TERSESAT DI JALAN YANG BENAR

Ini satu cerita tentang seseorang yang tanpa ragu mengajukan pengunduran dirinya sebagai PNS. Bagi kebanyakan orang mundur sebagai PNS adalah sebuah kebodohan, karena di luar sana ribuan orang bahkan ratusan ribu orang berebut setiap tahun hanya untuk mendapatkan pekerjaan sebagai seorang PNS. Diluar sana jutaan orang mengidamkan kenikmatan pekerjaan sebagai PNS.

Banyak alasan untuk berhenti sebagai PNS, dan beberapa akhirnya di maklumi karena kemudian seseorang itu memang benar benar menemui kehidupan lebih baik setelah berhenti sebagai PNS dan merintis usaha mandiri yang kemudian sukses. Namun untuk sebagian kasus seperti Norman Kamaru, yang terjadi adalah hujatan, cemoohan, dan bagi si pelaku yang tersisa adalah sebuah penyesalan semata.

Seribu satu alasan keberhentian seseorang dari pekerjaan sebagai PNS adalah satu keniscayaan karena banyak alasan orang melakukannya, dan semua adalah wujud ikhtiar menurut apa suara hati dari seseorang tersebut. Pada saat seorang istri misalnya ingin berkhidmat pada satu tujuannya untuk lebih bisa membahagiakan buah hati kecilnya, atau ingin membaktian sepenuh hidupnya bagi sang suami tercinta, atau ingin menyerahkan seluruh waktunya hanya bagi dakwah, maka semua harus memahami bahwa di sanalah letak penghargaan terhadap hak seseorang untuk menentukan jalan hidupnya, tak ubahnya laksana resiko yang di tanggung seorang gadis ketika menyatakan ya pada lamaran seorang pria. Biarlah dia menjalankan kehidupan menurut apa yang terbaik baginya, apa yang dia anggap akan mendekatkan pada tujuan hidupnya.

Menjadi PNS dewasa ini bukanlah suatu kenikmatan. Beban sangat berat karena PNS di bayar oleh rakyat, untuk sepenuh hati melayani rakyat. Reformasi birokrasi yang di jalankan pemerintah terus berjalan. Maka berbuatlah yang terbaik, agar dengan menjadi PNS kita tidak "tersesat dijalan yang benar" karena menjadi PNS adalah pekerjaan yang baik, yang hasilnya halal selama kita tidak melakukan hal yang tercela, yang menjadikan" Nila setitik jadi rusak susu sebelanga".