yang telah dilakukan.
15. JADWAL
PENELITIAN
16. RENCANA
PEMBIAYAAN(apabila memperoleh bantuan dana).
17. DAFTAR
PUSTAKA
Meskipun PTK lebih fleksibel dibanding
penelitian lain namun tetap tidak diperkenankan mengabaikan kaidah-kaidah
keilmuan.
LAPORAN PTK
Dilihat
dari prosesnya tahap penulisan laporan penelitian terbagi menjadi 3 tahap,
yaitu :
1. Perencanaan : dituangkan dalam rancangan atau proposal
penelitian.
2. Pelaksanaan :
berisi kegiatan pengumpulan dan analisis data
3. Pelaporan : berisi kegiatan pengkomunikasian
prosedur dan temuan penelitian.
Fungsi pokok dari penulisan laporan
penelitian adalah :
1. sebagai
pertanggungjawaban ilmiah.
2. sebagai
media informasi ilmiah.
3. sebagai
masukan bagi pengambil kebijakan atau orang yang berkepentingan.
4. sebagai
media sosialisasi informasi bagi masyarakat luas.
5. sebagai
pertanggungjawaban administratif bagi pemberi dana penelitian
Model laporan PTK dapat menggunakan format
penelitian sebagaimana biasanya, namun ada hal khusus yang terletak pada hasil
penelitian yang berulang-ulang(sesuai jumlah siklusnya). Laporan didasarkan
pada proposal penelitian dan berkembang sesuai dengan hasil penelitian
dilapangan. Untuk PTK, format laporan dapat berbentuk sebagai berikut.
SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN
KELAS
A. BAGIAN PEMBUKAAN
1. Halaman judul
2. Halaman pengesahan
3. Abstrak (bila diperlukan)
4. Kata pengantar
5. Daftar Isi
6. Daftar Lampiran
B. BAGIAN ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang masalah
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
1. Setting (lokasi, waktu, mapel, sekolah)
2. Siklus penelitian
a. Rencana tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
b. Pengamatan/Observasi
c. Refleksi/menganalisis dan sintesis
BAB IV HASIL PENELITIAN
1. Diskripsi
setting penelitian
2. Hasil
penelitian
3. Pembahasan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan.
2. Saran
PENUTUP
Hal-hal
yang perlu diperhatikan guru dalam penerapan PTK antara lain adalah:
o Memiliki
kemauan untuk memperbaiki kinerja sendiri.
o Memiliki
sikap keterbukaan, kesediaan menerima kritk terhadap kelemahan penampilan.
o Memandang
kolaborator bukan sebagai hakim, polisi atau pengawas, tetapi sebagai
pendamping guru(team –teaching).
Dengan demikian penelitian tindakan kelas
merupakan kegiatan yang diperuntukkan bagi guru dengan harapan :
o Guru
terbiasa melakukan perbaikan kerja.
o Guru
memiliki konsesi menjadi peneliti.
o Guru
bebas mengembangkan sikap inovatif secara kreatif.
o Guru
terbiasa membuat alat bantu pembelajaran.
SISTEMATIKA dan PENJELASAN
JUDUL : Judul PTK hendaknya dinyatakan
dengan akurat dan padat permasalahan serta bentuk tindakan yang dilakukan
peneliti sebagai upaya pemecahan masalah. Formulasi judul hendaknya singkat,
jelas, dan sederhana namun secara tersirat telah menampilkan sosok PTK bukan
sosok penelitian formal. Judul ditulis dalam halaman judul yang dilengkapi
dengan identitas peneliti (nama dan NIP guru), lembaga/satuan pendidikan tempat
guru bekerja, dan bulan dan tahun penulisan PTK.
KATA PENGANTAR
HALAMAN PERSETUJUAN (bila diperlukan,
lazimnya diketahui dan ditandatangani oleh pimpinan/kepala sekolah setempat)
DAFTAR ISI
DAFTAR LAMPIRAN
ABSTRAK : (Berisi judul, nama peneliti,
uraian singkat PTK. Ditulis satu spasi dengan jumlah kata kurang lebih 250
kata. Disertai kata kunci)
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah (Dalam latar belakang permasalahan ini hendaknya diuraikan
urgensi penanganan permasalahan yang diajukan itu melalui PTK. Untuk itu, harus
ditunjukkkan fakta – fakta yang mendukung, baik yang berasal dari pengamatan
guru selama ini maupun dari kajian pustaka. Dukungan berupa hasil penelitian
–penelitian terdahulu, apabila ada juga akan lebih mengokohkan argumentasi
mengenai urgensi serta signifikansi permasalahan yang akan ditangani melalui
PTK yang diusulkan itu. Karakteristik khas PTK yang berbeda dari penelitian
formal hendaknya tercermin dalam uraian di bagian ini.)
B. Perumusan
Masalah (Permasalahan yang diusulkan untuk ditangani melalui PTK itu dijabarkan
secara lebih rinci dalam bagian ini. Masalah hendaknya benar – benar di angkat
dari masalah keseharian di sekolah yang memang layak dan perlu diselesaikan
melalui PTK. Sebaliknya permasalahan yang dimaksud seyogyanya bukan
permasalahan yang secara teknis metodologik di luar jangkauan PTK. Uraian
permasalahan yang ada hendaknya didahului oleh identifikasi masalah, yang
dilanjutkan dengan analisis masalah serta diikuti dengan refleksi awal sehingga gambaran permasalahan
yang perlu di tangani itu nampak menjadi perumusan masalah tersebut. Dalam
bagian ini dikunci dengan perumusan masalah tersebut. Dalam bagian inipun,
sosok PTK harus secara konsisten tertampilkan.)
C. Tujuan
Penelitian (Tujuan PTK hendaknya dirumuskan secara jelas.paparkan sasaran
antara dan akhir tindakan perbaikan.perumusan tujuan harus konsisten dengan
hakekat permasalahan yang dikemukakan dalam bagian – bagian sebelumnya. Dengan
sendirinya,artikulasi tujuan PTK berbeda dari tujuan formal. Sebagai contoh
dapat dikemukakan PTK di bidang IPA yang bertujuan meningkatkan prestasi siswa
dalam mata pelajaran IPA melalaui penerapan strategi PBM yang baru, pemanfaatan
lingkungan sebagai sumber belajar mengajar dan sebagainya. Pengujian dan/atau
pengembangan strategi PBM baru bukan merupakan rumusan tujuan PTK. Selanjutnya
ketercapaian tujuan hendaknya dapat diverfikasi secara obyektif.Syukur apabila
juga dapat dikuantifikasikan.) Disamping tujuan PTK, juga perlu diuraikan
kemungkinan kemanfaatan penelitian. Dalam hubungan ini, perlu dipaparkan secara
spesifik keuntungan – keuntungan yang dijanjikan, khususnya bagi siswa sebagai
pewaris langsung (direct beneficiaries) hasil PTK, di samping bagi guru
pelaksana PTK, bagi rekan – rekan guru lainnya serta bagi para dosen LPTK
sebagai pendidik guru. Berbeda dari konteks penelitian formal, kemanfaatan bagi
pengembangan ilmu. Teknologi dan seni tidak merupakan prioritas dalam konteks
PTK, meskipun kemungkinan kehadirannya tidak ditolak
D. Manfaat
Penelitian (Menjelaskan manfaat penelitian ini untuk penambahan/pengembangan
wawasan, manfaat aplikasi hasil penelitian bagi keberhasilan pembelajaran
siswa, bagi guru, sekolah dan mungkin pihak lain yang relevan dengan
pemanfaatan hasil penelitian ini)
BAB II. LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN
HIPOTESIS
A. Tinjauan
Pustaka (Pada bagian ini diuraikan landasan substantive dalam arti teoritik
dan/atau metodologik yang dipergunakan peneliti dalam menentukan alternative,
yang akan diimplementasikan. Untuk keperluan itu, dalam bagian ini
diuraikan kajian baik pengalaman
peneliti pelakju PTK sendiri nyang relevan maupun pelaku – pelaku PTK lain
disamping terhadap teori – teori yang lazim termuat dalam berbagai kepustakaan.
Argumentasi logic dan teoretik diperlukan guna menyusun kerangka konseptual.
Aras kerangka konseptual yang disusun
itu, hipotesis tindakan dirumuskan.)
B. Kerangka
Pemikiran
C. Hipotesis
Tindakan
BAB III METODE
PENELITIAN
(CARA
PENELITIAN
)
A. Setting
Penelitian Pada bagian ini disebutkan di mana penelitian tersebut dilakukan, di
kelas berapa dan bagaimana karakteristik dari kelas tersebut seperti komposisi
siswa pria dan wanita, latar belakang kemampuan akademik,
kesulitan-kesulitan/kendala-kendala yang dihadapi siswa dalam pembelajaran,
latarbelakang sosial dan ekonomi yang mungkin relevan dengan permasalahan dan
lain sebagainya. Aspek substantive kompetensi dan permasalahan yang dihadapi
siswa dalam mata pelajaran pada kelas yang diteliti seperti IPA atau IPS atau
Matematika kelas II SMP, juga dikemukakan pada bagian ini.
B. Subjek
Penelitian (Pada bagian ini dijelaskan jumlah dan deskripsi siswa)
C. Variabel
Penelitian (faktor yang diselidiki) Pada bagian ini ditentukan variabel – variabel
penelitian yang dijadikan titik – titik incar untuk menjawab permasalahan yang
dihadapi. Variabel tersebut dapat berupa (1) variabel input yang terkait dengan
siswa, guru, bahan pelajaran, sumber belajar, prosedur evaluasi, lingkungan
belajar, dan lain sebagainya; (2) variabel proses pelanggaran KBM seperti
interaksi belajar-mengajar, keterampilan bertanya, guru, gaya mengajar guru,
cara belajar siswa, implementasi berbagai metode mengajar di kelas, dan
sebagainya, dan (3) varaibel output seperti rasa keingintahuan siswa, kemampuan
siswa mengaplikasikan pengetahuan, motivasi siswa, hasil belajar siswa, sikap
terhadap pengalaman belajar yang telah digelar melalui tindakan perbaikan dan
sebagainya.
D. Teknik
pengumpulan data (Data dan Cara Pengambilannya) Pada bagian ini ditunjukkan
dengan jelas jenis data yang akan dikumpulkan yang berkenaan dengan baik proses
maupun dampak tindakan perbaikan yang di gelar, yang akan digunakan sebagai
dasar untuk menilai keberhasilan atau kekurangberhasilan tindakan perbaikan
pembelajaran yang dicobakan. Format data dapat bersifat kualitatif,
kuantitatif, atau kombinasi keduanya. Di samping itu teknik pengumpilan data
yang diperlukan juga harus diuraikan dengan jelas seperti melalui pengamatan
partisipatif, pembuatan juranal harian, observasi aktivitas di kelas (termasuk
berbagai kemungkinan format dan alat bantu rekam yang akan
digunakan)penggambaran interaksi dalam kelas (analisis sosiometrik), pengukuran
hasil belajar dengan berbagai prosedur asesmen dan sebagainya.selanjutnya dalam
prosedur pengumpulan data PTK ini tidak boleh dilupakan bahwa sebagai pelaku
PTK, para guru juga harus aktif sebagai pengumpul data, bukan semata – mata
sebagai sumber data. Akhirnya semua teknologi pengumpulan data yang digunakan
harus mendapat penilaian kelaikan yang cermat dalam konteks PTK yang khas itu. Sebab meskipun mungkin
saja memang menjanjikan mutu rekaman yang jauh lebih baik. Penggunaan teknologi
perekaman data yang canggih dapat saja terganjal keras pada tahap tayang ulang
dalam rangka analisis dan interpretasi data.
E. Indikator
Kinerja (Pada bagaian ini tolak ukur keberhasilan tindakan perbaikan ditetapkan
secara eksplisit sehingga memudahkan verifikasinya untuk tindak perbaikan
melalui PTK yang bertujuan mengurangi kesalahan konsep siswa misalnya perlu
ditetapkan kriteria keberhasilan dalam bentuk pengurangan (jumlah, jenis dan
atau tingkat kegawatan) miskonsepsi yang tertampilkan yang patut diduga sebagai
dampak dari implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud.)
F. Analisis
Data (Pada bagian ini menjelaskan teknik, tata cara/prosedur dalam menganalisis
data, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Bentuk/jenis data dan uji
statistic yang digunakan juga dijelaskan, misalnya rumus uji statistic dan
lain-lainnya)
G. Prosedur
Penelitian (langkah-langkah PTK) Pada bagian ini digambarkan rencana tindakan
untuk meningkatkan pembelajaran, seperti : (1) Perencanaan, yaitu persiapan
yang dilakukan sehubungan dengan PTK yang diprakarsai seperti penetapan entry
behavior. Pelancaran tes diagnostic untuk menspesifikasi masalah. Pembuatan
scenario pembelajaran, pengadaan alat–alat dalam rangka implementasi PTK, dan
lain–lain yang terkait dengan pelaksanaan tindakan perbaikan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Disamping itu juga diuraikan alternatif solusi yang akan
dicobakan dalam rangka perbaikan masalah, (2) Implementasi Tindakan yaitu
deskripsi tindakan yang akan di gelar. Scenario kerja tindakan perbaikan dan
prosedur tindakan yang akan diterapkan, (3) Observasi dan Interpretasi yaitu uraian
tentang prosedur perekaman dan penafsiran data mengenai proses dan produk dari
implementasi tindakan perbaikan yang dirancang, dan (4) Analisis dan Refleksi
yaitu uraian tentang prosedur analisis terhadap hasil pemantauan dan refleksi
berkenaan dengan proses dan dampak tindakan perbaikan yang akan digelar,
personel yang akan dilibatkan serta kriteria dan rencana bagi tindakan
siklus/daur berikutnya. Siklus keempat langkah di atas digambar sebagai berikut
:
Pengumpulan data Observasi
Strategi pembelajaran
Menyusun rencana dan skenario
Refleksi
Melakukan tindakan selanjutnya
BAB IV HASIL
PENELITIAN
A. Siklus
I
B. Siklus
II
C. Siklus III
D. Siklus
berikutnya (jika ada)
E.
Pembahasan antar siklus
Uraian tiap siklus meliputi: (a) Perencanaan tindakan (Skenario
pembelajaran), (b) Pelaksanaan tindakan (deskripsi proses pembelajaran), (c)
Pelaksanaan observasi (sajian hasil analisis data), dan (d) Refleksi (kajian
terhadap indikator kinerja terhadap hasil dan proses pembelajaran dan analisis
kritis hasil tiap siklus). ALUR BERPIKIR DALAM PTK
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
E. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Berikut kami sajikan judul2 contoh PTK yang
mudah2an akan bisa menginspirasi judul PTK anda nantinya
CONTOH JUDUL PTK
1. CONTOH
KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
BAHASA INGGRIS
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBAHASA MEMBACA
SISWA KELAS VII B SMP NEGERI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PBL TEKNIK BERCERITA
2.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
BAHASA INDONESIA
PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBAWAKAN ACARA
DALAM AKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN PENDEKATAN LESSON STUDY PADA
PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMPN
3.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
PKn
PEMBELAJARAN PKn MENGGUNAKAN METODE
PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA PADA KOMPETENSI DASAR BUDAYA DEMOKRASI
4.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
BIOLOGI
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF
GROUP INVESTIGATION DENGAN PENDEKATAN SALINGTEMAS
(SAINS-LINGKUNGAN-TEKNOLOGI-MASYARAKAT) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KERJA
ILMIAH DAN HASIL BELAJAR KOGNITIF BIOLOGI SISWA KELAS X SMA NEGERI
5.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
FISIKA
PENERAPAN PEMBELAJARAN FISIKA DENGAN THE 5
E LEARNING CYCLE MODEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERTANYA GURU DAN SISWA
SERTA PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VII E SMP Negeri
6.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 6
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
KIMIA
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR DAN MOTIVASI
BELAJAR SISWA YANG DIAJAR DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL, PROBLEM
SOLVING DAN STAD PADA MATERI HIDROLISIS GARAM PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI
TAHUN AJARAN 2007/2008
7.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 7
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
MATEMATIKA
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PARTISIPATIF SISWA KELAS VII-A UPTD SMP NEGERI
8.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 8
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENGGUNAAN METODE BERMAIN PERAN PADA
PEMBELAJARAN SEJARAH ISLAM UNTUK MENINGKATKAN PENGHAYATAN TERHADAP AJARAN ISLAM
DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI SISWA KELAS 2 SMP NEGERI
9.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 9
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
IPS GEOGRAFI
PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF DENGAN
MODEL GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR
SISWA KELAS XI SMA
10.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 10
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
KIMIA
UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
PADA MATA PELAJARAN KIMIA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE
DI KELAS VII-F SMP NEGERI
11.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 11
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
IPS SEJARAH
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN
MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PARTISIPATIF PADA MATA PELAJARAN SEJARAH DI
KELAS XI.IPS.2
12.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 12
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
IPS EKONOMI
PENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MASALAH
EKONOMI INTERNASIONAL PADA MATA PELAJARAN EKONOMI TERHADAP SISWA KELAS XII-IS
SMA NEGERI SEMESTER I MELALUI PENERAPAN METODE BERVARIASI
13.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 13
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
IPS SOSIOLOGI
PENERAPAN PENDEKATAN KOLABORATIF MURDER
DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SOSIOLOGI PARA SISWA KELAS XI
IPS1 SMAN
14.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 14
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
TAMAN KANAK-KANAK
INTEGRASI OUTDOOR LEARNING DAN INDOOR
LEARNING DALAM MENINGKATKAN KEMANDIRIAN ANAK DI TK XXXXX
15.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 15
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
IPA BIOLOGI
PENINGKATAN PEMAHAMAN SISWA KELAS 3 SMP
NEGERI TERHADAP KONSEP KELANGSUNGAN HIDUP ORGANISME MELALUI PENDEKATAN INKUIRI
TERPIMPIN
16.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 16
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) MATEMATIKA
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA
MATERI BANGUN DATAR SEGI EMPAT MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN
PARTISIPATIF SISWA KELAS 2 SMP NEGERI
17.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 17
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP HUKUM BACAAN
NUN MATI DAN TANWIN SERTA MIM MATI MELALUI PENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
SISWA KELAS 1 PADA SMP NEGERI
18.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 18
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
PENDIDIKAN JASMANI (PENJAS)
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN DALAM
PENGUASAAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA MENGGANTUNG (SCHNEPER) MELALUI METODE
DRILL SISWA KELAS X 2 SEMESTER 1 SMA NEGERI
19.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 19
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK ) BAHASA
JAWA
UPAYA MENINGKATKAN APRESIASI SASTRA JAWA
PENGENALAN TOKOH WAYANG DENGAN CARA PERMAINAN DALANG SEBAGAI PANCADAN PADA
SISWA KELAS IX A SMP NEGERI
20.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 20
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
IPA
DENGAN MELALUI SIMULASI PERMAINAN DADU YANG
UNIK AKAN MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI SMP
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 21
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
BAHASA INDONESIA
PEMANFAATAN MEDIA TELEVISI UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KEMAMPUAN BERBICARA SISWA KELAS IXE SMP NEGERI 1
21.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 22
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
IPA FISIKA
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP
KONSEP GELOMBANG MEKANIK MELALUI PENDEKATAN KOOPERATIF MODEL TGT MENGGUNAKAN
FIGJIG PADA KELAS III IPA SMA NEGERI
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 23
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
BAHASA INGGRIS
PENERAPAN STRATEGI MIND MAPPING UNTUK
MENINGKATKAN KOMPETENSI BERBICARA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS XI IPA1 SMA NEGERI
22.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 24
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
PKn
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING
(BERMAIN PERAN) DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN MAKNA KETERBUKAAN DALAM KEHIDUPAN
BERBANGSA DAN BERNEGARA PADA SISWA KELAS XI IPA-1 SMA
23.
CONTOH KARYA TULIS ILMIAH (KTI) : 25
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( PTK )
SENI TARI
IMPLEMENTASI TUTOR SEBAYA UNTUK
MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR TARI PUSPAWRESTI PADA SISWA KELAS
VIII D SEMESTER GANJIL SMP NEGERI
24. PROP.
PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN GAIRAH BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS
DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR
25. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN. KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD MELALUI
PERANAN HADIAH SEBAGAI PERANGSANG TIMBULNYA KOMPETENSI
26.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA
MENINGKATKAN KEDISPLINAN SISWA MELALUI PENERAPAN HUKUMAN
27.
PROP. PENELITIAN UPAYA MEMINIMALKAN
MISKONSEPSI DAN MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP-KONSEP IPA MELALUI PEMBELAJARAN
KONSTRUKTIVISTIK BAGI SISWA KELAS IV SD
28.
PROP. PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN
PRESTASI BELAJAR IPA SI SD DENGAN PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES
29.
PROP. PENELITIAN UPAYA MENGATASI KESULITAN
BELAJAR MELALLUI PEMBERIAN BIMBINGAN BELAJAR DI SD WANAGIRI KAB. KULON PROGO YK
30.
PROP. PENELITIAN PENINGKATAN KEDISPLINAN
SISWA MELALUI KETELADANAN GURU SD NEGERI PRAWIROTAMAN
31.
PROP. PENELITIAN T. KELAS UPAYA
MENINGKATKAN PEMAHAMAN MATA PELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN
32.
PROP. PENELITIAN PENGARUH PERILAKU ANAK
YANG MENYIMPANG TERHADAP KEBERHASILAN PROSES PEMBELAJARAN DI SDN DUKUH II YK
PADA MURID KELAS I CAWU 2 TH PELAJARAN 2001/2002
33.
KARYA TULIS PENDIDIKAN MENYAMBUT KBK
34.
USULAN PENELITIAN PTK UPAYA MENINGKATKAN
PEMBELAJARAN FISIKA PADA SEKOLAH SLTP MELALUI OPTIMALISASI KEGIATAN
LABORATORIUM BERBASIS COOPERATIVE LEARNING SEBAGAI IMPLEMENTASI KBK
35.
LAPORAN HASIL OBSERVASI KELAS DI SDN KOKAP
PENCIPTAAN IKLIM BELAJAR YANG MENUNJANG
36.
PERKEMBANGAN MANUSIA DAN PENDIDIKAN
37.
LAPORAN HASIL UJI COBA TES DI SDN SEJATI
SUMBERARUM MOYUDAN SLEMAN
38.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN
BERTANYA SISWA SD DALAM MENINGKATKAN PROSES BELAJAR MENGAJAR MATEMATIKA
39.
PROP. PENELITIAN T. KELAS PERANAN
PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH
PELAJARAN 2001/2002
40.
PROP. PENELITIAN T. KELAS UPAYA
MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA
41.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA
MENGAKTIFKAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MELALUI PENDEKATAN RANI
42.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI
PEMBELAJARAN KOOPERATIF LEARNING UNTUK MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS
IV SDN I MADUKARA
43.
PROP. PENELITIAN PERANAN PENGUATAN DALAM
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA
44.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA
MENINGKATKAN MINAT DAN MOTIVASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI METODE
CERAMAH BERVARIASI SISWA KELAS V CAWU I DI SDN 2 KARANGTURI MREBET PURBALINGGA
45. PENINGKATAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA SECARA EFEKTIF
46.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN EKSPLORATORY DISCOVERY
47.
LAPORAN PROPOSAL PENELITIAN PERANAN MEDIA
DALAM MENINGKATKAN KETRAMPILAN MEMBACA DI KELAS RENDAH
48. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENUMBUHKAN BAKAT DAN KREATIVITAS SISWAKELAS IV
SDN WANADADI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY LEARNING
49.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA
MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN
METODE LABORATORY
50.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD MELALUI
PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT
51.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN
PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SD MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA SECARA EFEKTIF
52.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BAHASA INDONSESIA SD DENGAN
MENGEFEKTIFKAN PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI
53.
USULAN PENELITIAN TINDAK KELAS PENINGKATAN
MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN PPKN. MELALAUI MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS PORTOPOLIO DI KELAS 11 – a SLTPN 12 BANDUNG
54.
PRPOSALPENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA
MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN QUANTUM TEACHING
55.
PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA
MENINGKATKAN KEAKTIFAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI SD MELALU PENDEKATAN
INKUIRI
56.
PROPOSAL PENELITIAN UPAYA MENINGKATAKAN
KREATIVITAS SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME
57. PROPOSAL
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN
IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI
58.
PROPOSAL UPAYA MENINGKATKAN EFEKTIFITAS
PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI PELAJARAN MUATAN LOKAL DI SDN PERCOBAAN 4
WATES
59.
PROPOSAL PENELITIAN TINDAK KELAS UPAYA
MENGOPTIMALKAN BIMBINGAN KONSELING DI SD UNTUK MENGATASI KESULITAN BELAJAR ANAK
60. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN ALAT PERAGA TERHADAP PENINGKATAN MINAT
BELAJAR MATEMATIKA
61.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA LISAN (BERBICARA) MELALUI METODE SOSIODRAMA
62.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA
MENGATASI KESULITAN BELAJAR MEMBACA MELALUI PENGINTEGRASIAN PERMAINAN DALAM
PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA
63.
PROP. PENELITIAN T. KELAS PERANAN
PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH
PELAJARAN 2001/2002
64.
PROP. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN
MURID DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DITINJAU DARI PENGGUNAAN MEDIA DAN
KONDISI KELAS PADA SEKOLAH DASAR
65.
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI
PERPUSTAKAAN DAPAT MENINGKATKAN BELAJAR BAGI SISWA DI KELAS IV
66. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI
KETELADANAN GURU SDN I BANDINGAN
67. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI MATA PELAJARAN MATEMATIKA
MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN MASTERY
68. PROP.
PENELITIAN UPAYA MENGATASI KESULITAN BELAJAR MELALUI PEMBERIAN BIMBINGAN
BELAJAR DI SD WANIGIRI KAB. KULON PROGO YK
69. PROP.
PENELITIAN EFEKTIVITAS PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI GUNA MENINGKATKAN KEMAMPUAN
MENULIS KARANGAN BAHASA INDONESIA SISWA KELAS IV SDN PUJOKUSUMAN III YK
70. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS MENINGKATKAN KETRAMPILAN SISWA MELALUI OPTIMALISASI
PERPADUAN HANDS-ON DAN MINDS-ON MENGGUNAKAN KIT IPA DALAM PEMBELAJARAN IPA DI
SDN GUMIWANG
71. PROP.
PENELITIAN UPAYA MENGATASI MASALAH BELAJAR SISWA KELAS III MELALUI BIMBINGAN
BELAJAR DI SDN KARANGKOBAR I
72. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA DENGAN
PENDEKATAN (STM) SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT
73. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN. KELAS PERANAN HADIAH SEBAGAI PERANGSANG TIMBULNYA
KOMPETISI DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA SD
74. PROP.
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEAKTIFAN MURID DALAM KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR
DITINJAU DARI PENGGUNAAN MEDIA DAN KONDISI KELAS PADA SEKOLAH
75. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN METODE INKUIRI DAN ALAT PERAGA TIGA DIMENSI
DALAM PENINGKATAN PRESTASI PEMBELAJARAN IPA DI KELAS IV SD
76. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DI KELAS IV
SDN I BABADAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOSTRUKTIVISME
77. PROP.
PENELITIAN T. KELAS PERANAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD
MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH PELAJARAN 2001/2002
78. FAKTOR-FAKTOR
YANG MEMEPNGARUHI MINAT SISWA KELAS I SMK PIRI I YK DALAM PEMILIHAN PROGRAM
79. PERANAN
MOTIVASI GURU DALAM PENGGUNAAN ALAT OLAHRAGA UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI SISWA
DI SD
80. PROP.
PENELITIAN T. KELAS PERANAN PENGGUNAAN METODE CERAMAH DAN TANYA JAWAB TERHADAP
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN IPS TERPADU KELAS VI CAWU I SD
MUHAMMADIYAH 4 SURAKARTA TH PELAJARAN 2001/2002
81. PROP.
PENELITIAN PENGARUH PERILAKU ANAK YANG MENYIMPANG TERHADAP KEBERHASILAN PROSES
PEMBELAJARAN DI SDN DUKUH II YK PADA MURID KELAS I CAWU 2 TH PELAJARAN
2001/2002
82. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA DENGAN PENDEKATAN
KOMUNIKATIF
83. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR BAHASA INDONESIA
DENGAN PENDEKATAN TERPADU SISWA KELAS II-B SDN WONOLELO I TH 2003/
84. PROP.
LAPORAN HASIL UJI COBA TES DI SDN SANGKARAYU MBREBET PURBALINGGA
85. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN KEWIBAWAAN GURU DALAM MENINGKATKAN
KEDISPLINAN
86. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT BELAJAR PPKN DENGAN KBK PADA
SISWA KELAS IV SDN JATI II KEC. SAWANGAN KAB. MAGELANG TH 2003/
87. PROP.
UPAYA PENINGKATAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS SEBAGAI PELAJARAN
MUATAN LOKAL DI SDN PERCOBAAN 4
88. PROP.
KELAS MELALUI PERPUSTAKAAN DAPAT MENINGKATKAN BELAJAR BAGI SISWA DI KELAS
89. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS PERANAN ALAT PERAGA TERHADAP PENINGKATAN MINAT
BELAJAR
90. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI
PENGGUNAAN MEDIA PENGAJARAN (ALAT PERAGA
91. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA KELAS IV SDN
KUTAYASA I DALAM PEMBELAJARAN IPA DENGAN METODE DISKOVERI-INKUIRI
92. PROP.
PENELITIAN UPAYA KEAKTIFAN SISWA BELAJAR IPA KELAS IV SD PESANGKALAN II MELALUI
PENDEKATAN KETRAMPILAN PROSES
93. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN
MEDIA PENGAJARAN DI SD GONDANGSARI IV KELAS
94. PROP.
PENELITIAN MENINGKATKAN GAIRAH BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS DENGAN
MENGGUNAKAN MEDIA
95. LAPORAN
HASIL OBSERVASI PENATAAN KELAS DI TK ABA GODONGKUNING
96. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN BAHASA
INDONESIA SISWA KELAS IV SDN PUCANG 02 BANJARNEGARAMELALUI PENGGUNAAN MEDIA
GAMBAR SERI
97. PEMBELAJARAN
BAHASA TERPADAU DAPAT MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBSA SISWA SD DI KELAS 2 SDN
WANOLELO I SAWANGAN MAGELANG
98. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI KEMAMPUAN BERBICARA SISWA
MELALUI METODE DISKUSI DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA KELAS V SDN BONGKOT
99. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP
MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN METODE
100. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR IPA MELALUI
METODE QUANTUM
101. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DENGAN
PEMBERIAN
102. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN DAYA KREATIVITAS PADA ANAK SD
MELALUI METODE PEMBERIAN
103. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS LANJUT MELALUI
MEDIA GAMBAR
104. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS EVALUASI EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN
PKPS DI KELAS V SDN
105. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MELALUI BIMBINGAN
KARIR DI SDN KEDUNG POMAHAN DESA KEDUNG POMAHAN KEC. KEMIRI KAB.
106. UPAYA
MENINGKATKAN PENERAPAN KONSEP PELAJARAN PPKN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN
BERBASIS PORTOFOLIO DENGAN PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT
107. UPAYA
MENIMBULKAN KEANTUSIASAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA INDONESIA DI
SD MELALUI METODE QUANTUM TEACHING
108. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENGATASI KENAKALAN ANAK YANG MENCARI PERHATIAN
DI KELAS II SDN NGUPASAN PURWOREJO DENGAN BIMBINGAN MORAL
109. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA PENINGKATAN KREATIVITAS SISWA MELALUI BIMBINGAN
KARIR DI SDN KRAKITAN III KEC. BAYAT KAB.
110. MAKALAH
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA BELAJAR EKONOMI
MELALUI METODE PEMBERIAN TUGAS TERSTRUKTUR PRAPEMBELAJARAN
111. PROP.
PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR IPA DENGAN PENDEKATAN
KETRAMPILAN PROSES DI SD PLIPIR PURWOREJO
112. PENELITIAN
TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MINAT SISWA TERHADAP PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI
PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING
113. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGUNGKAPKAN PENDAPAT
DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA DENGAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN
JATIMULYO KEBUMEN
114. PROP.
PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN KUALITAS PEMBELAJARAN IPA MELALUI PENDEKATAN
KETRAMPILAN PROSES
115. PROP.
PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN BERBAHASA LISAN SISWA KELAS V SD MI
MAARIF AMBARKETAWANG MENGGUNAKAN METODE DISKUSI TH PELAJARAN 2004/
116. PROP.
PENELITIAN UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA MELALUI CARA REPETITIF ATAU
PENGULANGAN DALAM PELAJARAN MATEMATIKA – 03/04
98. PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS
PENINGKATAN KEBERWACANAAN MELALUI EFEKTIVITAS SASTRA SISWA KELAS III SD
117. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS MELALUI ALAT PERAGA GAMBAR UNTUK MENINGKATKAN MINAT
BELAJAR MEMBACA PERMULAAN SISWA KELAS II SDN I
118. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN BELAJAR MENGAJAR YANG EFEKTIF
DALAM PEMBELAJARAN IPA DI KELAS VI DENGAN SISTEM CARA BELAJAR SISWA AKTIF (CBSA
119.
PROP. PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN KETRAMPILAN MENULIS SISWA DI
KELAS V SD MELALUI PEMBELAJARAN HOLISTIK
120. PROP.
PENELITIAN TINDAKAN KELAS UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA MELALUI
PEMBERIAN PENGUATAN DI SDN I
121. PROP.
PENELITIAN UPAYA GURU UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGARANG DENGAN MEDIA
GAMBAR BERSERI DI SDN BAPANGSARI PURWOREJO
122. Penerapan
Model PBL pada Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan Kompetensi dan Kemampuan
Berpikir Kritis Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Singaraja Tahun Pelajaran 2006/2007
123.
Pengembangan Model Keterampilan Proses
Berbasis Kompetensi untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Produk Pembelajaran
Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar
124.
Implementasi Metode Pembelajaran SQ3R
Berbantuan LKS untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Kimia Siswa Kelas X SMA
Negeri 4 Singaraja
125.
Penerapan Pengajaran Konseptual Interaktif
dan Pemecahan Masalah untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas X3
SMA Negeri 3 Singaraja
126.
Implementasi Strategi 5E dengan Bahan Ajar
Bermuatan Perubahan Konseptual sebagai Upaya Mengubah Miskonsepsi, dan
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMPN 6 Singaraja
127.
Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dalam
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Diklat Menyiapkan, Menyajikan Minuman
Non-Alkohol Siswa II A1 SMKN 2 Singaraja
128.
Pemberdayaan Prior Experience dalam
Pembelajaran Modul Praktikum dengan Model Experential Learning sebagai upaya
Meningkatkan Kompetensi Sains Siswa SMPN 2 Singaraja
129.
Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis
Masalah dengan Penilaian Berbasis Kelas untuk Meningkatkan Kompetensi Fisika
Siswa Kelas II SMP Negeri 2 Singaraja
130.
Penggunaan Pendekatan Kontekstual Berbasis
Inkuiri Bermedia Karikatur untuk Meningkatkan Keterampilan Berbicara dan
Menulis Siswa SMP Lab. IKIP Singaraja
131.
Implementasi Model Pembelajaran Inkuiri
Terpimpin dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar pada Siswa
Kelas X SMA Negeri 2 Singaraja
132.
Implementasi Pendekatan Matematika Realistik
Berbantuan LKS dengan Model Pembelajaran Kooperatif TPS dalam Meningkatkan
Motivasi dan Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP
133.
Implementasi Teori Belajar Action, Process,
Object, Schema dengan Menggunakan Pendekatan Siklus: Activities, Class-Discussion,
Exercise untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematika Siswa SMP
134.
Implementasi Model Pembelajaran Reasoning
and Problem Solving Berbasis Open-Ended Problem untuk Meningkatkan Kompetensi
Penalaran dan Komunikasi Matematika Siswa Kelas VII SMP Negeri 2 Singaraja
135.
Pengembangan Model Pembelajaran Fisika
Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kreativitas Siswa SMP Negeri 38 Semarang
Tahun Pelajaran 2006/2007
136.
Peningkatan Penguasaan EYD Karangan Narasi
dengan Teknik Koreksi Teman Sebaya Siswa Kelas VI SD Anjasmoro 02 Semarang
137.
Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemahaman
Konsep Fisika dengan Metode Presentasi Siswa Kelas Imersi SMP 1 Magelang Tahun
Pembelajaran 2006/2007
138.
Upaya Meningkatkan Pencapaian Kompetensi Dasar
Pelajaran PKPS melalui Program Pembiasaan Siswa Kelas IV SD Negeri 2
Karanggedang Tahun Pelajaran 2006/2007
139.
Efektivitas Problem Solving dengan
Memanfaatkan Alat Peraga dalam Pembelajaran Geometri di Kelas VIII B SMP Negeri
2 Demak Tahun 2006
140.
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Konsep
Peluang melalui Pendekatan Kontekstual pada Siswa Kelas XI MA Mualimat NW
Pancor Lombok Timur NTB
141.
Peningkatan Daya Berpikir Kritis Siswa
terhadap Kondisi Lingkungannya melalui Penggunaan Peta Konsep pada Pembelajaran
Sosiologi Kelas VII SMPN 1 Aikmel
142.
Strategi Manajemen Saluran Penanganan
Bimbingan dan Konseling untuk Meningkatkan Kemandirian dan Tanggung Jawab pada
Siswa SMPN 1 Selong
143.
Pembelajaran Berbasis Masalah sebagai Upaya
Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas I Madrasah Aliyah Negeri
Selong
144.
Upaya Meningkatkan Kemampuan Reading
Comprehension Siswa Kelas X2 SMA PGRI 1 Lubuk Linggau dengan Menggunakan
Pendekatan Genre-Based Approach
145.
Kolaborasi Pendekatan Struktural dengan
Pendekatan Kontekstual Melalui Metode Diskusi dalam Mengoptimalisasikan
Pembelajaran Apresiasi Puisi Siswa Kelas VIII MTsN Lubuk Linggau
146.
Peningkatan Kemampuan Mengapresiasi Unsur
Instrinsik Dongeng Melalui Teknik Bercerita Siswa Kelas 5 SD Negeri 4 Lubuk
Linggau
147.
Peningkatan Kemampuan Menulis Paragraf
Narasi Siswa Kelas XI SMA Negeri 4 Lubuk Linggau Melalui Pengintegrasian Metode
Clustering dan Journalist's Questions
148.
Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA/Sains
Siswa Kelas IV dengan Pendekatan Kontekstual pada Sekolah Dasar Negeri 6
Matangglumpangdua Kecamatan Peusangan
149.
Upaya Menuntaskan Indikator Pembelajaran
Siswa dengan Model Direct Instruction Konsep Tata Surya Mata Pelajaran IPA -
Fisika (Studi pada Siswa Kelas I-1 SMPN 12 Langsa)
150.
Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah
melalui Pendekatan Matematika Realistik di Kelas 7 SMPN 1 Kotamadya Bengkulu
151.
Meningkatkan Keterampilan Menulis Wacana
Argumentasi Siswa Kelas X SMA Negeri 8 Kota Bengkulu dengan Metode Investigasi
Kelompok
152.
Pengkombinasian Problem Possing dan
Cooperative Learning untuk Pengajaran Matematika di Kelas Unggul pada SMP
Rintisan Sekolah Standar Nasional
153.
Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa
Kelas I-B SMPN 5 Kendari Melalui Model Kooperatif Tipe Think-Paire-Share
154.
Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan
Hasil Belajar Siswa Kelas III IPA SMA Negeri 8 Kendari Melalui Model
Pembelajaran Inquiri
155.
Meningkatkan Keterampilan Merumuskan
Kesimpulan Melalui Penggunaan Peta Konsep pada Pengelompokan Makhluk Hidup Mata
Pelajaran Sains-Biologi di Kelas VII-1 SMP Negeri 9 Kendari
156.
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw dengan Tongkat Estafet untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Sistem
Pencernaan Makanan (Kaji Tindak di Kelas VIII A SMP Negeri 2 Kendari)
157.
Meningkatkan Kemampuan Siswa Kelas VI SD
Negeri 32 Poasia Kendari dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berbentuk Cerita
Melalui Pendekatan Matematika Realistik
158.
Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika
Pokok Bahasan Statistika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada
Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kendari
159.
Penerapan Model Pembelajaran Advanced
Organizer untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Kimia Siswa XI
Ilmu Alam SMA Negeri 5 Kendari
160.
Efektivitas Model Pembelajaran Rogers dalam
Mengatasi Kesulitas Siswa Memahami Konsep Matematika Pokok Bahasan Bentuk
Pangkat, Akar dan Logaristma di Kelas X Madrasah Aliyah Pesri Kendari
161.
Meningkatkan Pemahaman dan Hasil Belajar
Bangun Ruang Siswa Kelas X SMAN 4 Kendari dengan Menerapkan Model Pembelajaran
Kooperatif
162.
Upaya Pengembangan Pembelajaran Matematika
dengan Pendekatan Raklin dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SD Negeri No. 9
Mandonga
163.
Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Pokok
Bahasan Sistem Gerak Melalui Penerapan Strategi Concept Mapping pada Kelas II.2
SMPN 12 Kendari
164.
Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa dalam
Mempelajari Naratif Teks Melalui Model Pembelajaran Cooperative Learning
165.
Meminimalkan Kesalahan Operasi Hitung
Bentuk Aljabar Siswa Kelas II MTsN Kenali Besar Jambi Melalui Penggunaan Pita
Garis Bilangan
166.
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Keterampilan Menyimak dan Berbicara Bahasa Inggris di SMPN 1 Jember melalui
Learning Community dengan Teknik Permainan Komunikatif
167.
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Menyimak,
Membaca, dan Menulis Bahasa Inggris Siswa SMP 1 Jember melalui Cerita
168.
Pembelajaran Sain Berbasis Proyek (Project Based
Learning) untuk Meningkatkan Academic Skill Siswa MI Miftahul Ulum Serut 02
Jember
169.
Penerapan Metode Pembelajaran Konsultatif
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran Biologi Kelas II SMAN 1
Arjasa Jember
170.
49. Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Matematika pada Materi Aritmetika Sosial Menggunakan Pendekatan Kontekstual
171.
Meningkatkan Pemahaman Siswa SLTPN 8 Jember
tentang Kesebangunan dengan Penemuan Terbimbing (Guide Discovery)
172.
Penerapan Strategi Belajar dengan Model Pembelajaran
Quantum Teaching untuk Meningkatkan Keaktipan Belajar Siswa Prestasi Hasil
Belajar pada Siswa Kelas III di SMA Negeri 3 Jember Tahun Ajaran 2005 – 2006
173.
Peningkatan Image Anak tentang
Tempat-Tempat Jauh (Hubungannya dengan Kehidupan Manusia dan Lingkungan)
melalui Media Gambar dan Group Discussion di SDN Kranjingan 3 Sumbersari-Jember
174.
Peningkatan Pemahaman Konsep-Konsep Biologi
Melalui Strategi M2E (Mapping, Matrix, & Elaboration) pada Siswa Kelas 1
SMP Negeri 5 Banjarmasin
175.
Mengatasi
Miskonsepsi Siswa Kelas III SMPN 24 Banjarmasin pada Materi Ajar Listrik
Dinamis dengan Menerapkan Teknik Pemodelan dalam Setting Pembelajaran Generatif
176.
Meminimalkan Kesalahan Siswa Kelas III-IPA
SMAN 1 Banjarmasin dalam Menyelesaikan Persamaan Trigonometri Melalui Strategi
Konflik Kognitif dan Problem Solving dalam Pembelajaran Kooperatif
177.
Penerapan Model Kooperatif Tipe Team
Accelerated Instruction (TAI) untuk Mengatasi Permasalahan dalam Pembelajaran
Kimia Akibat Heterogenitas Kemampuan Siswa di Kelas X SMA Negeri 2 Banjarmasin
178.
Memanfaatkan Metode Debat Secara Formal
untuk Mengoptimalkan Pemahaman Bioetika pada Pembelajaran Materi Kesehatan
Reproduksi Siswa Kelas XI MAN 1 Banjarmasin
179.
Implementasi Pendekatan Pembelejaran Kooperatif
dalam Pembelajaran Biologi Semester Gasal Tahun Ajaran 2005/2006 untuk
Mengatasi Rendahnya Pemahaman Siswa Kelas IIIB SMPN 21 Banjarmasin
180.
Efektivitas Pembelajaran Kimia Kelas X
Semester I SMA Swadhipa Natar melalui Penerapan Metode Eksperimen Berwawasan
Lingkungan
181.
Meningkatkan Kemampuan Mendengarkan Wacana
Berbahasa Inggris Siswa Kelas XI dengan Text-Based Listening di SMAN I Natar
Lampung Selatan
182.
Meningkatkan Kemampuan Bahasa Inggris Siswa
Kelas VII SMPN 5 Bandar Lampung melalui Pendekatan Kontekstual (Contextual
Teaching and Learning)
183.
Pembelajaran Bahasa Inggris dengan
Memanfaatkan Aneka Sumber Belajar di SMPN I Pugung Kabupaten Tanggamus
184.
Implementasi Model Pembelajaran Berbasis
Portofolio untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Biologi Siswa
Kelas X Semester 1 SMA YP UNILA Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2005/2006
185.
Pengembangan Model Pembelajaran Matematika
Realistik untuk Meningkatkan Aktifitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN 27
Ampenan
186.
Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Tanggungjawab
Siswa dalam Proses Pembelajaran PKn Melalui Penggunaan Metode Cooperative
Learning Model Jigsaw di SMP Negeri 2 Mataram Kelas VIII
187.
Meningkatkan Penguasaan Kosa Kata Bahasa
Arab melalui Permainan (Studi di Sekolah Dasar Muhammadiyah 8 KH. Mas Mansur
Malang)
188.
Pembelajaran Contextual Teaching and Learning
(CTL) dengan Model Jigsaw dalam Pembelajaran Sains di Kelas VII SMP Kartikatama
Metro Tahun Pelajaran 2005/2006
189.
Upaya Meningkatkan Motivasi Belajar dan Hasil
Belajar Biologi melalui Pembelajaran Kooperatif (Tipe Pendekatan Struktural
Think-Pair-Share) Siswa SMA Negeri I Metro Tahun Pelajaran 2006/2007
190.
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Biologi
melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Penyelidikan Kelompok pada Siswa Kelas X
SMAN 3 Metro Lampung
191.
Pembelajaran di Luar Kelas dengan Pendekatan
Pemecahan Masalah Bersama untuk Meningkatkan Motivasi Belajar dan Pemahaman
Konsep Lingkungan Siswa Kelas III SDM Kota Metro
192.
Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS
melalui Pendekatan Pembelajaran Kontekstual (CTL) Kelas VII di SMP Negeri 3
Metro Tahun 2005
193.
Pendekatan Contextual Teaching and Learning
(CTL) untuk Mengintegrasikan Nilai-Nilai Imtaq dalam Pembelajaran Biologi di
SMAN 1 Trimurjo Lampung Tengah Tahun Pelajaran 2006/2007
194.
Model Penemuan dan Pemecahan Masalah dengan
Pendekatan Realistik pada Pembelajaran Matematika di SD Pertiwi Teladan Metro
Tahun Pelajaran 2005/2006
195.
Meningkatkan Partisipasi Siswa Kelas VII
SMP Maryam Surabaya dalam Pembelajaran Matematika Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Jigsaw
196.
Penerapan Pembelajaran Berbasis Kerja
Ilmiah pada Konsep Ciri-ciri Makhluk Hidup untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Kelas I SLTP Muhammadiyah 5 Surabaya
197.
Peningkatan Kompetensi Menulis Pengalaman
Siswa Kelas VII F SMP Negeri 2 Gatak Melalui Pola Latihan Berjenjang
77. Peningkatan Peran Aktif dan Motivasi
Belajar Siswa SMP Muhammadiyah Sumbang melalui Pendekatan Keterampilan Proses
dengan Metode Discovery
198.
Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPA
Menggunakan Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAKEM) pada
Siswa Kelas 5 SD Negeri 2 Ledug Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas
199.
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Kelas
VII pada Pelajaran Sejarah melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student
Teams Achievement Devision) di Madrasah Tsanawiyah (MTs) Muhammadiyah
Purwokerto
200.
Upaya Mengembangkan Kemampuan Siswa
Meneliti Sejarah Lokal melalui Model Inkuiri pada Siswa Kelas X SMA Negeri 5
Purwokerto Tahun Ajaran 2006 – 2007
201.
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT
(Teams Game Tournaments) untuk Meningkatkan Kreativitas dan Prestasi Belajar
Matematika (Studi di SMP Negeri 4 Purwokerto)
202. Penerapan
Model Pembelajaran Kooperatif dalam Peningkatan Motivasi dan Partisipasi Siswa
serta Kualitas Hasil Belajar di SMA Negeri II Samarinda
203.
Penerapan Metode Permainan untuk
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika pada Siswa Kelas II Sekolah Dasar
Negeri Jatinegara 05 Pagi Cakung Jakarta Timur
204.
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Matematika dengan Menerapkan Pendekatan Realistik Matematik di SDN Mekarsari 06
Tambun – Bekasi
205.
Implementasi Portofolio Berbasis Asesmen
Autentik untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan hasil Pembelajaran Matematika
di SMA Negeri 1 Sungguminasa Kabupaten Gowa
206.
Penerapan Pembelajaran Berbasis Pemecahan
Masalah yang Diintervensi dengan Peta Konsep untuk Meningkatkan Kualitas
Pembelajaran Kimia di SMU
207.
Efektivitas Pendekatan Cooperative Learning
dalam Meningkatkan Hasil IPA di SDN 62 Pare-Pare
208.
Pembelajaran Bangun Ruang Secara
Konstruktivis dengan Menggunakan Alat Peraga di Kelas V SD Negeri 10 Watampone
209.
Peningkatan Mutu Proses dan Hasil Belajar
Matematika melalui Penerapan Model Pembelajaran Berbasis Masalah pada Siswa
Kelas II SMA Negeri 21 Makassar
210.
Peningkatan Motivasi Belajar Siswa dalam
Mata Pelajaran Biologi melalui Pembelajaran Kooperatif di SMP Negeri 24
Makassar
211.
Model Pembelajaran Seni Rupa di SMU Negeri
2 Malang dengan Penggunaan Desain Media Reproduksi Grafika untuk Mengembangkan
Kreativitas Anak
212.
Penggunaan Model Pembelajaran Siklus
Belajar dan Belajar Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan
Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri I Tumpang – Malang
213.
Aplikasi Pembelajaran Kolaboratif Berbasis
Asesmen Autentik untuk Meningkatkan Pembelajaran PSKn Kelas IV di SDI
Sabilillah Malang
214.
Peningkatan Keterampilan Berbicara Bahasa
Inggris melalui Pendekatan Proses Membaca dalam Membaca Cerita di Kelas 3 SD
Negeri Bendogerit Kota Blitar
215.
Penerapan kegiatan Hands on Activity dan
Modified Discovery-Inquiry pada Mata Pelajaran Biologi untuk Meningkatkan
Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas I SMP Laboratorium Universitas Negeri
Malang
216.
Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
(Cooperative Learning) Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil
Belajar Kimia Siswa Kelas XII SMA Negeri 9 Malang
217.
Pembelajaran Kontekstual dengan Metode
Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir, Hasil dan Motivasi Belajar IPA
pada Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah Wahid Hasyim III Malang
218.
Penggunaan Media Cerita Bergambar Berbasis
Pendekatan Komunikasi Total untuk Meningkatkan Kemampuan Bahasa Anak Tunarungu
Kelas Rendah di SLB Bagian B YPTB Malang
219.
Penerapan Pembelajaran Berdasarkan Masalah
dengan Strategi Kooperatif Model STAD pada Mata Pelajaran Sains untuk
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V MI Jenderal Sudirman
Malang
220.
Pengefektifan Pembelajaran Menulis Cerpen
melalui Pemanfaatan Pertanyaan "Bagaimana Jika …" pada Siswa Kelas X
MAN Malang I
221.
Peningkatan Pemahaman Geografi dengan
Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Kerangka Kurikulum Berbasis
Kompetensi (KBK) di Kelas X SMA Negeri I Batu
222.
Penerapan Metode SQ3R sebagai Upaya untuk
Meningkatkan Tingkat Kemampuan Penguasaan Membaca Pemahaman Siswa Kelas III
SLTP Negeri 27
223.
Implementasi Konseling Perkembangan dalam
Pembelajaran sebagai Model Pembiasaan Perilaku Belajar Siswa SD Negeri 064018
di Medan Sunggal
224.
Upaya Peningaktan Keaktifan Belajar Siswa
melalui Metode Demonstrasi dan Latihan pada Pembelajaran Teknik Tailoring Kelas
II A Semester 3 SMKN 6 Padang
225.
Upaya Meningkatkan Penalaran Fisika Siswa
melalui Penekanan Konsep Esensial dan Peta Konsep di Kelas 2 SMP 7 Padang
226.
Upaya Peningkatan Kemampuan Belajar Siswa
melalui Model Mengajar Perubahan Konseptual pada Mata Pelajaran Sejarah di SMP
Pembangunan KORPRI UNP
227.
Optimalisasi Pemanfaatan Lingkungan sebagai
Sumber Belajar dalam Meningkatkan Aktivitas Bertanya dan Kemampuan Menjelaskan
Konsep dan Prinsip Fisika di Kelas 1 SMA 3 Padang
228.
Upaya Menciptakan Suasana Belajar
Menyenangkan melalui Optimalisasi Jeda Strategis dengan Karikatur Humor pada
Mata Pelajaran Matematika di SMA Negei 7 Padang
229.
Usaha Peningkatan Efektifitas Belajar
Mengajar melalui Pendekatan Penyajian Garis Gerak Perubahan pada Mata Pelajaran
Sejarah di SMA
230.
Pemaksimalan Kompetensi Siswa Kelas X SMA 3
Semarang dengan Pendekatan Penerapan Penelitian dalam Pembelajaran Kimia
231.
Meningkatkan Kompetensi Dasar Siswa Kelas
IX SMP 25 Semarang dalam Pokok Bahasan Lingkaran melalui Penerapan Cooperative
Learning Tipe TGT Bercirikan CTL
232.
Upaya Mengatasi Kesulitan Belajar Kimia
sesuai KBK 2004 di Kelas X SMA Negeri 5 Semarang dengan Model Pembelajaran
Kooperatif STAD
233.
Upaya Meningkatkan Pemahaman Siswa pada
Materi FPB dan KPK dengan Mendayagunakan Alat Peraga dan Serangkaian Pertanyaan
Kognitif di SD Sekaran 01 Semarang
234.
Optimalisasi Pontensi Unggulan Lokal dalam
Pembelajaran Aritmetika Sosial pada Siswa Kelas VII SMPN 9 Semarang, sebagai
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
235.
Penerapan Asesmen Kinerja untuk
Meningkatkan Kompetensi Siswa dalam Kerja Ilmiah pada Pembelajaran PA-Biologi
di SMP Negeri 40 Semarang
236.
Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Konsep
Keanekaragaman Hayati melalui Penerapan Model Investigasi Kelompok di SMA 9
Semarang
237.
Penggunaan Bagan Dikhotomi Konsep sebagai
Pendekatan Kontekstual untuk Meningkatkan Hasil Belajar Keanekaragaman Hewan
pada Siswa Kelas I SMP Negeri 9 Semarang
238.
Pembelajaran Matematika Berbantuan Alat
Peraga untuk Menciptakan Pembelajaran yang Menyenangkan bagi Siswa Kelas 3 SD
Sampangan 04 Semarang
239.
Upaya Menumbuhkan Semangat Siswa Mencapai
Standar Kompetensi dengan Model Pembelajaran Heroik dan Turnamen Matematika SMA
240.
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Apresiasi
Sastra pada Mata Pelajaran Bahasa Daerah di Kelas 7 SMPN 2 Sidoarjo melalui Penerapan
Asesmen Autentik
241.
Pembelajaran Konstruktivisme dalam
Meningkatkan Kemampuan Membaca Pemahaman Siswa Kelas III Madrasah Ibtidaiyah
Darul Ulum
242.
Peningkatan Efektifitas Pembelajaran Anak
Autis melalui Implementasi Pendekatan Individualized Education Program (IEP) di
SDN Inklusif Klampis Ngasem 1-246 Surabaya
243.
Peningkatan Hasil Belajar Pengetahuan
Sosial melalui Pembelajaran Kontekstual Model Berkemah dan Media Pembelajaran
Lingkungan di SD
244.
Penerapan Model Pembelajaran Inquiri dalam rangka
Meningkatkan Penguasaan Konsep Siswa dan Keterampilan Siswa dalam Penemuan
Konsep secara Mandiri di SMPN 21 Surabaya
245.
Meningkatkan Kemampuan Aspek Psikomotor
melalui Pembelajaran Berbasis Laboratorium pada Materi Termokimia di SMA Negeri
1 Jombang
246.
Penerapan Perangkat Pembelajaran Inovatif
dalam rangka Peningkatan Penguasaan Keterampilan Proses Sains pada Siswa Kelas
IV Sekolah Dasar Negeri Kertajaya XIII Surabaya
247.
Penerapan Pembelajaran Kontekstual untuk
Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Fisika Siswa SMPN 3 Porong
248.
Menciptakan Iklim Pembelajaran Sejarah yang
Menyenangkan melalui Snowball Drilling Method
249.
Penerapan Pola Pembelajaran Edutainment
untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa di Kelas XI IPS SMA Negeri 9 Surabaya
250.
Penggunaan Buku Bergambar untuk
Meningkatkan Keterampilan Membaca Cerita Siswa Kelas II SDN Jepara 2 Surabaya
251.
Pembelajaran Interaktif Berbasis Multimedia
dengan Pendekatan Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Peningkatan Keterampilan
Scientifik dalam Mata Pelajaran Fisika di SMUN 1 Depok Slemant Yogyakarta
252.
Upaya Peningkatan Keterampilan Berbicara
Siswa SD Kelas V dalam Mata Pelajaran Bahasa Indonesia dengan Pendekatan
Cooperative Learning
253.
Perbaikan Teknik Menyanyikan Nada-nada
Melodi melalui Teknologi MIDI di SD Negeri Kalasan I – Yogyakarta
254.
Peningkatan Minat Baca Siswa Kelas 1 SMK
Negeri 1 Palangkaraya dalam Pelajaran Bahasa Indonesia Melalui Pemberiaan
Feedback dan Reinforcement
255.
Peningkatan Pembelajaran Menulis dengan Pendekatan
Proses dan Media Gambar di Kelas II SDN Menteng 6 Palangkaraya
256.
Penerapan Pembelajaran Perspektif Pemodelan
Matematika Bermediasi RME untuk Penalaran dan Penguasaan Konsep Statistika bagi
Siswa Kelas II SMUN 3 Palangkaraya
257.
Peningkatan Kualitas Pembelajaran untuk
Melatih Keterampilan Berpikir dalam Proses Ilmiah Melalui Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah di SMA Negeri-1 Palangkaraya
258.
Model Reader Respons untuk Meningkatkan
Minat dan Keberanian Siswa Mengemukakan Tanggapan dalam Pembelajaran Sastra
Sunda di SMA Pasundan 2 Bandung
259.
Pengembangan Strategi Pembelajaran Menulis
dengan Model Menulis Proses dan Penilaian Portofolio di Sekolah Dasar Kabupaten
Sumedang
260.
Peningkatan Prestasi Belajar Membaca
Menulis Permulaan Anak Berkesulitan Belajar Melalui Strategi Pembelajaran
Kooperatif dengan Metode VAKT di SD Permata Hijau Rancaekek Kab. Bandung
261.
Pelaksanaan Pembelajaran Kimia yang
Berorientasi pada Struktur dalam rangka Mengatasi Kesulitan Belajar Siswa SMA
PGRI Cililin Kab. Bandung
262.
Peningkatan Kualitas Pembelajaran
Gejala-Gejala Alam dengan Menggunakan Media Pembelajaran Mock Up di Sekolah
Dasar Negeri Embong 2 Bandung
263.
Optimalisasi Penggunaan Asesmen Otentik
untuk Meningkatkan Kerja Ilmiah Siswa pada Pembelajaran Sains di SDN
Puncakmulya Kecamatan Manonjaya Kabupaten Tasikmalaya
264.
Dramatisasi Cerita Bergambar untuk
Mengembangkan Kompetensi Dasar Berekspresi Sastra di Sekolah Dasar
265.
Pemberdayaan Lingkungan sebagai Sumber
Belajar dalam Upaya Meningkatkan Kompetensi Berbahasa Indonesia Siswa Kelas 4
SD Laboratorium UPI Kampus Cibiru
266.
Peningkatan Partisipasi Siswa dengan Model
Inkuiri Berbasis CTL (Contextual Teaching and Learning) pada Pembelajaran
Kewarganegaraan Kelas XI SMA Negeri 1 Jetis, Bantul Yogyakarta
267.
Pemakaian bahasa Komunikatif untuk
Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Soal Cerita Matematika pda Siswa Kelas 5 SD
Negeri 15 Surakarta
268.
Penggunaan Aktivitas-Aktivitas Model (Model
Activities) dalam Pembelajaran Menulis di Sekolah Dasar.
269.
Penggunaan Software SIG Khusus dengan
Pendekatan Pembelajaran Aktif untuk Mempermudah Penguasaan Kompetensi SIG pada
Pembelajaran Geografi di SMAN I Surakarta
270.
Peningkatan Pembelajaran Aktif pada Mata
Pelajaran Pengetahuan Sosial dengan Teknik Jigsaw di SMP Negeri 17 Palembang
271.
Upaya Meningkatkan Kualitas Pembelajaran
Keterampilan Bahasa Indonesia di SMA Srijaya Negara melalui Penerapan
Cooperative Learning dan Authentic Assessment
272.
Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Biologi
Siswa Kelas II SMP Negeri 52 Palembang melalui Pembelajaran Kooperatif dengan
Teknik Jigsaw
273.
Peningkatan Pemerolehan Bahasa Indonesia
Ragam Tulis Siswa Madrasah Ibtidiyah Aliyah II Palembang melalui Strategi
Kooperatif Integrasi Membaca dan Menulis
274.
Penerapan Strategi Suggestopedia dalam
upaya Meningkatkan Kemampuan Menulis Cerpen Berdasarkan Kurikulum Berbasis
Kompetensi di SMP Negeri 1 Palembang
275.
Peningkatan Kemampuan Berbicara melalui
Teknik Tell Me What You See I pada Siswa Kelas V SD Negeri 210 Palembang
276.
Peningkatan Pemahaman Guru tentang
Pembelajaran Matematika dalam Bahasa Inggris melalui Supervisi Klinis di Kelas
VII Koalisi SMP Negeri 1 Palembang
277.
Penerapan Pembelajaran Matematika dengan
Metode Improve untuk Meningkatkan Pemahaman Matematik dan Aktifitas Belajar
Siswa Kelas 2 Sekolah Menengah (SMA) Negeri I Balaraja Kabupaten Tangerang –
Banten
278.
Penggunaan Alat Peraga Matematika dalam
Upaya Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri 20
Serang
279.
Pemanfaatan Simulasi Komputer sebagai Media
Pembelajaran untuk Mengatasi Miskonsepsi Fisika Konsep Mekanika Siswa Kelas XI
SMA Negeri 5 Palu
280.
Penerapan Teori Bruner untuk Meningkatkan
Pemahaman Siswa SD Karunadipa Palu terhadap Konsep Keliling dan Luas Daerah
Bangun Datar
281.
Penerapan Pendekatan Open-Ended dan PAKEM
(Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan) pada Sub Pokok Bahasan
Operasi Pecahan di Kelas VII SLTP Negeri 1 Palu
282.
Pendekatan Salingtemas dikombinasikan
Pemakaian Multimedia dalam Pembelajaran Kimia kelas X untuk Meningkatkan
Kompetensi Kerja Ilmiah Siswa SMA Negeri 6 Palu
283.
Implementasi Perangkat Model Bangun Ruang
Sisi Lengkung dalam Pembelajaran Pokok Bahasan Tabung, Kerucut dan Bola di
Kelas II SMP Negeri 1 Palu
284.
Peningkatan Kualitas Pembelajaran Kimia di
Madrasah Aliyah Negeri Model Kota Palu Melalui Pendekatan Kontekstual dengan
Mengoptimalkan Kegiatan Pembelajaran di Laboratorium.
285.
Penerapan Pendekatan Struktur Konsep untuk
Peningkatan Pemahaman dan Penerapan Konsep Fisika dalam Mengatasi Miskonsepsi
Siswa SMP Negeri 19 Palu
286.
Pengembangan Instrumen Evaluasi Berbasis
Kelas dalam Pembelajaran Fisika Melalui Optimasi Rubrik Performance Assessment
287.
Penerapan Pendekatan Cooperative Learning
Model Jigsaw untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dalam Pembelajaran
Sejarah (Penelitian Tindakan Kelas di SMA Negeri 2 Dolo)
288.
Implementasi Perangkat Model Geometri
Molekul dalam Pembelajaran Pokok Bahasan Teori Domain Elektro dan Gaya
Antarmolekul di Kelas XI SMU Negeri 1 Palu
289.
Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Media
Komputer Program Interactive Atlas 2002 untuk Meningkatkan Penguasaan Materi
Region Siswa Kelas IX SMPN 4 Sindue
290.
Meningkatkan Kualitas Hasil dan Proses
Pembelajaran Siswa tentang Kinematika Melalui Pembelajaran Multimodel Berbasis
CTL pada Siswa Kelas X SMAN 1 Kabupaten Pontianak
info seputar pendidikan
http://infopendidikankita.blogspot.com