Dajjal Lahir Sebelum Nabi Musa

Di suatu negeri kecil di Palestina yaitu Samirah yg nanti akan menjadi sebuah negara besar pada masa Dawud dan sesudahnya, bahkan menjadi Ibukota kerajaan Bani Israil warisan Nabi Sulaiman. Hal ini berdasarkan sisi masa kelahiran Nabi Musa, yg kira2 satu abad sebelumnya.
Dari seorang laki-laki dan seorang perempuan keturunan Yahudza setelah masa 30th perkawinannya, lahirlah seorang anak yg paling membahayakan kedua orang tuanya, sebagaimana digambarkan oleh junjungan kita, Nabi Muhammad saw, "Kedua matanya tidur, tetapi hatinya tetap terjaga."

Keluarga Dajjal, Ayah, Ibu, dan, Kakeknya semuanya adalah penyembah berhala. Dulu mereka menyembah sebuah berhala mirip sapi betina. Sebenarnya, berhala itu bukan sekedar patung, melainkan setan durjana yg menyerupakan dirinya dengan patung sapi betina itu.
Mereka biasa menyembelih hewan untuk dikurbankan kepada berhala, yg sebenarnya dipersembahkan kepada setan, beserta minuman arak yg mereka suguhkan kepadanya setiap hari. Disamping itu, mereka suka melakukan penghambaan atau persembahan dan ketaatan. Setiap pagi, mereka hanya menemukan sisa-sisa dari apa yg mereka kurbankan di tempat itu. Mereka menyangka hal itu sebagai tanda bahwa Tuhan mereka meridhai apa yg mereka lakukan. Permintaan kedua orang tua Dajjal ialah agar mereka diberi anak laki-laki.

Akhirnya Allah SWT menghendaki terjadinya kehamilan pada seorang wanita yg dilahirkan dari perbuatan zina antar-mahram dari seorang suami yg juga dilahirkan dari hasil perzinaan antar-mahram. Sementara itu, pekerjaan setan adalah ikut masuk ledakan saluran kencing laki-laki penyembah berhala setiap kali ia akan mencampuri istrinya. Jadi, setanpun ikut mencampuri istri penyembah berhala itu bersama-sama suaminya. Maka bertemulah campuran sperma dan ovum dari unsur manusia dengan unsur syahwat yg penuh kedengkian dari jin, sesuai dengan yg ditakdirkan oleh Yang Maha Kuasa.

Pada malam yg sangat menakutkan, diiringi hembusan angin, badai salju, dan hujan lebat, pasangan suami-istri itu mendengar suara dari patung sapi betina liar yg memberitahukan bahwa ia telah meridhai keduanya. Bahkan katanya, ia memerintahkan malaikat untuk mengaruniakan kepada mereka seorang anak. Tetapi, jika keduanya tidak memperbanyak ketaatan dan persembahan, serta tidak banyak menumpahkan darah kurban, maka ia akan mengganti anak laki-laki itu dengan anak perempuan.

Dengan penuh khidmat keduanya bersujud dan bersimpuh dihadapanya dan menegaskan bahwa mereka menginginkan anak laki-laki. Lalu patung setan itu menyuruh mereka untuk menyembelih seekor sapi betina gemuk dan besar serta kemudian meletakkannya dihadapanya, sementara mereka berdua dilarang untuk masuk ketempat itu sepanjang malam.

Sungguh, setan telah mempermainkan mereka berdua untk melakukan apa saja menurut kehendak dan kemauanya. Dari satu sisi, setan melihat apa yg tidak bisa mereka lihat sebagai manusia biasa. Sebab, jin bisa melihat apa yg ada didalam jasad manusia seakan-akan kedua matanya bagaikan sinar-X sehingga bisa melihat kandungan sang perempuan sejak awal. Karena setan tidak mengetahui apa yg akan terjadi, arakan anak itu perempuan atau laki-laki, sementara ia mengetahui kerinduan seorang suami akan kelahiran seorang anak laki-laki yg akan membawa harum nama ayahnya, disamping mengetahui secara pasti keinginan wanita untuk membuat ridha suaminya, maka ia segera menyatakan bahwa anak itu laki-laki. Tetapi jika ternyata Allah berkehendak menentukan anak tersebut perempuan, maka setan memberitahukan kepada pasangan suami-istri itu bahwa mereka tidak diridhai, atau keduanya tidak ikhlas dalam pengurbanannya, atau riya' alias pamer, hanya ingin pujian dari manusia. Begitulah kelicikan setan. Padahal, masalahnya sangat sederhana dan tidak sulit. Bukankah jin sangat menyukai kebohongan, penipuan, dan kepalsuan sebagaimana manusia menyukai air dingin dihari yg sangat panas?

Perkataan tersebut itu terdapat di dalam berbagai tulisan pada berbagai alat tulis seperti batu dan manuskrip diatas bebatuan di kota Irbid di kerajaan Yordania. Disebabkan peredaran dan perputaran zaman, lukisan dan manuskrip pada bebatuan yg berisi tulisan-tulisan itu dicuri atau menghilang. Tak seorangpun mengetahui dimana semuanya itu disembunyikan atau kemana menghilang. Tetapi periwayatannya masih tersimpan dalam otak sebagian para ulama yg menerimanya, secara turun-temurun, dari kakek-kakek mereka di Syam bahwa dulu pernah tersebar berita tentang kelahiran seorang anak laki-laki setelah berlalu tiga puluh tahun usia perkawinan kedua orang tuanya tanpa melahirkan seorang anakpun. Mereka juga meriwayatkan secara turun-temurun bahwa kedua mata anak itu cacat sejak lahir. Ia suka tidur malam dan siang serta jarang bangun untuk menghisap air susu ibunya yg berbadan besar.
Hal itu sejalan dengan sabda Rasulullah saw mengenai keluarga Dajjal, yg diriwayatkan Imam Ahmad dalam Musnad-nya, "Ayahnya tinggi, gemuk, dan hidungnya seperti paruh burung. Sedangkan ibunya fardhakhiyyah, yakni banyak dagingnya dan gemuk badannya. Kedua tangannya panjang, dan kedua teteknya pun besar". Karena anaknya tidak disusui oleh ibunya, maka ibunya terkena penyakit yg ditimbulkan oleh tertahannya air susu, bahkan dapat mengakibatkan keracunan yg berakhir dengan kematiannya. Jadi anak laki-laki itu sejak awal memang telah mendatangkan kesialan bagi ibunya dan bahkan sangat membahayakan ibunya sekalipun. Hal itu sesuai dengan yg dikatakan junjungan kita, Nabi Muhammad yg sangat jujur dan benar itu.

Yg sungguh mengagetkan pula adalah bahwa anak laki-laki itu selama beberapa tahun diam dan hanya bergerak beberapa kali, sehingga orang tuanya menyangka bahwa ia lumpuh atau tuhan-tuhan mereka memurkainya. Maka, mereka pun menyajikan berbagai sesajian tanda ketaatannya, tetapi sang anak laki-laki itu tetap saja seperti semula dan tidak mengalami perubahan.

Tiba-tiba pada suatu malam, anak itu bergerak, meskipun selama sepanjang hidupnya sejak empat tahun sebelumnya ia belum pernah berjalan. Padahal orang tuanya telah memberinya air susu kambing disertai usaha untuk membangunkan dan mendudukkannya. Anak itu hanya meminum seteguk atau dua teguk saja, lalu ia tidur lagi. Orang tuanya tidak pernah tenang ihwal apakah anaknya masih hidup. Mereka pun meletakkan tangan dan telinganya pada dada anak itu. Ternyata mereka mengetahui bahwa anaknya masih hidup. Betul apa yg dikatakan Rasulullah saw., "Kedua matanya tidur, tetapi hatinya tetap terjaga".
Tiba-tiba anak itu bergerak bangun, sementara orang tuanya ada disisinya sedang tidur. Ia mencoba merangkak kemudian berdiri untuk berjalan dengan kedua kakinya. Setelah sebelumnya ia berjalan merangkak di atas kedua tangan dan kedua kakinya, tiba-tiba ia mampu berdiri di atas kedua kakinya. Kemudian ia berjalan perlahan-lahan tanpa diketahui kedua orang tuanya, seakan-akan ada ruh lain yg menyusup ke dalam tubuhnya seraya memberitahukan dan menuntunnya untuk berdiri dan berjalan. Tentu saja ia bukan ruh lain, melainkan jin setan (jinny mutasyaithan).

Memang kedua mata anak laki-laki itu cacat, dan ia dirasuki setan yg bersemayam dalam patung sapi. Lalu setan itu membawanya pada patung sapi betina. Kemudian ia di tinggalkan tidur disisi patung tersebut. Sang ayah pun bangun dan mendapatkan anaknya tertidur di pangkuan tuhan-tuhan (dari patung sapi betina). Ia mencoba untuk memahami apa yg terjadi. Tetapi bagaimana mungkin ia dapat memahami hal itu dengan kaca mata kemusyrikannya? Sang ayah mencoba memanggil tetangganya yg tidak mempercayainya, bahwa menuduhnya bahwa sang ayahlah yg membawa anak itu dan meletakkannya di pangkuan tuhan-tuhan tersebut. Sebab, sepengetahuan mereka, anak itu lumpuh dan hanya dapat duduk. Berita pun semakin menyebar. Berduyun-duyunlah orang datang untuk menyaksikan dari dekat kejadian aneh yg terjadi pada anak laki-laki itu. Bahkan, tidak sedikit orang yg mencari berkah darinya. Namun, mata-mata hakim tidak mau menerima begitu saja. Mereka membawa ayah anak itu ke hadapan hakim kota yg kemudian memaksanya untuk mengakui apa yg sesungguhnya terjadi, tetapi disertai pemaksaan untuk mengakui bahwa ia yg membawa anak itu ke pangkuan patung sapi betina. Tetapi sang ayah bersikeras menolak dakwaan hakim. Lalu hakim memerintahkan supaya sang ayah di dera dan dimasukkan ke dalam penjara.. Kemudian, harus diakui ketika itu bahwa tidak ada yg berhak dituruti titahnya kecuali hakim agung yg menguasai negeri tersebut. Pada gilirannya, muncullah protes keras dan serangan dahsyat yg menginginkan kematian setiap orang yg menyembah sapi betina.

Ketika ia melihat dan merasakan bermacam-macam siksaan, terpaksalah ia berbohong. Lalu ia mengumumkan di hadapan hakim dan penduduk negeri bahwa tidak ada tuhan selain hakim, dan bahwa tidak ada yg dapat memberi manfaat dan menimpakan bencana selain hakim. Hanya hakimlah pembawa berkah dan membagi-bagikannya. Dengan pengakuan bohong itu, hakim pun berkenan untuk segera mengeluarkannya dari penjara, dan agar anaknya dijaga dengan hati-hati dan tidak boleh keluar dari istana hakim. Tak pelak lagi, anak itu sangat membahayakan orang tuanya. Ayahnya dipenjara dan disiksa dengan hebat. Kemudian ia harus kehilangan anaknya untuk selama-lamanya.

KEAJAIBAN SAMIRI.
Berita tentang keajaiban anak laki-laki itu semakin menyebar sehingga disebut sebagai A'jubah as-Samirah (Keajaiban Samirah). Menurut hakim, anak laki-laki aneh itu dirasuki setan. Berita ini disebarluaskan ke berbagai penjuru dunia. Sang hakim pergi ke berbagai penjuru dunia meminta bantuan tukan sihir dan para dukun untuk mengeluarkan setan dari anak laki-laki itu. Menurutnya, setan akan mengguncangkan singgasana atau 'Arsy Tuhan.
Karena ada berita itu, timbullah hiruk-pikuk dan kekacauan di tengah-tengah masyarakat, seperti halnya berbagai masyarakat dibelahan bumi mana pun jika ada suatu kejadian aneh dan ganjil. Salah seorang yg berpura-pura sebagai filosof (dari Samirah) berkata, "Anak itu memang betul-betul keturunan Samiri. Dua huruf ra' dan ha' (dua huruf terakhir dari kata Samirah), dulu mengisyaratkan suatu negeri yaitu negeri Sam (bukan Syam), karena Sam bin Nuh a.s. adalah sendiri gerakan Samirah setelah terjadinya banjir besar. Ketika Sam masih kecil, ia tidak banyak bergerak sehingga didatangi seorang malaikat, yg kemudian mengajarinya bagaimana menggerakkan kedua kakinya. Anak itu adala cucu dari Sam". Tetapi tidak ada yg mempercayai filosof itu. Bahkan, ia dituduh gila. Sebagian orang tetap suka membicarakan hal itu sebagai bahan senda-gurau belaka, sehingga mereka menamai anak itu sebagai Sam kecil putra Sam besar. Menurut hakim, kisah itu harus dibungkam dan jangan dibicarakan lagi. Jika tidak, ia mengancam orang yg membicarakannya seperti layaknya seorang hakim. Kalau peringatannya tidak digubris, maka kekuasaanlah yg akan berbicara. Ia menyuruh wakilnya mengumumkan dengan tegas agar semua orang mengikuti pendapat umum ketika membicarakan anak itu agar digelari dengan julukan as-Samiri, yg disandarkan pada negeri kelahirannya dan bukan dinisbatkan kepada seseorang.

Ayah anak laki-laki itu mati karena menderita apa yg diistilahkan sebagai adz-dzabhah ash-shadriyyah al-mutakarrarah (tekanan batin berkelanjutan). Sang ayah mati lebih disebakan oleh watak anaknya yg sangat ganjil itu, dan tampaknya tidak ada sebab lain kecuali kondisi anaknya itu. Dialah satu-satunya anak yg paling membahayakan hidup orang tuanya dan anak yg paling sedikit, bahkan tidak ada manfaatnya. Bukankah ia tidak pernah menyenangkan orang tuanya kecuali ketika mereka ternyata dikaruniai anak laki-laki? Bahkan, anak itu tidak bermanfaat bagi seorang manusia pun, karena ia secara mutlak dinilai hanya mempunyai karakteristik yg membahayakan saja. Ia hanya bermanfaat untuk membedakan kebaikan dari keburukan yg menjadi fitnah bagi manusia. Yang demikian itu hanyalah suatu manfaat yg tidak disengaja kemunculannya, dan itu hanya itu hanya dengan kadar ketentuan Allah dan kehendak-Nya saja.


Wallahu a'lam bis shawab.