BUDAYA PENDIDIKAN YANG MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA


Budaya Pendidikan yang baik dan bertumpu pada penyebaran ilmu dan kreativitas harus terus di tingkatkan. Bahwa ketika satu ilmu di sampaikan maka akan terjadi proses interaksi yang bisa jadi akan memperkaya khasanah yang ada pada ilmu tersebut, bisa jadi seseorang yang mendapatkan ilmu tersebut menjadikan ilmu tersebut bertambah karena adanya proses transfer knowledge tersebut, saling menambah berdasarkan pengetahuan yang di punyai, maka antara si guru dan si murid akan sama sama meningkat pengetahuannya.

Kreativitas nampak menjadi salah satu hal terlemah berdasarkan hasil evaluasi EDS 2013. Bahwa pembelajaran kurang berhasil meningkatkan aspek munculnya kreatifitas siswa. Selama ini cenderung terjadi pembelajaran model ceramah, hanya satu arah dimana guru memberi dan terus menerus memberi dan siswa hanya menerima apa yang di sampaikan guru. Kalau pun ada pertanyaan maka hal itu hanyalah simbolik, dan biasanya hanya formalitas saja. Hal ini di sebabkan telah hilangnya kultur keaktivan itu dalam pembelajaran kita. Telah sekian lama model pembelajaran ceramah itu di laksanakan, akibatnya tidak ada sama sekali gairah siswa dan guru untuk menggali kedalaman ilmu yang tengah di pelajari, semua tergantung kepada buku teks pelajaran yang di sajikan.

Esensi kurikulum 2013 salah satunya adalah membangkitkan kreativitas siswa ini, agar hal yang bisa meningkat sampai 200 % ini menjadi teroptimalkan. Kata Prof Al Kaaf staf ahli mantan mendikbud era M.NUh bila hanya kecerdasan akademik yang di tuju seperti paradigma pendidkan kita sebelumnya hanya 50% akan terjadi peningkatan, bila perilaku yang menjadi tujuan utama maka hanya 30 %(1/3) bisa di lakukan peningkatan karena perilaku mayoritas 2/3 bagian di tentukan bagaimana suasana di dalam keluarga dan lingkungannya bukan hanya tergantung sekolah. Maka mengoptimalkan aspek kreatifitas adalah hal yang masih sangat mungkin untuk di tingkatkan dan berpeluang meningkatkan semua aspek yang di tuju dalam pendidikan, kecerdasan ataukah sikap peserta didik.

 Akan halnya dengan guru, menjadi tugas sangat berat bahwa mengubah budaya pembelajaran adalah satu hal yang sangat susah, bagaimana agar pembelajaran bisa berlangsung menarik dan memicu kreatifitas siswa. Maka guru harus belajar misalnya bagaimana membuat pertanyaan tingkat tinggi, yang bisa membuat siswa berpikir mendalam dan bukannya memberi pertanyaan pertanyaan simbolik yang sudah jelas jawabannya. Misal berapa 1 + 3, tentu siswa tanpa berpikir akan menjawab 4 tapi jika guru bertanya berapa model matematika yang bisa di hasilkan dari angka 1 dan 3 tanpa menghasilkan pecahan, maka jawaban siswa akan bermacam macam tergantung kreativitas siswa masing masing, misal ada yang akan menjawab 4 dari (1+3, 1 x 3, 3-1, 3:1), ada yang menjawab 8 (1+3, 1 x 3, 3:1, 3-1, 1+1, 3+3, 1:1, 3:3) atau  bahkan ada yang menjawab 12 operasi bilangan yakni (1+1,1:1,1-1,1x1,3+1,3-1,3X1,3:1,3+3,3-3,3X3,3:3).

Pendidikan memang bukanlah hal mudah, namun dengan usaha terus menerus meningkatkan kompetensi dari semua pelaku di dalamnya, entah guru, entah siswa, entah orang tua, entah pengawas, entah kepala sekolah, di harapkan kita akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di negeri kita tercinta ini, dan semuanya harus di mulai dari sekarang, dari saat ini, dari pribadi kita.