Pemetaan Mutu Pendidikan Belum DI Anggap Kebutuhan Sekolah


Masalah Utama Pemetaan Mutu 2018
1. Sekolah belum menyadari pentingnya Rapor Mutu bagi Sekolah, karenanya sekolah tidak antusias mengerjakan PMP. Padahal Rapor mutu hasil PMP pemanfataannya untuk sekolah sendiri sebagai basic data dalam penyusunan perencanaan sekolah yang tertuang di dalam RKS dan RKAS.

2. Sekolah menganggap PMP sebagai program LPMP, padahal Pengisian data mutu PMP adalah program pusat sebagaimana halnya dengan pengisian Dapodik yang rutin perbaruannya, namun untuk PMP hanya di lakukan pengisian satu tahun sekali. LPMP hanya sebagai fasilitator bersama sama pengawas agar sekolah mau dan tahu cara mengisi PMP.

3. Masih sangat banyak PMP di isi oleh operator sekolah. Karena ketidaktahuan manfaat PMP sekolah cenderung bersikap asal isi, dan karena menyangkut aplikasi operator lah yang di anggap mampu menyelesaikannya. Padahal data mutu PMP adalah data menyangkut 8 standar sehingga operator terlebih bila bukan dari basic guru tidak akan memahami seluruh isi instrumen PMP, karenanya akan asal dalam mengisi PMP yang penting terisi. Karenanya di jumpai nilai nilai yang sangat tidak sesuai dengan kondisi real sekolah.

4. Banyak sekolah mengisi PMP berdasarkan persepsi, bukan berdasar fakta dan data. Misal ketika di tanya apakah ada siswa mencontek, mereka selalu menjawab tidak ada.Padahal dalam kenyataan mencontek adalah hal yang masih lumrah.Maka jawaban asal bagus ini justru akan menjadikan mutu sekolah tidak akan dapat terpetakan secara obyektif. PMP sebagaimana EDS adalah alat untuk mengevaluasi capaian mutu sekolah dalam8 standar. Berdasar rapor mutu PMP yang di isi secara jujur di harapkan sekolah dan stake holder yang terkait seperti dinas pendidikan, dapat memanfaatkannya untuk upaya peningkatan mutu sekolah dan wilayahnya masing masing.

Pemetaan Mutu Pendidikan