KETIKA DEMAM, BATUK, KEPALA PUSING MUNCUL SEGERA TANGANI DENGAN PROTOKOL COVID 19 AGAR TIDAK TERLAMBAT

 Sudah banyak yang menuliskan tentang penanganan Covid 19, namun apa yang kami tulis ini berdasarkan pengalaman penulis sendiri ketika mengalami Covid 19 dan kawan kawan penulis sendiri. Mulainya sakit ketika terasa demam meriang kena air menggigil rasa gak tahan, kepala sangat pusing, badan terasa sakit semua, disertai batuk kering dan sedikit diare.  Sakit ini akan dirasakan kurang lebih 5 hari kalau ada penanganan( Minyak kayu putih, Madu, vitamin C dosis tinggi, susu beruang, larutan penyegar, rempah/jamu, buah buahan seperti pisang, Jus Buavita. Makan tidak berselera dan bila dituruti akan menghilangkan berat badan 3 sd 5 kg. Untuk memancing nafsu makan beri makanan dgn rasa super kuat seperti rawon, bakso, atau ikan asin yg murah meriah. Dan satu hal sangat penting jangan tidak berjemur di pagi hari jam 8 an sampai jam 10 pagi karena terbukti bahwa yang berjemur akan lebih cepat pulih dari covid 19 berdasarkan pengalaman kami.

Setelah kurang lebih 5 hari dengan penanganan demam dan sakit akan menghilang. Namun kemudian gejala selanjutnya akan terjadi yaitu hilangnya penciuman, tdk akan bisa mencium bau parfum yg sangat tajam sekalipun. Teruskan saja penanganan yg sdh dilakukan. Kurang lebih dalam 5 hari penciuman akan muncul sedikit demi sedikit. 

Dalam 2 minggu nyaris semua tanda akan menghilang. Tetapi pasca penyakit ini ada satu dampak yang masih akan kita rasakan, yaitu kita menjadi sangat mudah lelah dan cepat sekali capai ketika melakukan kegiatan berat membutuhkan tenaga atau berolah raga. Apabila malas melakukan penanganan seperti di atas akan sangat berbahaya jika virus covid turun ke paru paru yang bisa menyebabkan sesak napas, dan dampak lainnya yaitu sakit seperti demam dan lainnya akan lama baru sembuh bisa mencapai 2 minggu, demikian juga bila malas menghirup minyak kayu putih hilang penciuman bisa mencapai 20 hari. Dengan penanganan lain misal propolis cerita seorang kawan penciumannya sudah pulih hanya dalam 3 hari. Terserah yang penting bila ada gejala covid jangan sampai di diamkan.

Rasa sakit ini seperti halnya demam flu berat yg biasa kita alami sehingga menurut saya tdk ada yg perlu dikuatirkan secara berlebihan. Dan satu pasti penyakit ini unik karena dia benar benar menyasar orang yg benar benar sdh ditaqdirkan, sehingga bahkan dalam rumahpun tdk semua akan tertular, sehingga dimana pun penyakit itu tetap akan datang pada yg sdh harus terkena. Yg sangat penting jgn tdk bermasker dan jangan buka tutup masker disaat bersama orang banyak apalagi didalam ruangan dengan banyak orang, agar kita tdk tertular atau agar kita tdk menulari orang bila kita yg punya bibit virus. Jaga protokol seperti cuci tangan, jaga jarak.


Untuk pencegahan nampaknya menghirup minyak kayu putih 20 kali di pagi dan sore hari mudah mudahan akan bisa mencegah penularan Covid 19 jika benar sebuah video dari dokter di india yang menyebutkan pengalamannya bahwa menghirup uap air lewat hidung 10 kali dan mengeluarkan lewat mulut dan menghisap uap lewat mulut 10 kali dan mengeluarkan lewat hidung , 2 x sehari dan berdampak tidak adanya petugas Rumah sakit tempatnya bekerja yg terkena covid meski sudah menangani pasien covid 19, 4000 an orang(bisa kita lakukan saat kita membuat kopi atau teh panas di pagi dan sore hari).

Apabila terjadi sesak napas bahkan sampai sesak napas bisa di lakukan proning seperti cerita di bawah ini:

(copas, semoga bermanfaat)


PRONING MENYELAMATKAN NYAWANYA DARI KEGANASAN COVID


Seorang lelaki paruh baya telah terinfeksi covid-19, memasuki masa krisis di hari ke-tujuh dan mulai mengalami kesulitan bernapas. Saturasi oksigen terus turun, sementara itu alat bantu napas yang seharusnya sesegera mungkin dipasangkan padanya, tidak lagi tersedia karena semua terpakai.


Janganlah mengira bahwa serangan covid-19 di Indonesia sudah di level "aman".

Nyatanya,

saat ventilator semua terpakai, mencari ICU di RS lain untuk rujukan pasien ini pun sulitnya bukan main. Semua menolak.


Lalu,

bagaimana nasib lelaki ini...? 

Jika dibiarkan, tak lama lagi ia akan mengalami gagal napas.

Artinya,waktunya di dunia pun habis.


Suami saya tak bisa tinggal diam.

Berusaha melobby teman sejawatnya di salah satu RS pusat rujukan pasien covid.

Temannya itu, seorang konsulen paru di sana menyarankan agar pasien ini diminta melakukan proning.

Yakni posisi menelungkup dengan tubuh bagian atas lebih rendah dari bagian bawahnya. Ini mudah dilakukan bila menggunakan bed jenis hidrolik.


Posisi proning ini membuat cairan yang ada dalam paru-paru berpindah lokasi sehingga paru-paru dapat terisi oksigen dan pasien pun dapat bernapas.


Pada kasus bapak paruh baya ini, suami saya menyarankan posisi sujud di atas bednya. Dengan kepala ditolehkan ke kanan atau ke kiri dan kedua tangan sampai siku bertelekan di samping kanan/kiri kepalanya. Posisi ini dianjurkan untuk dilakukan selama 12-16 jam dalam sehari.


Bapak paruh baya ini mematuhinya. Dilakukannya posisi proning yang dimodifikasi menjadi posisi sujud ini.

Laa hawla walaa quwwata illaa billaah.

hanya dengan Kuasa Allah, ia bisa bernapas lagi.


Namun Bapak ini tak mau mengubah posisinya setelah lewat 16 jam.

Katanya, "Biar saya begini saja. Hanya dengan posisi ini saya bisa bernapas, dok.

Posisi lain, nggak.bisa."

Akhirnya.

tim medis yang menanganinya pun membiarkan sambil terus memantaunya dengan seksama.

Memang benar, saturasi oksigen normal selama dalam posisi itu.

Begitu bangkit untuk duduk sebentar, langsung turun lagi ke bawah 80.

Subhanallah...


Tiga hari kemudian, suami saya melihat Bapak ini sudah berjalan sendiri ke toilet. Wajahnya sudah segar. Lalu suami saya mengajaknya berbincang sebentar.

Menginterogasi karena besarnya keingintahuan tentang manfaat posisi "sujud" tersebut dari sisi pasiennya. Dan jawaban Bapak itu sungguh menggetarkan hati.


Maasyaa Allah,

Allahu Akbar,

Allah Maha Tinggi

ketika kesombongan diri ini diletakkan pada posisi paling rendah saat bersujud, hati ini merasakan ketenteraman luar biasa.

Tidak pernah saya merasakan yang serupa itu sebelumnya. Ketika nyawa saya sudah di ujung batas, saya rendahkan hati dan diri ini serendah-rendahnya di hadapan Sang Khalik, rasanya selain jadi bisa bernapas, hati ini begitu tenang.

Tidak ada lagi kekhawatiran, ketakutan atau semacamnya. Saya merasa benar-benar dekat dengan Allah. Makanya waktu saya diminta ganti posisi, saya nggak mau. Saya sangat menikmati kedekatan dengan Allah di waktu itu.


Yaa Allah.

hikmah dari covid ini, saya semakin merasa betapa kita ini amat rendah, kecil dan hina di hadapan Sang Pencipta.


Rasanya,

tak ada lagi yang dapat saya ungkapkan kala mendengar penuturan suami saya di suatu malam dua minggu yang lalu itu. 

Hanya Allah yang mampu membuat seseorang sakit. Hanya Allah pula yang dapat mengangkat sakit itu dari tubuh seseorang.

Masihkah meragukan ke-Agung-an Allah... Maha Raja dari segala kerajaan...???


(Iin Indriyani)

(Based on true story)


Mudah mudahan bermanfaat, mohon maaf bila ada kesalahan karena bisa terjadi kondisi berbeda pada masing masing orang