KETIKA IBLIS TENGAH BERKUASA ATAS MANUSIA


HARI INI AKU TERJEBAK SETAN

Hari ini aku terjebak setan
Setan membisikkan keindahan
Nafsu berbalut kenikmatan
Bawaku dalam ketidakberdayaan

Hari ini aku terjebak setan
Pada kemarahan
Pada Kebencian
Pada ketidakpentingan pembicaraan

Hari ini aku masih terjebak setan
Entah sampai kapan
Setan janjikan kebahagiaan
Padahal sebenarnya bawa pada kesengsaraan

Oh setan.....
Kapan lelahmu tuk bawa kami pada kesesatan
Beri kami sedikit kebahagiaan
Biarkan kami hidup tanpa godaan

Ketika iblis berkuasa atas segenap panca indera maka seluruh panca indera akan bergerak menurut apa maunya.

Ketika mata tengah dalam penguasaan iblis dan balatentaranya, maka dengan ringannya mata itu akan terus memandang tanpa tentu arah untuk mencari korbannya, melihat wanita wanita jelita yang terbuka, atau wanita wanita jelita tertutup namun dengan dandanan tak ada beda dengan artis ibu kota.

Ketika iblis berkuasa atas mulut dan bala tentaranya maka pada saat itu dia akan lakukan hal apa pun dengan mulut manusia, menggunjing, menggibah, memfitnah semua akan dengan mudah keluar dari lisannya.

Ketika tangan dan kaki di kuasai iblis dan bala tentaranya, maka perbuatan Mencuri, merampok, membunuh akan dengan sangat ringan di perbuatnya. Mencari makan tanpa perduli halal haram akan dengan terbiasa di lakukannya.

Ketika iblis dan balatentaranya berkuasa atas pikiran manusia maka pada saat itu segenap akal dan pikiran manusia akan terus memikirkan cara bagaimana untuk terus menjadi kaya, bagaimana untuk terus mendapatkan tahta, bagaimana untuk terus mendapatkan wanita jelita dengan segala cara.


Ketika iblis dan balatentaranya tengah berluasa atas hati manusia maka pada saat itulah manusia seutuhnya tengah dalam kekuasaannya, sang iblis la’natullah. Maka pada saat itu manusia laksana wayang yang akan memainkan irama sekehendak sang dalang. Apa yang di katakan, apa yang di pandangkan, apa yang di lakukan, apa yang di pikirkan, dan apa yang terbersit dalam hati semua adalah atas kehendak sang penguasa hatinya. Iblis akan terus membawa manusia seucap demi seucap, sekata demi sekata, selangkah demi selangkah menuju neraka-NYA, menjadi pengikutnya kelak di neraka-NYA kelak, demi sebanyak banyaknya kawan dalam kesengsaraan dalam azab-NYA di neraka-NYA kelak.

Mengendalikan nafsu adalah hal yang sangat berat sekali.Karena nafsu ini seseorang bisa jatuh teramat dalam kejurang tak bertepi. Namun anehnya kita terus saja masih berupaya memperturutkan apa mau nafsu kita, memandang kepada kecantikan, memandang kepada harta, memandang kepada kebun dan sawah yang luas, memandang kepada jabatan. Semua adalah pengaruh nafsu kita, yang meminta untuk di puaskan, yang meminta untuk di perturutkan .

Pada saat nafsu tengah dahsyat menggelora maka di sanalah ujian buat kita, apakah setelahnya kita memperturutkannya atau memilih untuk bertahan dari serangan setan dan balatentaranya itu. Bahwa setan tak pernah lelah menggoda kita manusia, dan dia akan datang melalui titik titik kelemahan kita. Pada saat kita mampu mengendalikan hasrat kepada wanita maka dia akan datang melalui titik lain,apakah harta, apakah tahta. Dan bila titik kelemahan kita adalah wanita maka dari sanalah setan akan datang menyerang kita melalui senapan ringan semacam pandangan, dengan alat berat seperti tank melalui persentuhan dan pelukan dan senjata pamungkas bom atomnya yakni melalui perzinahan. Maka tergantung seberapa kuat benteng pertahanan kita , sekuat itu pulalah setan akan menggempur kita.

Setiap manusia kita sebenarnya telah di beri benteng sangat kuat oleh Rob kita yakni berupa keimanan dan seperangkat ibadah yang harus kita kerjakan. Semakin banyak ibadah yang kita kerjakan maka itu berarti semakin tinggi dan tebal benteng pertahanan yang kita bangun dari serangan setan. Maka semakin berat pula langkah setan untuk menembus benteng benteng kita dan semakin aman kita dari serangannya. Namun benteng kita bukanlah benteng buatan manusia, karena sedikit saja kita kendorkan banteng kita maka pada saat itulah setan akan masuk dan mengoyak benteng kita menembus sampai kehati kita, yang menjadi titik sentral bagi tegaknya keimanan ataukah hancur keimanan kita.

Dalam Al Qur’an, “Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kalian, maka jadikanlah dia musuh (bagi kalian). Bahwasanya syaitan itu mengajak bala tentaranya (para pengikutnya) agar mereka menjadi penghuni neraka sa’ir.” (Faathir: 6).


يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلَائِكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا يُؤْمَرُونَ

Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allâh terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.

[at-Tahrîm/66:6]