MEMPERBANYAK SHOLAWAT UNTUK MENGATASI SEGALA PERMASALAHAN HIDUP

Sholawat Nabimemang salah satu dzikir yang sangat dianjurkan menjadi amalan rutin bagi siapa saja. Karena sholawat adalah perintah langsung dari Allah yang termaktub dalam al-Qur’an. Bahkan dinyatakan dalam ayat itu bahwa Allah dan para Malaikat-Nya pun bersholawat kepada Nabi.  Melihat ini tentu bacaan sholawat ini adalah sesuatu yang sangat bernilai. Selain mendapatkan pahala karena menjalankan perintah Allah untuk bersholawat, insyaAllah juga syafaat dan Nabi kelak di hari Akhir.
Macam-Macam Sholawat
Ada banyak sholawat yang kita kenal. Sholawat Nabi, Sholawat Jibril, Sholawat Nariyah, Sholat Nuridzati, Sholawat Nuril AnwarSholawat Fatih, Sholawat Thibbil Qulub dan sebagainya. Semuanya adalah merupakan pernyataan cinta penyusunnya dan juga pembacanya kepada baginda Nabi Shollallahu ‘alaihi wasallam.

Meski ada yang tidak setuju dengan macam-macam sholawat yang ada, namun menurut hemat penulis semuanya adalah ungkapan perasaan cinta kepada Rasulullah dari umatnya.Dan penyusunnya adalah para ulama yang tentu saja memiliki ilmu yang sangat tinggi dibanding kita generasi abad ini.

Kisah Keajaiban Sholawat 1

Kisah pertama dialami oleh KH.Ahmad Masduqie Machfudzh yang ditulis di web nu online. Shalawat Nabi dan shalat jamaah adalah dua “senjata” Achmad Masduqie Machfudh. Tiap menerima aduan masalah dari masyarakat, ia selalu berwasiat untuk membaca shalawat, minimal 1000 kali setiap hari dan 10.000 kali setiap malam Jum’at.

Rais Syuriyah PBNU periode 2010-2015 yang juga pendiri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyyah Nurul Huda Mergosono Malang ini memiliki pengalaman menarik tentang shalawat Nabi, tepatnya pada tahun 1956, saat ia masih duduk di sebuah SLTA di Yogjakarta.

Suatu ketika, ia mendapat gangguan jin di sebuah masjid tempat belajarnya sehingga selama tiga hari Maduqie muda merasa ingin banyak makan tapi anehnya tidak bisa buang hajat. Di hari ke empat, tubuhnya pun sangat panas dan saat itu juga beliau berpesan kepada adiknya.

“Dek, nanti kalau aku mati, tolong jangan bawa pulang janazahku ke Jepara tetapi dikuburkan di Jogja saja,” pinta kiai yang wafat pada 1 Maret 2014 ini kepada sang adik. Kiai Masduqie datang ke Jogja berniat untuk mondok. Beliau khawatir syahidnya hilang jika wafat di Jogja namun jenazahnya dimakamkan di Jepara.

Sontak saja adiknya semakin khawatir kondisinya. Maka diajaklah sang kakak menemui seorang seorang kiai. “Mari kita pergi ke kiai itu, kiai yang Mas biasa ngaji di hari Ahad.”

Kiai Masduqie menerima ajakan adiknya. Pergilah beliau bersama adiknya dengan naik becak dan sampai di rumah pak kiai yang di maksud pada pukul satu malam. Ketika beliau datang, pintu rumah Pak Kiai masih terbuka. Tentu tengah malam itu sang tuan rumah sudah tidak melayani tamu, karena sejak pukul 10 malam adalah waktu khusus Pak Kiai untuk ibadah kepada Allah. Karena melihat Masduqie muda yang datang di tengah malam dengan keadaan payah, kiai pun mempersilahkan Masduqie muda beristirahat di rumah.

Masduqie muda pun tertidur di rumah kiai itu. Baru beberapa jam di rumah kiai, tepatnya pukul 3 malam, beliau terbangun karena merasa mulas ingin buang hajat. Setelah itu, rasa sakit dan panas yang dirasakan sedikit hilang.

Pada pagi harinya, beliau yang masih panas badannya bertemu dengan Pak Kiai. “Pak Kiai, saya sakit”. Bukannya merasa iba, Pak Kiai hanya tersenyum. Dan anehnya, rasa panas yang beliau rasakan hilang seketika itu.

Pak Kiai dawuh, “Mas, sampean gendeng mas.”

“Kenapa gendeng, Yai?” tanya Masduqie muda.

“Iya, wong bukan penyakit dokter, sampean kok bawa ke dokter, ya uang sampean habis. Pokoknya kalau sampean kepengin sembuh, sampean tidak boleh pegang kitab apapun,” jawab kiai.

Jangankan membaca, menyentuh saja tidak diperbolehkan. Padahal pada saat itu, Masduqie muda dua bulan lagi akan mengikuti ujian akhir sekolah.

“Yai, dua bulan lagi saya ujian, kok enggak boleh pegang buku,” Masduqie muda matur kepada Pak Kiai.

Seketika itu Pak Kiai menanggapinya dengan marah-marah, “Yang bikin kamu lulus itu gurumu? Apa bapakmu? Apa mbahmu?”

Masduqie muda menjawab, “Pada hakikatnya Allah, Yai.”

“Lha iya gitu!” timpal Pak Kiai.

“Lalu bagaimana syariatnya (upaya yang dilakukan), Yai?” tanya Masdqie muda lagi.

“Tiap hari, kamu harus baca shalawat yang banyak,” jawab, Pak Kiai.

Masduqie muda kembali bertanya, “Banyak itu berapa, Yai?”

Pak Kiai pun menjawab, “Ya paling sedikit seribu, habis baca 1000 shalawat, minta ‘dengan berkat shalawat yang saya baca, saya minta lulus ujian dengan nilai bagus’.”

Ya sudah, Masduqie muda tidak berani pegang kitab maupun buku, karena memang ingin sembuh. Mendengar cerita dari Masduqie muda, Paman beliau marah-marah. “Bagaimana kamu ini? Dari Jepara ke sini, kamu kok nggak belajar?” Masduqie muda tidak berani komentar apa-apa. Karena beliau menuruti  dawuh kiai untuk tidak menyentuh kitab atau buku, beliau nurut saja.

Menjelang beliau ujian, pelajaran bahasa Jerman, bukunya ternyata diganti oleh gurunya dengan buku yang baru. Karena masih dilarang menyentuh buku, maka beliau tetap taat titah kiai.

Setelah ujian, Masduqie muda dipanggil guru bahasa Jerman.

Pak Guru    : Kamu her (remidi/mengulang)

Masduqie   : Berapa nilai saya pak?

Pak Guru    : Tiga!

Masduqie    : Iya, Pak. Kapan, Pak?

Pak Guru    : Seminggu lagi 
Namun setelah seminggu, Masduqie muda tidak langsung mendatangi guru bahasa Jerman, karena larangan pegang buku belum selesai. Baru setelah selesai, Masduqie muda mendatangi Pak Guru.

Masduqie    : Pak, saya minta ujian, Pak.

Pak Guru    : Ujian apa?

Masduqie    : Ya ujian bahasa Jerman, Pak.

Pak Guru    : Lha kamu bodoh apa?

Masduqie    : Lho kenapa, Pak?

Pak Guru    : Nilai delapan kok minta ujian lagi. Kamu itu minta nilai berapa?

Masduqie    : Lho, ya sudah Pak, barang kali bisa nilai sepuluh.

Dari nilai angka 3, karena shalawat, akhirnya mingkem menjadi angka 8. Setelah itu, beliau tidak pernah meninggalkan baca shalawat. Itulah satu pengalaman shalawat KH Masduqie Mahfudz saat muda.

Kisah keajaiban sholawat 2

Juga dialami oleh KH. Ahmad Masduqie Mahfudh sebagai Wasilah untuk Atasi Penyakit dan Kesulitan. Pengalaman shalawat beliau lagi, yakni ketika Kiai Masduqie harus melaksanakan dinas dinas di Tarakan, Kalimantan Timur. Pada suatu hari, ada tamu pukul 5 sore, dan bilang ke Kiai Masduqie, “Saya disuruh oleh ibu, disuruh minta air tawar.”

Kiai Masduqie mengaku masih bodoh saat itu. Seketika itu ia menjawab, “Ya, silakan ambil saja, air tawar. kan banyak itu di ledeng-ledeng itu.”

“Bukan itu, Pak. Air tawar yang dibacakan doa-doa untuk orang sakit itu, Pak,” kata si tamu.

“O, kalau itu ya tidak bisa sekarang. Ambilnya harus besok habis shalat shubuh persis.”

Kiai Masduqie menjawab begitu karena beliau ingin bertanya kepada sang istri perihal abah mertua yang sering nyuwuk-nyuwuk (membaca doa untuk mengobati) dan ingin tahu apa yang dirapalkan. Ternyata istri beliau tidak tahu tentang doa yang dibaca abahnya di rumah. Padahal Kiai Masduqie sudah janji.


Habis isya’ saat beliau harus wiridan membaca dalail, beliau menemukan hadits tentang shalawat. Inti hadits tersebut kurang lebih, “Siapa yang baca shalawat sekali, Allah beri rahmat sepuluh. Baca shalawat sepuluh, Allah beri rahmat seratus. Baca shalawat seratus, Allah beri rahmat seribu. Tidak ada orang yang baca shalawat seribu, kecuali Allah mengabulkan permintaanya.”

Setelah mencari di berbagai kitab, ketemulah hadits tersebut sebagai jawabannya. Lalu belaiu pun bangun di  tengah malam, mengambil air wudlu dan air segelas, setelah itu membaca shalawat seribu kali. Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidinâ Muhammad.

Setelah beliau selesai membaca seribu shalawat, beliau berdoa, ”Allahumaj’al hadzal ma’ dawâ-an liman syarabahu min jamî’il amrâdh”. Arti doa tersebut, “Ya allah, jadikanlah air ini sebagai obat dari segala penyakit bagi peminumnya”. Lalu meniupkan ke air gelas dan baca shalawat satu kali lagi. Di pagi hari, diberikanlah air tersebut kepada orang yang memintanya.

Setelah tiga hari, ada berita dari orang tersebut bahwa si penderita penyakit sudah sembuh setelah meminum air dari Kiai Masduqie. Padahal, sakitnya sudah empat bulan dan belum ada obat yang bisa menyembuhkan. Dokter pun sudah tidak sanggup menangani penyakit yang diderita orang ini dan menyarankan untuk mencari obat di luar. Anehnya, pemberi kabar itu mengatakan bahwa Kiai Masduqie selama tiga hari itu mengelus-elus perut orang yang sakit.

Mengelus-ngelus perut? Tentu saja tidak, apalagi si penderita penyakit adalah perempuan yang bukan mahramnya. Hal itu juga mustahil karena Kiai Masduqie selama tiga hari di rumah saja. Berkat shalawat, atas izin Allah penyakitnya sembuh.

Sejak peristiwa itu di Kalimantan timur Kiai Masduqie terkenal sebagai guru agama yang pintar nyuwuk. Sampai penyakit apa saja bisa disembuhkan. Jika beliau tidak membacakan shalawat, ya istri beliau mengambilkan air jeding, yang sudah dipakai untuk wudlu. Ya sembuh juga penyakitnya. Inilah pengalaman shalawat Kiai Masduqie ketika dinas di Kalimantan.

Kisah-kisah lain tentang keajaiban dan khasiat Sholawat

Cerita lain, suatu ketika beliau harus ke Samarinda dengaan naik kapal pribadi milik Gubernur Aji Pangeran Tenggung Pranoto. Dalam pertengahan perjalanan melalui laut, tepatnya di Tanjung Makaliat kapal yang diinaikinya terkena angin puting beliung. Maka goyang-goyanglah kapal tersebut. Kiai Masduqie sadar, berwudlu, lalu naik ke atas kapal. Beliau ajak para awak kapal untuk mengumandangkan adzan agar malaikat pengembus angin dahsyat tersebut berhenti. Lalu berhentilah angin tersebut. Inilah salah satu pengalaman shalawat Kiai Masduqie.

“Kalau ada orang menderita penyakit aneh-aneh, datang ke Mergosono, insya Allah saya bacakan shalawat seribu kali. Kalau ndak mempan sepuluh ribu kali, insyaallah qabul,” kata Kiai Masduqie saat pengajian di Majelis Riyadul Jannah.

“Berkat shalawat Nabi, sampean tahu sekarang, saya bangun pondok sampai tingkat tiga, nggak pernah minta sokongan dana masyarakat, mengedarkan edaran, proposal nggak pernah. Modalnya hanya shalawat saja. Uang yang datang ya ada juga, tapi nggak habis-habis. Itu berkat shalawat,” lanjut Kiai Masduqie dalam pengajiannya.

Kisah lainnya, suatu ketika, seorang bidan mengadu kepada Kiai Masduqie tentang suaminya yang pergi meninggalkannya karena terpikat dengan wanita lain. Ia berharap suaminya bisa kembali. Abah, demikian para santrinya menyapa, menjawab bidang tersebut dengan tegas menganjurkan untuk baca shalawat. Bidan pun secara istiqamah mengamalkannya, dan dalam selang beberapa lama suaminya kembali seraya bertobat.

Kiai Masduqie memiliki sembilan putra/putri ini yang di samping sarjana juga bisa membaca kitab semua. Saat anak beliau ada yang mau ujian, di samping putranya juga disuruh baca shalawat, belaiu juga membacakan shalawat untuk kelancaran dan kesuksesan putra-putrinya.

Kiai Masduqie pernah dawuh, ”Berkat shalawat Nabi SAW, semua yang saya inginkan belum ada yang tidak dituruti oleh Allah. Belum ada permintaan yang tidak dituruti berkat shalawat Nabi. Semua permintaan saya terpenuhi berkat shalawat”.

Demikian kisah-kisah kehebatan, keajaiban dan khasiat bacaan sholawat yang sangat luar biasa. Selain dijanjikan syafaat dari Nabi, ada bonus-bonus lain bagi mereka yang senantiasa mengamalkan dzikir sholawat Nabi ini.
TAUBATNYA PENJAHAT Berkah Bacaan Shalawat

Seorang yang sangat zuhud bernama Syeikh Abdul Wahid bin Zaid berkisah sebagai berikut :
Seorang tetangga
kami, bekerja sebagai pegawai negeri dan sangat jahat ketika hidupnya di dunia, dan melakukan maksiat dan suka menakut-nakuti orang.
Pada suatu malam, saya melihat di dalam tidur bahwa tangan tetangga saya tersebut memegang tangan Rosululloh SAW. Saya bertanya kpd Rosululloh SAW :
“Wahai Rosululloh, seseungguhnya org ini sangat terkenal sebagai penjahat di muka Bumi, bagaimana ceritanya engkau sangat menaruh tanganmu memegang tangannya ? “ Rosululloh SAW bersabda :
“ Saya mengetahui apa yang engkau katakan tersebut. Oleh karena itu, saya datang untuk memberikan SYAFAATku kepadanya. ”
Kemudian saya bertanya kepada Rosululloh SAW :
“ Wahai Rosul, apakah kelebihan tetangga kami itu, sehingga engkau memberikan syafaatnya ? ”
Rosululloh SAW menjawab :
“ Tetanggamu itu banyak membaca SHOLAWAT kepadaku. Pada tiap malam ketika dia hendak tidur, dia selalu membaca sholawat 1000 kali ( seribu kali ), sehingga aku mohon kepada Alloh SWT mudah-mudahan syafaatku ini diterima disisi-Nya, agar tetanggamu ini bertaubat kpd-Nya.”
Berkata Syeikh Abdul Wahid ( shohibul hikayat ) :
“ Di pagi hari saya mengajar di Masjid
sebagaimana biasanya, tiba-tiba datang tetangga itu, disaat saya sedang menceritakan apa yang saya lihat di dalam tidur ( mimpi ), dia masuk dan mengucapkan salam sambil menangis, lalu dia berkata :
“ Wahai Syeikh Abdul wahid, izinkanlah aku menjabat tanganmu, karena Rosululloh SAW mengutusku kepadamu, agar aku bertaubat di hadapanmu, dan disaksikan oleh murid-muridmu di Masjid ini. ”
Syekh Abdul
Wahid telah berjabat tangan dengan tetangganya yang telah menyesali segala perbuatannya selama hidupnya tersebut. Ia berjanji tidak akan mengulanginya kembali perbuatan jahatnya tersebut.”
Subhanalloh…… Setelah itu, Syeikh Abdul Wahid bertanya kpd tetangganya tsb : “ Apakah yang menyebabkan engkau bertaubat, wahai saudaraku…?” Tetangganya
menjawab :
“ Rosululloh SAW telah
datang kepadaku di dalam tidurku, dan beliau meneceritakan kepadaku tentang Tanya jawab yang antara engkau dengan beliau, kemudian Rosululloh memegang tanganku dan bersabda:
“ Aku datang kepadamu untuk memberikan syafaat Alloh atas segala dosamu, adalah semata-mata karena engkau banyak membaca Sholawat atasku. ” “ Setelah itu beliau bertitah kepadaku, agar di pagi hari aku datang kepadamu, Wahai Syaikh….Untuk mengumumkan kepada khalayak ramai bahwa aku telah bertaubat yang sebenar-benarnya…..”
Demikianlah keberkahan membaca Sholawat atas Rosululloh SAW, ternyata tdk sia-sia bagi setiap lisan yang selalu di basahi dengan sholawat.
Kisah diatas sebagai bukti nyata Syafaat Rosululloh SAW, bahwa pembacaan sholawat dapat mengugurkan dosa-dosa yang pernah terlanjur dikerjakan oleh seseorang. Sebagaimana diterangkan dalam Hadits :
“ Diriwayatkan dari Abu Bakar As Shiddiq : belaiu berkata, bahwa sholawat kepada Nabi SAW lebih cepat menghapus dosa dari pada air dingin memdamkan api dan lebih utama dari pada memerdekakan hamba sahaya ”
( dari Kitab Bustanul Wa Idzin )

SHOLAWAT YANG DITERIMA

Di kisahkan bahwa Amir Madinah bershalawat Kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam sebanyak 4000 kali tiap hari tanpa sepengetahuan siapapun, kecuali Allah.
Suatu malam ada seorang wanita miskin melahirkan anak. Ia begitu miskin hingga tak mampu membeli lampu maupun minyak bayi. Hal ini membuat suaminya sangat sedih. Dalam kesedihannya itu, ia tertidur dan bermimpi bertemu Rasulullah Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam.
“Pergi dan temuilah Amir Madinah. Katakan bahwa Nabi memerintahkannya untuk menanggung biaya sebesar 100 dinar. Tanda kebenaran berita ini adalah bacaan shalawatnya di depan jendela kuburku sebanyak 4000 kali tiap hari,” perintah Nabi Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam dalam mimpi.
Lelaki itu lalu menemui seorang Syeikh dan menceritakan mimpinya. Mereka lalu sepakat untuk pergi ke rumah Sang Amir Madinah. Setelah keduanya duduk di hadapan Amir Madinah, Sang Syeikh berkata, “Lelaki ini bermimpi tentangmu, dengarkanlah ceritanya.” “Ceritakanlah mimpimu,” kata Amir Madinah.
Lelaki miskin itu kemudian menceritakan mimpinya.
“Mimpi mu benar. Aku bersedia menanggung biaya yang di tetapkan Nabi Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam,” kata Amir Madinah.
Ia lalu bangkit mengambil 100 dinar, “Ini biaya yang harus ku tanggung.”
Ia kemudian memberikan 100 dinar lagi, “Ini Hadiah untuk kabar gembira yang kau bawa, yaitu di terimanya shalawatku oleh Nabi Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam.”
Ia menyerahkan 100 dinar lagi. “Ambillah ini, belanjakanlah untuk keperluan keluargamu dan bayi yang baru lahir,” kata sang Amir.
Perhatikanlah keikhlasan Amir Madinah dalam beribadah. Ia bershalawat kepada Nabi Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam, Nabi Shallahu ‘Alaihi Wa Sallam merasa senang dan memberinya kabar gembila di dunia.
Sedangkan kita, mengapa jika kita bershalawat atau bersedekah tidak melihat tanda-tanda pengabulan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. MENGAPA?
Aku tidak melihat sebab lain, kecuali tebalnya hijab, karena kita melakukan hal – hal yang tidak pantas. Yaitu hal – hal yang menjauhkan kita dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala…

Sumber Buku Kisah dan Hikmah Dalam Kalam Habib Muhammad Bin Hadi Asseqaf