PENDAHULUAN
Penelitian
tindakan sudah sering dilakukan oleh para peneliti, namun hasilnya kurang
dirasakan dampaknya dalam usaha meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas.
Hal ini terutama disebabkan karena penelitian pendidik yang dilakukan oleh
lembaga penelitian permasalahan yang diangkat kurang mengangkat kondisi nyata
yang terjadi di sekolah, kurang berkaitan langsung dengan sumber masalahnya,
mereka kurang memahami, kurang melakukan identifikasi masalah yang ada dan
dirasakan sehari-hari oleh para pendidik di depan kelas. Disamping itu
penyebarluasan hasil penelitian kepada guru (praktisi) sangat jarang dan
memakan waktu yang sangat lama. Para pendidik
sangat berharap ada masukan dari hasil penelitian yang mampu membantu mengatasi
masalah pembelajaran di kelas. Namun belum terwujud, bahkan pendidik sendiri
kemampuan meneliti masih rendah. Rendahnya kemampuan para pelaksana pendidikan
di lapangan sangat berpengaruh positif terhadap upaya untuk meningkatkan
kualitas pendidikan.
Salah satu strategi untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan
memberikan kesempatan kepada para pendidik atau tenaga kependidikan untuk
menyelesaikan masalah-masalah pembelajaran dan lainnya secara profesional dan
kolaboratif lewat penelitian tindakan. Upaya peningkatan kompetensi'pendidik
tenaga kependidikan, untuk menyelesaikan masalah-masalah
pembelajaran akan memberi dampak positif dan ganda. Pertama, kemampuan
dalam mengatasi dan penyelesaikan masalah pembelajaran akan semakin meningkat, kedua,
penyelesaian masalah pembelajaran melalui sebuah investasi akan dapat
meningkatkan kualitas isi, masukan, proses, saranaJprasarana, dan hasil belajar,
ketiga, peningkatan kedua kemampuan tersebut akan bernuansa pada
peningkatan kualitas lulusan.
PENGERTIAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Saat ini PTK sedang berkembang dengan pesatnya di negara-negara maju
seperti Inggris, Amerika , Australia , Canada . Para ahli penelitian pendidikan akhir-akhir ini manaruh
perhatian yang cukup besar terhadap PTK, mengapa demikian ? Karena jenis penelitian
ini mampu menawarkan cara dan prosedur baru untuk memperbaiki dan meningkatkan
profesionalisme pendidik dalam proses belajar mengajar di kelas dengan melihat
pada siswa. Bahkan McNiff (1992 : 1) dalam bukunya yang berjudul Action
Research Principles and Practice memandang PTK sebagai bentuk penelitian yang
reflektif yang dilakukan oleh pendidik sendiri kurikulum, pengembangan sekolah,
meningkatkan prestasi belajar, pengembangan keahlian mengajar dan sebagainya.
Dalam PTK pendidik dapat melihat sendiri terhadap praktek pembelajaran
atau bersamaan guru lain yang ia dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari segi aspek
interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK guru secara refektif dapat
menganalisis mensintesis terhadap apa yang telah dilakukan di kelas. Pendek
kata, dengan melakukan penelitian tindakan, akan dapat memperbaiki
praktek-praktek pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif.
Haruslah
pendidik mengobankan proses pembelajaran demi melakukan PTK? Jawabnya tentu
tidak. Justru dengan melakukan PTK akan dapat meningkatkan kualitas proses dan
produk pembelajarannya. Penelitian tindakan kelas tidak harus membebani
pekerjaan pendidikan dalam, kesehariannya. Jika dilakukan
secara kolaboratif yang bertujuan memperbaiki proses pembelajaran tidak akan
mempengaruhi materi pelajaran. Oleh sebab itu pendidik tidak perlu takut
terganggu dalam mencapai target kurikulumnya jika akan melaksanakan PTK.
Penelitian tindakan kelas juga dapat menjembatani kesenjangan antara teori dan
praktek pendidikan. Hal ini terjadi karena kegiatan tersebut dilaksanakan sendiri,
di kelas sendiri, dengan melibatkan siswanya sendiri melalui sebuah tindakan-tindakan
yang direncakan, dilaksanakan, dan di evaluasi. Dengan
demikian diperoleh umpan balik yang sistematik mengenai apa yang selama ini
dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar. Disamping itu dapat dibuktikan suatu
teori belajar mengajar untuk diterapkan dengan baik di kelas yang ia tekuni.
Jika sekiranya ada teori yang tidak cocok dengan kondisi di kelasnya, melalui
PTK pendidik dapat mengadaptasikan teori lain untuk kepentingan proses dan atau
produk belajar yang lebih efektif, optimal, fungsional. Selanjutnya PTK, dilihat, dirasakan dan dihayati kemudian
muncul pertanyaan apakah praktek-praktek pembelajaran yang selama ini dilakukan
memiliki efektivitas yang tinggi. Jika dengan penghayatannya itu dapat
disimpulkan bahwa praktek-praktek pembelajaran tertentu seperti : pemberian
pekerjaan rumah kepada siswa yang terlalu banyak, umpan balik yang bersifat
verbal terhadap kegiatan di kelas efektif, cara bertanya pendidik kepada siswa
di kelas tidak mampu merangsang siswa untuk berfikir dan sebaliknya maka dapat
dirumuskan secara tentatif tindakan tertentu untuk memperbaiki keadaan tersebut
dengan melalui prosedur PTK.
PTK terkait dengan persoalan praktek pembelajaran sehari-hari yang
dihadapi oleh para guru. Sebagai contoh, jika pendidik menghadapi persoalan
rendahnya minat baca siswa, jika pendidik ini sangat menghambat rendahnya minat
baca siswa, sehingga konsisi ini sangat menghambat pencapaian tujuan kurikuler.
Dengan penelitian tindakan kelas dapat dicoba berbagai tindakan yang berupa
program pembelajaran tertentu, seperti mencoba cerita-cerita lokal, menggunakan
buku yang memiliki cerita lucu, dan sebagainya. Dari program pembelajaran yang
dirancang sebagai bentuk PTK akhirnya guru dapat memperbaiki persoalan
rendahnya minat baca siswanya. Sebaliknya jika sebenarnya siswa telah memiliki
minat baca yang tinggi, akan tetapi tidak dapat memanf'aatkan bahan bacaan secara
tepat, guru juga dapat melakukan PTK untuk mencari dan memilih secara tepat
terhadap kesalahan siswa dalam memanfaatkan bahan bacaan yang kurang
fungsional.
Daur ulang dalam
penelitian tindakan diawali dengan perencanaan tindakan (Planning), penerapan
tindakan (action), mengobservasi, mengevaluasi proses dan hasil
tindakan (observation and evaluation), melakukan refleksi (reflecting),
dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan
tercapai (kriteria keberhasilan).
Beberapa
hal yang perlu dipahami tentang penelitian tindakan kelas.
1.
PTK adalah suatu pendekatan untuk meningkatkan pendidikan
dengan melakukan perubahan terhadapnya dan pembelajaran sebagai konsekuensi
terjadinya perubahan.
2.
PTK adalah partisipatori, melibatkan
orang yang melakukan kegiatan untuk meningkatkan praktiknya sendiri.
3. PTK dikembangkan melalui
suatu self-reflective
spiral; a spiral of cycles of plunning, acting, observing, reflecting.. the re
planning.
4.
PTK adalah kolaboratif, melibatkan partisipan bersama-sama
bergabung untuk mengkaji praktek dan mengembangkan pemahaman tentang makna
tindakan.
5.
PTK menumbuhkan kesadaran diri mereka yang berparsipasi dan
berkolaborasi dalam seluruh tahapan PTK.
6.
PTK adalah proses belajar yang sistematik, dalam proses
tersebut menggunakan kecerdasan kritis membangun komitmen melakukan tindakan.
7.
PTK memerlukan orang untuk membangun teori tentang praktek
mereka (Guru).
8.
PTK memerlukan gagasan dan asumsi ke dalam praktek untuk
mengkaji secara sismatik bukti yang menantangnya (memberikan hipotesis
tindakan).
9.
PTK memungkinkan kita untuk memberikan
rasional justifikasi tentang pekerjaan kita terhadap orang lain dan membuat
orang menjadi kritis dalam analisis. (Mc Taggart, 1997).
TUJUAN DAN MANFAAT PTK
Apa tujuan kita melakukan perbaikan praktek pembelajaran? Saat ini
perkembangan masyarakat dan pendidikan begitu cepat. Akibatnya tuntutan
terhadap layanan pendidikan yang harus dilakukan oleh pendidik juga meningkat,
penelitian tindakan merupakan salah satu cara yang strategis bagi pendidik
untuk meningkatkan dan atau memperbaiki layanan pendidikan bagi pendidik dalam
kontek pembelajaran di kelas. Bahkan Nc Niff (1992) menegaskan bahwa
dasar utama bagi dilaksanakannya penelitian tindakan kelas adalah untuk
perbaikan. Kata perbaikan di sini terkait dengan memiliki konteks dengan proses
pembelajaran. Jika tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk
perbaikan dan peningkatan layanan profesional pendidik dalam menangani proses
belajar mengajar, bagaimana tujuan itu dapat dicapai? Tujuan itu dapat dicapai
dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam memecahkan berbagai
persoalan pembelajaran. Oleh karena itu fokus penelitian tindakan kelas adalah
terletak pada tindakan-tindakan alternatif yang direncanakan oleh pendidik,
kemudian dicobakan dan kemudian dievaluasi apakah tindakan-tindakan alternatif
itu dapat digunakan untuk memecahkan persoalan pembelajaran yang sedang
dihadapi oleh pendidik.
Jika perbaikan dan peningkatan layanan profesional tenaga kependidikan
dalam konteks pembelajaran dapat terwujud berkat diadakannya penelitian
tindakan kelas, ada tujuan penyerta yang juga dicapai sekaligus dalam kegiatan
pendidikan itu. Tujuan penyerta apa itu?. Tujuan penyerta yang dapat dicapai
ialah berupa terjadinya proses latihan dalam jabatan dan penelitian layanan
pembelajaran. Dengan demikian akan lebih banyak berlatih mengaplikasikan
berbagai tindakan alternatif sebagai upaya meningkatkan layanan pembelajaran
dari perolehan pengetahuan umum dalam bidang pendidikan yang dapat
diaplikasikan.
Penelitian yang menggunakan rancangan penelitian tindakan kelas umumnya
diarahkan pada pencapaian sasaran sebagai berikut :
a.
Memperhatikan dan rneningkatkan kualitas
isi, masukan, proses dan hasil, pembelajaran
b.
Menumbuh-kembangkan budaya meneliti
tenaga kependidikan agar lebih proaktif mencari solusi terhadap permasalahan
pembelajaran
c.
Menumbuhkan dan meningkatkan
produktivitas meneliti para tenaga kependidikan, khususnya mencari solusi
masalah-masalah pembelajaran
d.
Meningkatkan kolaborasi antar pendidikan
dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran. .
Dengan kata lain guru akan lebih banyak mendapatkan pengalaman tentang keterampilan
praktek pembelajaran secara reflektif dan bukan bertujuan untuk mendapatkan
ilmu baru dari penelitian tindakan yang dilakukan itu. Borg (1996) juga
menyebut secara eksplisit bahwa tujuan utama penelitian tindakan kelas ialah
pengembangan keterampilan yang dihadapi oleh guru di kelasnya, dan bukannya
bertujuan untuk pencapaian pengetahuan umum dalam bidang pendidikan.
Banyak manfaat yang dapat diraih dengan dilakukannya penelitian tindakan
kelas. Manfaat itu antara lain dapat dilihat dlan dikaji dalam beberapa komponen
pendidikan dan atau pembelajaran di kelas kemanfaatan yang terkait dengan
komponen pembelajaran antar lain mencakup :
1. Inovasi pembelajaran
2. Pengembangan kurikulum di tingkat regional /
nasional
3. Peningkatan profesionalisme pendidikan
Dengan memahami dan kemudian mencoba melaksanakan penelitian tindakan,
diharapkan kemampuan pendidik dalam proses pembelajaran makin meningkat
kualitasnya dan sekaligus meningkatkan kualitas pendidikan serta pendidik /
tenaga kependidikan yang sekarang menjadi hambatan utama.
KARAKTERISTIK PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Semua penelitian memang berupaya untuk memecahkan suatu problema. Dilihat
dari segi problema yang harus dipecahkan, penelitian tindakan kelas memiliki
karakteristik penting yaitu bahwa problema yang diangkat sehari-hari yang
dihadapi oleh guru di kelas. PTK akan dapat dilaksanakan jika
pendidik sejak awal memang menyadari adanya persoalan yang terkait dengan
proses dan produk pembelajaran yang dihadapi di kelas. Kemudian dari persoalan
itu pendidik menyadari pentingnya persoalan tersebut untuk dipecahkan secara
profesional.
Jika pendidik merasa bahwa apa yang dia praktekkan sehari-hari di kelas
tidak bermasalah, PTK tidak diperlukan melihat sendiri apa yang telah
dilakukannya selama mengajar di kelas. Dapat terjadi guru telah berbuat
kekeliruan selama bertahun-tahun dalam proses belajar mengajar namun tidak
diketahui. Oleh sebab itu mereka meminta bantuan orang lain untuk melihat apa
yang selama ini dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelasnya.
Dalam konteks seperti itu seorang guru dan guru lain/kepala sekolah dapat
bersama berdiskusi untuk mencari dan merumuskan persoalan di kelas. Dengan
demikian guru beserta temannya dapat melakukan penelitian tindakan kelas secara
kolaboratif. Dari sini akan muncul kesadaran terhadap kemungkinan adanya banyak
masalah yang diperbuat selama melaksanakan proses belajar mengajar. Jika
seorang guru bersedia melakukan PTK secara kolaboratif dengan guru lain, banyak
manfaat dalam meningkatkan kariernya. Karya tulis ilmiah semakin diperlukan
oleh guru di masa depan. Penelitian tindakan kelas secara kolaboratif akan
mampu menawarkan peluang yang luas terhadap terciptanya karya tulis sambil
mengajar para pakar yang lebih berbobot.
Karakteristik berikutnya dapat dilihat dari bentuk kegiatan penelitian itu
sendiri. Penelitian tindakan kelas memiliki karakteristik yang khas, yaitu
adanya tindakan-tindakan (aksi) tertentu untuk memperbaiki proses belajar
mengajar di kelas. Tanpa tindakan tertentu, suatu penelitian juga dapat dilakukan
di dalam kelas, yang kemudian sering disebut dengan "Penelitian
Kelas". Misalnya penelitian mengenai tingkat seringnya siswa dalam
membolos, sering berkelahi dan sebagainya, jika penelitian ini dilakukan tanpa
disertai tindakan-tindakan tertentu, maka jenis penelitian yang dicontohkan
hanya sekedar ingin tahu, tidak ingin memperbaiki keadaan melalui
tindakan-tindakan tertentu.
Sebaliknya jika dengan penelitian ini, guru m.encoba berbagai tindakan
mencegah terjadinya siswa membolos, sehingga proses belajar mengajar berjalan
dengan baik dan efektif, baru penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian
tindakan kelas. Tindakan untuk mencegah tingginya siswa membolos mungkin dapat
berbentuk diciptakannya sistem presensi yang dilakukan oleh siswa sendiri
mungkin dapat berbentuk pengalihan pengawasan secara kelompok oleh siswa
sendiri. Mungkin dapat diciptakan sistem ulangan harian pada hari-hari di mana
siswa yang biasa melakukan tindakan membolos, dan sebagainya.
Dengan PTK, kasus menunjukkan adanya perubahan ke arah perbaikan dan
peningkatan secara positif. Dengan diadakan tindakan tertentu harus membawa
perubahan ke arah perbaikan. Bila dengan tindakan justru membawa kelemahan
penurunan atau perubahan negatif berarti hal tersebut menyalahi prinsip PTK.
Kriteria keberhasilan atas tindakan dapat berbentuk kualitatif/kuantitatif.
Penelitian PTK tidak untuk digeneralisasian sebab hanya dilakukan di kelas
tertentu dan waktu tertentu.
Di samping karakteristik tersebut ada prinsip PTK yang perlu diperhatikan.
Penelitian tindakan kelas memiliki tiga ciri pokok, yaitu :1) inkuiri
reflektif, 2) kolaboratif, dan 3) reflektif.
1) Inkuiri
reflektif. Penelitian kelas berangkat dari permasalahan pembelajaran riil
yang sehari-hari dihadapi oleh guru dan siswa. Jadi, kegiatan penelitian
berdasarkan pada pelaksanaan tugas (practice
driven) dan pengambilan tindakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi (action driven). Masalah yang menjadi
fokus adalah permasalahan yang spesifik dan kontekstual, sehingga tidak terlalu
merisaukan tentang kerepresentatifan sampel dalam rangka generalisiasi. Tujuan
penelitian tindakan kelas bukanlah untuk menemukan pengetahuan baru yang dapat
diberlakukan secara meluas. Tujuan penelitian tindakan adalah untuk memperbaiki
praktis secara langsung, di sini dan sekarang (Raka Joni, 1998).
Penelitian tindakan kelas menggunakan metodologi
yang agak longgar, khususnya dalam kalibrasi instrumen penelitian. Namun
demikian, penelitian tindakan tetap menerapkan metodologi yang taat azas (diciplined inquiri) dalam hal
pengumpulan data yang menekankan pada obyektif sehingga memungkinkan
terselenggaranya peninjauan ulang oleh sejawat (peer review). Proses dan
temuan penelitian tindakan kelas didokumentasikan secara rinci dan cermat.
Proses dan temuan dilakukan melalui observasi, evaluasi, dan refleksi
sistematik dan mendalam (McNiff.1992:9). Penelitian tindakan kelas dapat
disimpulkan sebagai suatu inkuiri reflektif (sel-reflective-inquiry).
2) Kolaboratif.
Upaya perbaikan proses dan hasil pembelajaran tidak dapat dilakukan sendiri
oleh guru, tetapi la harus berkolaborasi dengan guru lain atau pakar/ahli.
Penelitian tindakan kelas merupakan upaya bersama dari berbagai pihak untuk
mewujudkan perbaikan yang diinginkan. Kolaborasi ini tidak bersifat basa basi,
tetapi harus tertampilkan dalam keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan
penelitian tindakan kelas tersebut (perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi-evaluasi, dan refleksi), sampai dengan menyusun laporan hasil
penelitian.
3) Reflektif.
Penelitian tindakan kelas memiliki ciri khusus, yaitu sikap reflektif yang
berkelanjutan. Berbeda dengan pendekatan penelitian formal, yang sering
mengutamakan pendekatan eksperimental, penelitian tindakan kelas lebih
menekankan pada proses refleksi terhadap proses dan hasil penelitian secara
terus menerus untuk mendzpatkan, penjelasan dan justifikasi tentang kemajuan,
peningkatan, kemunduran, kekurangefektifan, dan sebagainya dari pelaksanaan
sebuah tindakan untuk dapat dimanfaat-gunakan memperbaiki proses tindakan pada
siklus kegiatan lainnya.
PRINSIP-PRINSIP PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Hopkins (1993:
57-61) menyebutkan ada 6 prinsip dasar yang melandasi penelitian tindakan
kelas.
1) Prinsip pertama bahwa tugas guru yang utama
adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas. Untuk itu, guru
memiliki komitmen dalam mengupayakan perbaikan dan peningkatan kualitas
pembelajaran secara terus menerus. Dalam menerapkan suatu tindakan yang dipilih
tidak/ kurang berhasil, maka la harus tetap berusaha mencari alternatif lain. Guru
harus menggunakan pertimbangan dan tanggungjawab profesionalnya dalam
mengupayakan jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran.
Prinsip pertama ini berimplikasi pada sifat penelitian tindakan sebagai suatu
upaya yang berkelanjutan secara siklus sampai terjadinya peningkatan, atau
"kesembuhan" sistem, proses, hasil, dan sebagainya.
2l Prinsip
kedua bahwa meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran, yang tidak
menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data. Tahapan-tahapan
penelitian tindakan selaras dengan pelaksanaan pembelajaran, yaitu : persiapan (planning), pelaksanaan pembelajaran (action), observasi kegiatan
pembelajaran (observation), evaluasi
proses dan hzsil pembelajaran (evaluation),
dan refleksi dari proses dan hasil pembelajaran (reflection). Prinsip kedua ini mengisyaratkan agar proses dan
hasil pembelajaran direkam dan dilaporkan secara sistemik dan terkendali
menurut kaidah ilmiah.
3) Prinsip
ketiga bahwa kegiatan meneliti, yang merupakan bagian integral dari
pembelajaran, harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah
ilmiah. Alur pikir yang digunakan dimulai masalah, pemilihan tindakan yang
sesuai dengan permasalahan dan penyebabnya, merumuskan hipotesis tindakan yang tepat,
penetapan skenario tindakan, penetapan prosedur pengumpulan data dan analisis
data. Obyektivitas, reliabilitas, dan validitas proses, data, dan hasal tetap
dipertahankan selama penelitian berlangsung. Prinsip ketiga ini mempersyaratkan
bahwa dalain menyelenggarakan penelitian tindakan agar tetap menggunakan
kaidah-kaidah ilmiah.
4) Prinsip keempat bahwa masalah yang ditangani
adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggungjawab
profesional dan komitmen terhadap diagnosis msaalah bersandar pada kejadian
nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya. Bila
pendiagnosisan masalah berdasar pada kajian akademik atau kajian literatur
semata, maka penelitian tersebut dipandang sudah melanggar prinsip ke-otentikan
masalah. Jadi masalah harus didiagnosis dari kancah pembelajaran yang
seungguhnya, bukan sesuatu yang dibayangkan akan terjadi secara akademik.
5) Prinsip
kelima bahwa konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan
meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan. Hal irii penting karena
upaya peningkatan kualitas pembelajaran tidak dapat ditakukan sambil lalu,
tetapi menuntut perencanaan dan pelaksanaaii yang sungguh-sungguh. Oeh karena
itu, motivasi untuk memperbaiki kualitas harus tumbuh dari dalam (motivasi
intrinsik), bukan sesuatu yang bersifat instrumental.
6) Prinsip
keenam adalah cakupan permasalahan penelitian tindakan tidak seharusnya
dibatasi pada masalah pembelajaran di kelas, tetapi dapat diperluas pada
tataran di luar kelas, misalnya : tataran sistem atau lembaga. Perspektif yang
lebih luas akan memberi sumbangan lebih signifikan terhadap upaya peningkatan
kualitas pendidikan.
PROSEDUR PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Sakah satu isu yang menarik untuk dibahas bagaimana langkah-langkah praktis
pelaksanaan penelitian tindakan kelas tersebut dapat dijabarkan. Oeh sebab itu,
tulisan ini akan berfokus pada kegiatan-kegiatan pokok seperti : (i) planning,
(ii) acting, (iii) observing, (iv) reflecting. Kegiatan-kegiatan ini disebut
dengan satu siklus kegiatan pemecahan masalah. Bila satu siklus belum
menunjukkan tanda-tanda perbaikan (peningkatan mutu), kegiatan riset
dilanjutkan pada siklus kedua, dan. seterusnya, sampai peneliti merasa puas.
Planning (perencanaan)
Yang termasuk
dalam kegiatan planning adalah sebagai berikut : (i) Identifikasi masalah, (ii)
identifikasi (analisis) penyebab masalah dan (iii) pengembangan intervensi
(action/solution).
Identifikasi
masalah merupakan tahap pertama dalam serangkaian tahap-tahap penelitian. Oleh
sebab itu identifikasi masalah merupakan tahap kualitas masalah yang diteliti.
Masalah-masalah yang asal-asalan (yang kurang teridentifikasi) dapat menyebabkan pemborosan energi, sebab riset
tidak membawa temuan yang bermanfaat. Sebagaimana disinggung oleh tulisan
sebelumnya, tidak semua masalah pendidikan dapat didekati dengan riset CAR.
Untuk itu, beberapa langkah berikut diikuti dengan seksama sebagai cara untuk
menemukan masalah yang dapat didekati dengan CAR :
(a) Masalah harus rill dan on-the job problem oriented, artinya masalah
tersebut di bawah kewenangan seorang guru untuk memecahkan. Masalah itu juga
datang dari pengamatan (pengalaman) seorang guru sendiri sehari-hari, bukan
datang dari pengamatan orang lain. Masalah itu dilihat/diamati/dirasakan dalam
pelaksanaan tugas mengajar sehari-hari. Sebagai contoh : menurut data kelas
(sekolah) ditemukan bahwa (i) seoagian besar siswa (75%) tidak dapat menguasai
keterampilan matematika dasar, (ii) mayoritas siswa (> 85%) tidak berminat
belajar bahasa inggris. Masalah-masalah yang nyata (bukan imaginer), karena
memang didukung dengan data-data empiris seperti data kelas, data sekolah
observasi, dan catatan-catatan harian.
(b) Masalah harus problematik (artinya masalah tersebut perlu
dipecahkan). Tidak semua masalah pendidikan (pembelajaran) yang nyata (rill)
adalah masalah-masalah yang problematik, sebab : (i) pemecahan masalah tersebut
kurang mendapat dukungan literatur/sarana-prasarana/birokrasi, (ii) pemecahan
masalah belum mendesak dilaksanakan, dan (iii) ternyata guru tidak mempunyai
wewenang penuh untuk memecahkan. Sebagai contoh : mayoritas siswa tidak dapat
membaca buku teks bahasa Indonesia dapat merupakan masalah yang kurang problematik
bagi seorang guru biologi. Masalah ini lebih merupakan tanggung jawab
(kewenangan) seorang guru bahasa Indonesia .
(c) Masalah harus memberi manfaat yang jelas, artinya pemecahan masalah
tersebut akan memberi manfaat yang jelas/nyata. Untuk itu; pilihlan
masalah-masalah riset yang memiliki asas manfaat secara jelas. Untuk apa, yang
akan terjadi, bila masalah tersebut dilontarkan beberapa pertanyaan sebagai
berikut : (i) apa yang akan terjadi bila masalah tersebut dipecahkan?, (ii)
resiko apa yang paling jelek bila masalah tersebut tidak segera dipecahkan, dan
(iii) tujuan pendidikan yang mana yang tidak tercapai, bila masalah tersebut
tidak segera dipecahkan. Jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut dapat
membimbing pada penemuan masalah-masalah riset yang mendesak untuk dipecahkan.
(d) Masalah riset CAR harus feasible (dapat dipecahkanlditangani). Bila
dilihat dari sumber daya peneliti (waktu, dana, minggu efektif semester,
dukungan birokrasi, dan seterusnya) masalah tersebut dapat dipecahkan.
Dengan kata
lain, tidak semua riset yang sudah riil problematik dan manfaatnya jelas,
selalu feasible. Untuk itu, harus dipilih masalah-masalah yang feasible dengan
pertimbangan faktor-faktor pendukung di atas. Perumusan masalah setelah
teridentifikasi, dapat dirumuskan ke dalam kalimat pernyataan sehingga tidak
aspek-aspek (what, when, who, where, why, how much).
Secara jelas, sebagai
contoh :
(i) Sekurang-kurangnya 85%
siswa kelas II SMP Negeri 4 Samarinda pada tahun ajaran 2002/2003 Semester II
tidak dapat membaca teks bahasa Inggris dengan lancar.
(ii) Mayoritas (> 75%)
siswa kelas III IPA 2 SMP Negeri 4 Samarinda tidak dapat menguasai perubahan
bentuk kata (kata sifat ke kata benda) dalam pelajaran menulis bahasa Inggris
tahun ajaran 2002/2003.
Identifikasi
penyebab masalah (problem causes) merupakan langkah kedua planning yang penting
dilakukan. Setelah mendapatkan masalah riil, problematik, bermanfaat dan
feasible, langkah selanjutnya adalah identifikasi penyebab masalah tersebut.
Melalui brainstorming (secara kolaboratif), analisis penyebab munculnya masalah
dapat dijabarkan dengan mudah. Dengan memahami berbagai kemungkinan penyebab
masalah tersebut, suatu tindakan (alternative soluting/action) dapat
dikembangkan. Untuk mematikan akar penyebab masalah tersebut, beberapa cara
koleksi data diterapkan, misalnya : (a) mengembangkan angket, (b) mewancarai
siswa, dan (c) melakukan observasi langsung di kelas.
Dari berbagai
kemungkinan penyebab masalah dicoba diidentifikasi dan dianalisis untuk
menentukan penyebab yang paling mungkin (the most probable cause) data-data
(informasi) dikumpulkan lewat (i) angket, (ii) wawancara mendalam, dan (ii)
observasi kelas. Informasi-informasi (data) tersebut kemudian dianalisis
(secara kolaboratif) dan disimpulkan. Ternyata melalui hasil kolaborasi dan analisis data,
penyebab sesungguhnya adalah kualitas B-M yang tidak kondusif
(mendukung/mendorong) bagi siswa untuk bahasa Inggris. Umumnya siswa menganggap
bahwa akar penyebab masalah adalah kualitas belajar mengajar yaitu :
-Proses belajar mengajar satu arah
-Pelajaran bahasa Inggris kurang membekali siswa
-Pelaksanaan
sistem pelajaran semester tidak berjalan dengan baik
Dari sinilah bentuk intervensi (action/soluting) AR dapat dikembangkan
secara lebih cepat. Pengembangan intervensi (solution/action) merupakan langkah
ke-3 dalam planning yang penting juga untuk diperhatikan intervensi
dikembangkan berdasarkan, akar penyebab masalah itu. Intervensi yang dipilih
haruslah yang terdukung oleh sumber daya yang ada. Sebagai contoh : kalau akar
penyebab adalah mutu proses B-M, melalui kolaborasi saya mengembangkan berbagai
kemungkinan (alternatif) rencana tindakan (intervensi) seperti (i) menggunakan
metode diskusi, (ii) peningkatan program
orientasi
sekolah, (iii) peningkatan mutu pelajaran tugas semester, (iv) peningkatan mutu
bimbingan penulisan karya tulis (v) dst.... dst.... dari berbagai alternatif
tersebut, disaring kembali berdasarkan faktor-faktor pendukung yang ada, yaitu
: (a) waktu, (b) biaya, (c) cost yang lain, (d) dukungan saranalprasarana, (e)
dukungan lembaga, (f) dst......
Pendek kata, untuk memutuskan intervensi (action/solution) yang
dikembangkan pada siklus pertama, peneliti berfikir (kemudian berkolaborasi)
tentang faktor-faktor kekuatan dan kelemahan yang ada. Langkah ini disebut
sebagai analisis medan kekuatan (Force Field Analysis), artinya diputuskan
intervensi yang terdukung oleh faktor-faktor kekuatan yang ada. Setelah
mempertimbangkan feasibility intervensi tersebut, diputuskan bentuk intervensi
yang paling mungkin dilakukan, sebagai contoh : supervisi riset yang efektif.
Inilah intervensi (action/solution) yang ditawarkan untuk siklus AR.
Acting
Action (intervensi) dilaksanakan untuk memperbaiki masalah. Langkah-langkah
praktis tindakan diuraikan. Apa yang pertama kali dilakukan ? Bagaimana
organisasi kelas? Siapa yang perlu menjadi kolaborator? Siapa yang mengambil
data? Pada saat pelaksanaan ini (acting), guru harus mengambil peran dalam
pemberdayaan siswa sehingga mereka menjadi agen of change bagi diri dan kelas.
Kelas diciptakan sebagai komunitas belajar (learming community) daripada
laboratorium tindakan. Jadi, cara-cara empiris membagi kelas menjadi
kelompok kontrol dan treatment harus dihindarkan.
Observating
Observating adalah kegiatan pengamatan (pengambilan data) untuk memotret
sejauh mana efek tindakan telah mencapai sasaran. Efek dari suatu intervensi
(action terus dimonitor secara reflektif). Data-data apa saja yang perlu
dikumpulkan? Data kuantitatif tetang kemajuan siswa (nilai) dan data kualitatif
(minat / suasana kelas) perlu dikumpulkan. Pendek kata, pada langkah ini, peneliti menguraikan jenis-jenis data yang dikumpulkan, cara pengumpulan data dan alat koleksi data (angket/wawancara/observasi, dan
lain-lain) tentang fenomena kelas yang dibuat siswa dan guru meru infortnasi
yang berharga.
Reflekting
Reflection adalah kegiatan mengulas secara kritis (reflective) tentang
perubahan yang terjadi (i) pada siswa, (ii) suasana kelas, (iii) guru. Pada
tahap ini, guru sebagai peneliti menjawab pertanyaan mengapa (why), bagaimana
(how), dan sejauh mana (to what extent) intervensi telah menghasilkan perubahan
secara signifikan. Kolaborasi dengan rekan (termasuk para ahli) akan memakan
peran sentral dalam memutuskan "Judging the value" (seberapa jauh
action telah membawa perubahan : apa/dimana perubahan terjadi, mengapa demikian
apa kelebihan/kekurangan, langkah-langkah penyempurnaan dan sebagainya).
Berdasarkan hasil refleksi terebut maka peneliti/penulis mencoba untuk
mengatasi kekurangan/kelemahan yang terjadi akibat tindakan yang telah
dilakukan. Hal ini kalau ditemukan cara atau strateginya maka diperlukan
rencana untuk melaksanakan tindakan/siklus berikutnya.Dari siklus ini
diharapkan merupakan perbaikan dari siklus sebelumnya, maka tahapan pada siklus
perlu direncanakan seperti pada siklus-siklus sebelumnya.
Akhir tindakan
Kalau penelitian sudah dianggap selesai maka peneliti perlu menyusun
laporan penelitian. Apa yang diltulis dalam laporan penelitian? Yang perlu
ditulis pada laporan setidaknya menyangkut aspek yang berkaitan dengan: (1)
setting yang memberi gambaran tentang kondisi lapangan/kelas tempat penelitian
dilakukan, disertai penjelasan adanya perbedaan antara model pembelajaran yang
biasa dilakukan dengan model yang sedang dilaksanakan lewat penelitian tindakan
kelas, (2) penjelasan hasil pelaksanaan tiap siklus dengan data lengkap hasil
pengamatan disertai hasil refleksinya. Data yang disajikan merupakan potret
dari semua kejadian selama tindakan pada siklus tertentu berlangsung, dengan
berbagai jenis metode dan instrumen yang digunakan. Data dapat disampaikan dengan tabel/grafik
disertai diskripsi dan ulasan selengkap mungkin. (3) Sesudah semua siklus
dijelaskan baru dianalisis dengan memperhatikan dari hasil keseluruhan siklus.
Langkah ini yang sering dinamakan pembahasan. Pada bagian ini akan dapat
diperolah gambaran secara menyeluruh dengan diberikan data lengkap. Hasil
pengamatan dari siklus ke siklus dapat disusun kedalam grafik/tabel dengan
diberikan ulasan terhadap perubahan/perbaikan akibat tindakan yang dilakukan.
Untuk itulah, disarankan peneliti akan responsif terhadap
perubahan yang berkembang di kelas. Perubahan-perubahan yang terjadi pada diri
murid dipotret (disajikan sebagai bukti), seperti :
·
Hasil belajar harian/tengah semester/
semester
·
Perhatian dan motivasi terhadap
pelajaran
·
Portofolio (catatan-catatan tentang hasil prestasi murid)
·
Perubahan sikap (catatan-catatan tentang hasil / prestasi
murid)
Demikian pula
perubahan-perubahan yang terjadi pada diri guru sebagai peneliti, seperti :
·
Peningkatan pengetahuan pengelolaan
kelas. Kepercayaan diri
·
Peningkatan ketrampilan
·
Pemahaman terhadap berbagai model
pembelajaran
·
Kemampuan mendeteksi perubahan akibat
tindakan
Suasana perubahan pada atmosfer kelas juga disajikan, seperti suasana kelas
yang mendorong pembelajaran, penampilan kelas menyajikan tayangan hasil siswa,
suasana kelas yang lebih akrab (unhostile classroom enviroment), perhatian
siswa, sikap terhadap model pembelajaran yang baru disampaikan dan seterusnya.
Apa yang terjadi bila dalam perjalanan siklus 1 ke siklus 2, ke siklus 3
peneliti mungkin merasa puas dan mungkin sadar identifikasi terhadap masalah
akar penyebab (the most probable cause) dirasakan kurang pas, peneliti dapat
mengulangi lagi mencari penyebab dan kemudian mengembangkan bentuk intervensi,
sehingga pada siklus ke-4, 5 dan seterusnya
dengan intervensi yang dikembangkan berbeda. Yang penting bahwa action reserch
berorientasi pada improvement yang sering kali jalannya berkelok-kelok, akan
diakhiri kepuasan hasil kerjanya, dan mampu mengembangkan proses pembelajaran
di kelas, dan akan diikuti oleh peningkatan prestasi belajar siswa. Karena itu
perlu memperhatikan variabel yang diperkirakan mempengaruhi prestasi belajar
siswa, sebatas peneliti/guru mampu mendeteksi serta menemukan data
pendukungnya. Setiap tahun yang dihadapi para guru di kelas selalu berubah,
maka permasalahan yang dihadapi juga akan berbeda-beda. Untuk itulah maka perlu selalu berusaha mencari
cara/model untuk mengatasi lewat kegiatan penelitian.
SISTEMATIKA
USULAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (CLASSROOM ACTION RESEARCH)
A. JUDUL PENELITIAN
B. PENDAHULUAN
1. Latar
belakang masalah
2. Perumusan dan
pemecahan masalah
3. Tujuan penelitian
4. Manfaat Penelitian
C. KAJIAN PUSTAKA
D. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN
E. JADUAL
PELAKSANAAN
DAFTAR
PUSTAKA
SISTEMATIKA LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. BAGIAN
PEMBUKAAN
1. Halaman judul
2. Halaman pengesahan
3. Abstrak (bila diperlukan)
4. Kata pengantar
5. Daftar Isi
6. Daftar Lampiran
B. BAGIAN ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.Latar belakang masalah
2. Rumusan Masalah
3. Tujuan Penelitian
4. Manfaat Penelitian
BAB II KAJIAN TEORI DAN PUSTAKA
BAB III METODE PENELITIAN
1. Setting (lokasi, waktu, mapel, sekolah)
2. Siklus penelitian
a. Rencana tindakan
b. Pelaksanaan
tindakan
b. Pengamatan/Observasi
c. Refleksi/menganalisis
dan sintesis
BAB IV HASIL PENELITIAN
1.
Diskripsi setting penelitian
2.
Hasil penelitian
3.
Pembahasan
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
1. Simpulan.
2. Saran
C. BAGIAN
PENUNJANG
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN INSTRUMEN PENELITIAN
LAIN-LAIN YANG DIANGGAP PENTING
Sumber : Supardi disajikan pada Diklat
Pengkajian dan Penelitian Pendidikan bagi Widyaiswara PPPG dan LPMP di
Kaliurang Yogyakarta tanggal 19 s.d 28 Nopember 2005